nusabali

Rumpon Nelayan Tejakula Disapu Air Laut

  • www.nusabali.com-rumpon-nelayan-tejakula-disapu-air-laut

Rumpon nelayan yang bernilai Rp 8 juta dan menunjang aktivitas para nelayan raib dihantam ombak.

SINGARAJA, NusaBali
Para nelayan kini mengalami kerugian yang tidak sedikit, akibat cuaca buruk. Selain tidak bisa melaut, rumpon mereka banyak yang hilang tersapu air laut. Para nelayan mulai mengetahui rumpon mereka hanyut, sejak Minggu (31/5) pagi.

Peristiwa kehilangan rumpon banyak dialami oleh nelayan di wilayah Kecamatan Tejakula, Buleleng. Rumpon yang dipasang di kedalaman laut antara 700 meter sampai 800 meter, hanyut tersapu air laut yang cukup kecang. Diperkirakan, rumpon-rumpon nelayan disapu air laut mulai Sabtu (30/5) malam. Sehingga ketika nelayan melaut dengan maksud mencari ikan di sekitaran rumpon pada Minggu pagi, mendapati rumpon mereka sudah tidak ada di lokasi.

Sekretaris Kelompok Nelayan Watu Gangga Sari, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Mangku Wayan Manis yang dihubungi per telepon, Senin (1/6), membenarkan banyak rumpon nelayan di wilayah Tejakula hanyut tersapu air laut. Mangku Manis sendiri mengaku, di kelompoknya sendiri ada 7 rumpon yang hilang sejak Sabtu malam. “Kalau gelombangnya tidak tinggi, cuma arus air di bawah dari arah barat ke timur yang cukup keras. Sepertinya banyak (rumpon,Red), yang hanyut. Kami ada 7 rumpon yang hilang,” akunya.

Mengku Manis menyebut, para nelayan sempat berusaha menyelamatkan rumpon yang tersisa, pada Minggu siang. Namun, usaha itu sia-sia karena arus air laut kembali cukup kuat, hingga nelayan tidak mampu menarik rumpon mereka ke darat. “Ada yang berusaha menarik, tetapi tidak banyak yang berhasil, karena arusnya kembali keras. Kadang nelayan hanya mampu membawa rakitnya saja, sedang rumponnya sudah hilang,” katanya.

Menurut Mangku Manis, biaya pembuatan satu rumpon rata-rata mencapai Rp 9 juta. Biaya termahal itu ada pada tali tambang sebagai pengikat rumpon dengan rakit. Panjang tali tambang yang digunakan disesuaikan dengan kedalaman rumpon yang ditempatkan. Untuk menyiasati biaya, para nelayan bisanya membuat satu rumpon secara berkelompok dengan jumlah anggota sampai 10 orang. “Kalau rakitnya tidak mahal, paling Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta. Yang mahal itu tali tambangnya itu,” ungkapnya.

Peristiwa hilangnya rompon-rumpon akibat tersapu arus air laut, tidak dilaporkan oleh para nelayan. Para nelayan mengaku, kehilangan rumpon itu menjadi bagian dari risikonya sebagai nelayan. Akibat cuaca yang tidak menentu dan hilangnya rumpon, kini para nelayan di wilayah Tejakula tidak bisa melaut. Mereka kini hanya bisa memperbaiki peralatan mencari ikan seperti jaring dan jukung.

Sementara, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng, Ida Bagus Suadnyana dikonfirmasi mengaku selama ini memang tidak pernah menerima laporan nelayan kehilangan rumpon. Sehingga, pihaknya tidak tahu persis ada kejadian rumpon terseret arus. Informasi yang diterima dari BMKG sebatas tinggi gelombang pantai utara rata-rata 1,5 meter, akibat perubahan cuaca. “Kalau informasi gelombang tinggi ada dari BMKG, dan kami sudah menyebarkan informasi itu, tetapi untuk arus memang ini sulit diprediksi. Untuk kejadian rumpon hilang, selama ini memang tidak pernah ada laporannya,” kata mantan Camat Buleleng ini. *k19

Komentar