nusabali

Pentas Virtual Sajikan Kisah Soekarno

Sanggar Teater Selem Putih Banyuning, Buleleng

  • www.nusabali.com-pentas-virtual-sajikan-kisah-soekarno

SINGARAJA, NusaBali
Pandemi Covid-19 sejak awal Maret 2020 di Bali dan kini masih berlangsung, tak membuat para seniman khususnya di Bulelenng, berhenti berkarya.

Di antaranya, Sanggar Teater Selem Putih yang bermarkas di Kelurahan Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, tetap aktif berkesenian.  Sanggar yang digerakkan langsung oleh dramawan modern Putu Satria Kusuma ini mempersembahkan pementasan teater dalam bentuk virtual. Pentas ini dirangkaikan dengan peringatan Bulan Bung Karno, Senin (1/6) lalu.

Pentas berformat virtual pertama kali dilakukan Putu Satria Kusuma ini langsung menyuguhkan tiga cerita berbeda. Dalam perayaan bulan Bung Karno, Putu Satria Kusuma yang langsung menulis sendiri naskah dan menyutradarai pementasan. Pentas ini melibatkan sejumlah aktris dan actor sanggar. Menurut Putu Satria Kusuma, dalam perayaan Bulan Bung Karno ini dirinya berencana akan mementaskan 10 naskah. Dari jumlah itu, tujuh di antaranya masih dalam tahap penggarapan. “Persiapan pentas ini sudah sejak tahun 2019 lalu. Hari ini tiga naskah yang sudah dipentaskan, rencananya total nanti ada 10. Saya terinspirasi menggarap karya ini, karena secara pribadi memang mengagumi sosok Soekarno sejak duduk di bangku SD,” jelas Satria.



Dia mengakui untuk menulis 10 naskah yang menceritakan kisah Presiden RI pertama itu, Puti Satria Kusuma telah membaca 30 buku yang menceritakan tentang Soekarno. Isi 30 buku itu pun dijadikan sebagai refrensi penulisan naskah untuk pementasan fragmen pendeknya itu.

Tiga fragmen yang dipentaskan secara online, pada Senin (1/6) malam, di antaranya, Cinta Tidak Punya Takut, Lawan Juga Kawan, Tukang Teh di Gedung Tyuuoo Sangi-in. Pementasan virtual dilakukan sekitar satu jam, dari pukul 20.00 Wita- 21.00 Wita. Pemantasan dilakukan di Sanggar Selem Putih, Jalan Gempol, Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng.

Dalam garapan fragmen itu, Putu Satria Kusuma menghadirkan sudut pandang yang berbeda tentang kisah Soekarno. Seluruh pementasan pertamanya sama sekali tidak menghadirikan sosok tokoh Soekarno. Putu Satria Kusuma, memilih menceritakan seorang Soekarno dari sudut pandang rakyat biasa. Seperti dalam fragmen ‘Cinta Tidak Punya Takut’, menceritakan tentang seorang ibu tua yang kehilangan koleksi foto Bung Karno miliknya. Hilangnya foto-foto Soekarno koleksinya ternyata selama ini dicuri oleh tetangganya sendiri. Fragmen ini dimainkan oleh empat orang yakni Ayu Citra, Dek Geh, Dewa Adi, dan Warta, dengan durasi lebih dari 20 menit. Fragmen kedua, ‘Lawan Juga Kawan’ yang berdurasi sekitar tujuh menit ini, mengisahkan tentang dua sahabat yang berjuang dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Awalnya mereka bersahabat, sampai saat setelah kemerdekaan, keduanya menjadi berbeda pendapat dan salah satu di antaranya ingin membunuh Soekarno. Sedangkan fragmen ketiga  berjudul ‘Tukang Teh di Gedung Tyuuoo Sangi-in’. Naskah ini menceritakan kisah seorang pribumi yang bekerja pada orang Jepang sebagai pembuat teh. Pembuat teh ini, merupakan salah satu saksi, yang menyaksikan Soekarno pada saat sidang BPUKI (Badan Persiapan Usha-usaha Kemerdekaan Indonesia) menyampaikan gagasan tentang Pancasila sebagai dasar Negara RI.



“Cara bercerita seperti ini saya pilih. Karena selama ini belum saya temukan ada yang mengarap cerita Bung Karno dari sudut pandang masyarakat. Mungkin tokoh-tokoh lain sudah ada yang debut seperti ini, tapi untuk Soekarno, saya pikir belum ada,” ungkap Putu Satria bersemangat.*lik

Komentar