nusabali

Digugat Cerai, Bunuh Diri dengan Mencebur ke Laut

  • www.nusabali.com-digugat-cerai-bunuh-diri-dengan-mencebur-ke-laut

AMLAPURA, NusaBali
Diduga stres gara-gara digugat cerai sang istri, I Putu Subagia, 45, asal Banjar Belong, Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem nekat bunuh diri dengan cara mencebur ke laut, Rabu (3/6) pagi.

Aksi ulahpati itu dilakukan korban Putu Subagia di Pantai Labuhan Amuk, Banjar Belong, berselang tiga hari setelah digugat cerai istrinya, Ni Luh Mariati, 39. Informasi di lapangan, kematian tragis korban Putu Subagia pertama kali diketahui seorang warga setempat, I Ketut Mudana, Rabu pagi pukul 06.00 Wita. Korban di-temukan sudah terdampar tak bernyawa di hamparan pasir tepi Pantai Labuhan Amuk. Ketika itu, saksi Ketut Mudana kebetulan jalan-jalan ke pantai.


Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke keluarga korban di Banjar Belong, Desa Ulakan. Laporan juga diteruskan ke Polsek Manggis. Jajaran kepolisian yang dipimpin langsung Kapolsek Manggis, Kompol AA Arka, pun terjun ke lokasi kejadian di Pantai Labuhan Amuk untuk melakukan olah TKP dan mengevakuasi mayat korban Putu Subagia. Polisi terjun membonceng petugas medis dari Puskesmas Manggis I, dr Sri Oka Wati.

Dari hasil pemeriksaan, ditemukan luka-luka di tubuh korban, yang diperkirakan akibat benturan dengan batu karang setelah menceburkan diri ke laut. Selanjutnya, mayat korban Putu Subagia dievakuasi dan dibawa ke Setra Desa Adat Ulakan untuk dikuburkan pada Buda Kliwon Ugu, Rabu kemarin.

Terungkap, korban Putu Subagia sudah pisah ranjang dengan istrinya, Ni Luh Mariati, sejak 2 tahun lalu. Kemudian, sang istri mengajukan gugatan cerai, Minggu (31/5) lalu. Sidang perdana gugatan cerai Luh Mariati diagendakan akan digelar di PN Amlapura, Jumat (5/6) besok. Namun, dua hari sebelum sidang gugatan cerai, korban Putu Subagia nekat bunuh diri dengan mencebur ke laut.

Menurut ayah korban, I Nyoman Budiasa, anaknya ini mulai gelisah sejak digugat cerai sang istri. Sehari sebelum peristiwa maut, Selasa (2/6), korban Putu Subagia terlihat mo-ndar-mandir di rumahnya seperri orang kebingungan. “Anak saya juga sempat mengeluh tidak punya biaya untuk menghadapi gugatan cerai,” ungkap Nyoman Budiasa kepada NusaBali, Rabu kemarin.

Budiasa menyebutkan, malam sebelum kejadian maut, korban Putu Subagia tidak tidur. Budiasa sendiri tidur lebih awal, Selasa tengah malam pukul 00.00 Wita. Setelah 2 jam tidur, Budiasa mengaku terbangun Rabu dinihari pukul 02.00 Wita, karena mendapatkan firasat kurang enak.

Budiasa pun langsung mengecek ke kamar korban Putu Subagia. Saat itu, korban sudah tidak ada di kamarnya. Budiasa mengira anaknya jalan-jalan di luar rumah. Namun, Rabu pagi sekitar pukul 07.00 Wita, Budiasa mendapatkan kabar duka dari tetangganya, I Gede Warsa, bahwa anaknya ditemukan tewas terdampar dalam kondisi telanjang di Pantai Labuhan Amuk.

Menurut Budiasa, anaknya memang stres pasca digugat cerai sang istri. Budiasa sendiri mengaku setujui anaknya digugat cerai sang istri, karena yang bersangkutan menderita gangguan jiwa. Disebutkan, korban Putu Subagia menderita gangguan jiwa sejak tahun 2002.

Bahkan, sejak tahun 2013 korban Putu Subagia rutin menjalani pengobatan di RSJ Bali di Bangli. Setiap tahun, rata-rata 8 kali bolak balik masuk RSJ. “Anak saya sudah pisah ranjang dengan istrinya sejak 2 tahun lalu,” kenang Budiasa.

Dari pernikahannya dengan Luh Mariati, korban Putu Subagia dikaruniai dua anak laki-laki, yakni I Putu Diarmika dan I Made Januarta. Sang istri bersama kedua putranya tampak hadir saat jenazah korban dimakamkan melalui prosesi upacara makingsan ring gni di Setra Desa Adat Ulakang, Rabu kemarin.

Selama ini, Luh Mariati bekerja di salah satu rumah makan kawasan Kota Denpasar. Sejak pisah ranjang 2 tahun lalu, perempuan berusia 39 tahun ini tidak pernah lagi bertemu sang suami, sampai kemudianb mengyugat cerai. Ditanya kenapa menggugat cerai, Luh Mariati enggan menjawab panjang lebar. “Tidak ada masalah,” katanya singkat saat ditemui di Setra Desa Adat Ulakan saat penguburan suaminya, Rabu kemarin. *k16

Komentar