nusabali

Senderan Rumah Jaksa Ambrol

Timbun Empat Motor dan Satu Mobil

  • www.nusabali.com-senderan-rumah-jaksa-ambrol

Longsor juga menyebabkan tembok kos-kosan jebol dan merusakkan palinggih milik warga lainnya.

DENPASAR, NusaBali 
Senderan sebuah rumah setinggi sekitar 8 meter dengan panjang 12 meter di Jalan Jamrud III, Gang Rubi, Banjar Tegal Kangin, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara, ambrol akibat hujan deras mengguyur Denpasar, Senin (1/6) dinihari. Akibatnya, 4 motor dan 1 unit mobil tertimbun serta merusak palinggih dan kos-kosan yang berada di bawahnya. 

Kejadian tersebut bermula saat hujan deras mengguyur kawasan Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara sekitar pukul 02.00 Wita. Setelah hujan deras, sekitar pukul 02.30 Wita, senderan penyangga halaman sebelah timur rumah dengan luas 3 meter milik Gede Gatot Hariawan, 35, yang merupakan seorang jaksa di Kejaksaan Negeri Jembrana ambrol ke arah timur. 

Senderan tersebut mengarah ke Perumahan Bina Mulia, Banjar Mertagangga, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara yang tepat berada di bawahnya dengan ketinggian 8 meter. Senderan tersebut langsung menimpa sebuah garase yang berada di belakang kos-kosan milik Wayan Somayasa, 45. 

Akibatnya, 4 unit motor yakni motor Scoopy, Vario, Revo, dan NMAX tertimbun longsoran tanah dan puing beton. Selain menimpa motor juga menyebabkan tembok tiga kamar kos-kosan juga jebol karena hantaman batu senderan. Satu mobil Ford Ranger dan palinggih milik warga lainnya yakni Made Agus Irawawan, 41, juga ringsek tertimbun. 

Pemilik senderan, Gatot Hariawan, mengatakan, saat hujan deras dia bersama istrinya Putu Suriani, 33, dan dua anaknya masih dalam keadaan tertidur lelap. Tiba-tiba terdengar suara petir pertama yang membuatnya terbangun. Setelah terdengar petir kedua barulah terdengar dentuman keras dua kali dari luar rumahnya hingga terasa bergetar. 

Setelah dilihat, ternyata yang roboh senderan halaman rumah yang berada di sebelah timur. "Istri saya cepat-cepat menggendong anak dan setelah saya tengok ternyata senderan halaman yang jebol," ucapnya.

Di halaman tersebut terdapat satu unit sepeda motor Vario yang terparkir ikut tergerus dan satu mobil yang masih bisa diselamatkan. "Di halaman ada satu motor yang ada di halaman sebelah timur dan mobil di halaman depan. Ban depan mobil saya juga sudah sedikit lagi ikut tergerus. Jadi saya cepat-cepat pinggirin mobil dulu," ujarnya. 

Kata dia, yang menyebabkan jebol senderan tersebut bukan karena hujan, namun karena limpahan air dari jalan utama yakni Jalan Cokroaminoto yang drainasenya kurang bagus. Sebab, posisi rumahnya dan Perumahan Bina Mulia berada di bawah jalan utama. Sehingga, ketika hujan deras, air yang tidak bisa tertampung di saluran drainase meluap dan dipastikan akan masuk ke rumahnya. 

"Itu air limpahan dari jalan utama, airnya itu deras sekali, di halaman saya tingginya sebetis orang dewasa. Saya jalan saja susah. Itu buangannya menuju rumah saya terus mengalir ke perumahan yang ada di bawah rumah saya. Nah karena itu, senderan rumah saya tidak kuat menahan derasnya air. Padahal sudah berkali-kali airnya seperti itu tapi tidak ada penanganan," jelasnya. 

Kata Gatot, sebelum kejadian, dia dan istrinya sudah ada firasat dari, Sabtu (30/5) kemarin. Firasat itu dirasakan dari tidak bisa tidur dan tidak tenang saat malam hari. Setelah itu disusul istrinya yang juga mengalami hal yang sama keesokan harinya, Minggu (31/5).

"Gak tau kenapa rasanya tidak tenang. Setelah itu hari Minggunya istri saya, nah ternyata firasat itu ya kejadian sekarang. Kalau dihitung kerugian kami dihitung-hitung sekitar Rp 118 juta karena kerusakan senderan dan sepeda motor. Untuk sementara saya biarkan dulu, nanti bongkar lagi akan diulang buat cakar ayam. Saya mau kosongkan di bawah halaman itu, soalnya bahaya juga padmasana saya," jelasnya. 

Sementara, penghuni kos-kosan, I Luh Ayu Mahayani, 26, asal Seririt, Buleleng mengatakan, tembok dapurnya jebol karena hantaman batu senderan dan merusak perabotan dapurnya. Saat itu, sekitar pukul 02.00 Wita hujan deras dan petir keras membuatnya terbangun. Sempat was-was karena sendirian sedangkan suaminya masih kerja malam. 

Setelah petir, dentuman pertama mulai terdengar. Namun Mahayani mengaku hanya kaget. Setelah dentuman kedua tembok kamarnya yang berada nomor tiga dari selatan langsung jebol. Melihat tanah dan serpihan beton sudah berhamburan di kamarnya dia sempat berteriak dan langsung keluar kamar. 

"Tapi waktu itu belum ada yang keluar. Padahal di bawah ada 5 kamar, 3 kamar itu ada 6 orang termasuk saya dan suami. Mereka keluar setelah ramai warga yang datang dan air di jalan juga sampai selutut. Untungnya yang rusak hanya kompor dan alat-alat dapur saja," jelasnya.

Sementara pemilik mobil, Made Agus Irawawan, 41, mengaku baru tinggal 20 hari di rumahnya tersebut. Sebelum kejadian, dia memarkir mobilnya di depan pagar rumahnya. Namun, tiba-tiba dinihari terdengar dentuman senderan tersebut dan menghantam mobil dan tembok penyengker rumahnya. 

"Gemuruh saya dengar, karena tidur di lantai atas saya lihat sudah roboh nimpa mobil saya. Tembok saya yang di timpa juga masih kuat, tapi yang kena ujung palinggih pekarangan saya hingga rusak, padahal baru diplaspas 13 Mei 2020 lalu," imbuhnya. Dari kejadian itu, pemilik kos-kosan mengaku mengalami kerugian sebesar Rp 70 juta, sedangkan pemilik mobil sekitar Rp 120 juta. Total keseluruhan kerugian  diperkirakan mencapai Rp 300 juta.7 mis

Komentar