nusabali

Nilai-nilai Pancasila Menguatkan Karakter Kita di Tengah Pandemi Covid-19

  • www.nusabali.com-nilai-nilai-pancasila-menguatkan-karakter-kita-di-tengah-pandemi-covid-19

Selamat Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni 2020.

Dosen Jurusan Dharma Acarya, STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Di hari inilah tepat 75 tahun yang lalu Presiden pertama kita Bapak Ir. Soekarno, berpidato di depan segenap anggota BPUPKI, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Sidang diadakan dari tanggal tanggal 29 Mei yang didahuli dengan diadakannya rapat pada 28 Mei 1945. Dalam siding ini dibahas tema dasar Negara. Diskusipun alot pada saat itu hingga akhirnya Soekarno menyampaikan gagasannya tentang dasar Negara yang dinamakan Pancasila. Kemudian diterima secara aklamasi oleh seluruh anggota BPUPKI.

Pancasila selain menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, merupakan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Dasar Negara dan Pandangan hidup ini mempunyai ciri khas atau karakteristik yang tersendiri. Tidak ada Negara atau bangsa lain di dunia yang mempunyai karakteristik seperti ini. Karakteristik tersebut terkadung di dalam Pancasila itu sendiri. Terkandung di dalam kelima sila Pancasila itu sendiri. Ketuahanan yang Maha Esa. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Persatuan Indonesia. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Serta, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia.

Sesungguhnya Pancasila bukanlah hal baru bagi rakyat Indonesia, malah merupakan sesuatu yang sudah mendarah daging. Di setiap gerak langkah bangsa ini telah tercermin nilai-nilai karakter, kebiasaan, budaya yang terangkum di dalam Pancasila itu sendiri. Tiada lain, Pancasila lahir dari bumi Indonesia ini. Digali dari budaya, karakter, nilai, tatanan hidup masyarakat Indonesia, yang berates-ratus tahun lamanya telah berkembang dalam peradaban Nusantara.

Sehingga Pancasila adalah karakter orang Indonesia itu sendiri. Karakter yang kuat yang teruji selama ratusan tahun lamanya. Karakter ini hendaknya tetap tercermin disetiap gerak langkah masyarakat kita. Terutama para generasi muda, anak-anak kita di tengah maraknya budaya asing atau ideology asing yang bertentangan dengan jati diri kita ini. Sungguh berbahaya jika jati diri kita yang kuat ini, menjadi lemah, goyah akan hal-hal yang merusak tatanan hidup kita. Persatuan kita akan mudah dikoyakkan dan menjadi bangsa yang lemah serta mudah menyerah. 

Apalagi dalam kondisi Pandemi Covid-19 ini, Negara kita sedang berjuang melawan Pandemi Covid-19 ini. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kondisi ini. Memang pandemi ini sangatlah dasyat memporakporandakan berbagai elemen masyarakat. Tidak hanya kesehatan, namun sudah menghambat dan bahkan merusak ekonomi, sosial, budaya, pendidikan masyarakat. Pemerintah telah memberlakukan himbauan bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan berdoa dari rumah untuk mengantipasi penyebaran virus ini semakin meluas.

Namun, kenyataannya di lapangan banyak terjadi distraksi atau permasalahan di segala bidang. Permasalahan ini tentu karena perubahan yang sangat cepat sehingga sulit untuk diterima oleh kebanyakan orang. Memang bangsa ini merupakan bangsa yang besar dan jiwa sosial, budaya, agamanya yang tidak bisa lepas dari aktifitas kebersamaan seperti berdoa bersama di rumah ibadah, melakukan kegiatan budaya secara bersama, bekerja dan bersosialisasi dengan rekan kerja, anak bersosialisasi di sekolah. Pada 2,5 bulan belakangan ini hal terasa dihambat dan dibergol, tidak bisa kemana-mana dan ruang gerak dibatasi. Hal tersebut sebenarnya untuk kebaikan diri kita sendiri. Untuk kesehatan kita sendiri. Memang untuk melawan virus ini harus demikian.

Walaupun memang banyak dari kita yang harus tetap bekerja di luar rumah, dan kebanyakan merupakan pekerja harian lepas namun hal yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan protocol kesehatan, atau dalam hal ini physical distancing dan menjaga kebersihan. Apalagi ada informasi bahwa Juni ini ‘New Normal’ akan diberlakukan. New Normal di sini tentu kehiduan akan kembali normal, namun normal dalam ukuran baru. Kembali beraktifitas secara normal tetapi tetap dalam protokol yang ditetapkan. Protokol ini merupakan tatanan kehidupan baru bagi kita.

