nusabali

Desa Wisata Bersiap Sambut New Normal

  • www.nusabali.com-desa-wisata-bersiap-sambut-new-normal

DENPASAR, NusaBali
Kalangan pelaku desa wisata melakukan persiapan terkait wacana normalisasi atau new normal pariwisata Bali. Namun mereka tidak mau berandai-andai terlalu jauh.

Alasannya perkembangan kasus positif Covid-19 masih dinamis. Dikhawatirkan apabila salah perhitungan justru berimbas  tak menguntungkan bagi pariwisata Bali ke depan. Hal itu disampaikan Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) Bali I Made Mendra Atmaja Senin (1/6), sehubungan dengan wacana new normal tourism yang berkembang, disusul harapan pelaku wisata desa kapan bisa beroperasi kembali. “Banyak teman-teman wisata desa yang menanyakan,” ungkapnya.

Mereka, lanjut Mendra, kebanyakan yang mengkonfirmasi harapan tersebut para  pengelola wisata desa di kawasan Bali selatan. Namun juga  pengelola Tabanan dan Karangsem. “Kapan bisa beroperasi ini ?,”ucap Mendra menirukan kagamangan para pengelola wisata desa.

Hal inilah yang tidak gampang, karena  berkaitan dengan normalisasi pariwisata secara umum. Jika pariwisata Bali dibuka dalam kondisi kasus pandemi Covid-19 yang masih menanjak, jelas riskan. “Karena itu orang belum berani banyak bicara soal kapan pariwisata Bali normal,” ucapnya.

Walau demikian, sebagai bagian dari industri pariwisata Bali, wisata desa melakukan persiapan menghadapi new normal dengan SOP pasca Covid-19. Mulai dari sosialisasi langkah-langkah penanggulangan Covid-19, kewajiban cuci tangan, penyediaan handsanitizer, pemakaian masker, APD lainnya. Sosialisasi dilakukan kepada para pengelola. Sehingga ketika pariwisata Bali dinormalisasi, SDM wisata desa sudah siap.

Papar Mendra, ada 172 wisata desa yang bergabung dalam paguyuban Forkom Dewi daerah Bali. Selain secara prinsip melaksanakan protokol kepariwisataan Bali pasca Covid-19, tidak sedikit desa wisata berharap ada ‘campur tangan’ atau bantuan penyediaan APD kepada desa wisata.

Hal itu disebabkan beberapa item APD  harganya lumayan menguras budget. Misalnya untuk 5 liter handsanitizer harganya sampai Rp 400 ribu.  Demikian juga masker dan lainnnya. “Kan tidak semua pengelola seperti badan usaha desa punya cukup kemampuan untuk menyediakan dalam jumlah banyak,” ujar Mendra. “Karena itulah perlu sinergi dengan komponen lainnya,” tuntasnya. *k17

Komentar