Memang regulasinya belum dikeluarkan namun kita boleh saja bersiap untuk hal tersebut. Beberapa bulan ini bangsa kita mendapatan cobaan yang begitu cepat dan dahsyat. Regulasi yang cepat pula berubah rubah dari tatanan daerah hngga pusat. Bahkan disetiap lingkungan atau kelurahanpun juga demikian. Masyarakat pasti menjadi resah dan terombang ambing. Bahkan ada pula yang sampai salah menafsirkan himbauan dan aturan ini. Beberapa ada yang sampai kena masalah hukum karena kesalahannya. Memang sungguh memprihatinkan, namun ini masalah kita bersama seharusnya bisa kita selesaikan secara bersama dan membantu satu sama lain, bukan malah saling melemahkan.

Nilai-nilai yang tertuang di dalam kelima sila Pancasila sudah sangat jelas bahwa bangsa ini seharusnya mampu mengatasi atau menanggulangi setiap permasalahan. Pada setiap individu semestinya tertanam nilai nilai Pancasila ini yang menjadikannya sebagai individu yang memiliki karakter kuat. Kuat dalam setiap mengahadapi permasalahan yang dihadapi, mampu mencari solusi yang tepat dan terbaik bagi dirinya dan orang lain. Tentu hal akan berhasil dilakukan dengan kembali megingat jati diri kita, nilai nilai yang terpatri di dalam Pancasila. Pancasila yang merupakan digali dari peradaban ratusan tahun dan telah berasil lulus dari berbagai cobaan dan permasalahan.

Mari kita ingat kembali nilai-nilai yang terpatri di dalam Pancasila dan merupakan cerminan dari bangsa ini. Meamng sudah ada dalam diri kita semua, namun mari kita ingat kembali dan mari kita kuatkan kembali dalam situasi pandemi ini. 

Sila yang pertama, Ketuhanan yang Maha Esa; merupakan pengakuan atas keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya. Setiap individu masyarakat Indonesia beriman yaitu meyakini adanya Tuhan yang diwujudka dalam ketaatan iman terlihat dari menjalankan segala perintah dan laranganNya. Menjalankan perintahnya tentu kita harus menjujung tinggi nilai kemanusiaan dan menjalankan ibadah. Dalam situasi pandemi ini kita dihimbau untuk berdoa di rumah saja, bahkan di Bali khususnya, prosesi atau kegiatan agama dan budaya telah dibatasi. Namun hal tersebut tidaklah menyurutkan kita untuk tetap berdoa walaupun seminimal mungkin, tapi secara kulitas bisa kita optimalkan. Nilai sila pertama ini merupakan mengayomi sila-sila berikutnya.

Sila yang kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; mengandung nilai rumusan sifat keseluruhan budi manusia, nilai-nilai kemanusiaan. Seluruh manusia atau individu Indonesia mengakui kedudukan yang sama dan sederajat. Mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan dijamin oleh Negara. Sudah semestinya kita tidak membeda-bedakan diri kita dengan orang lain. Banyak dari kita yang telah terinfeksi virus ini dan kita semestinya tdak mengucilkan mereka. Mereka adalah saudara kita yang harus kita bantu untuk kesembuhannya. Begitu pula untuk kita yang masih sehat belum terinfeksi virus ini hendaknya saling bahu-membahu untuk menanggulangi pandemi ini. Itu artinya kita semua mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam pandemi ini. Tidak boleh ada yang mendahulukan dirinya sendiri, atau menimbun segala kebutuhan yang dibutuhkan dalam konsisi ini.

Sila yang ketiga, Persatuan Indonesia; dalam koridor kebangsaan, bangsa Indonesia yang mengatasi faham perseorangan, golongan, suku bangsa. Mendahulukan persatuan dan kesatuan bangsa sehingga tidak terpecah belah oleh masalah apapun. Kondisi pandemi ini mengakibatkan kita lemah dan mudah menyalahkan orang lain. Memang dalam kondisi yang serba sulit ini, smua akan bingung mencari berbagai cara untuk mampu lepas dari hal ini. Hendaknya kita tidak serta merta menyalahkan segala pihak begitu saja. Mulailah dari diri kita sendiri, dan mari bergandengan tangan, tetap menjaga komunikasi, kerukunan, kebersamaan, menjalin persaudaraan sebagai suatu bangsa besar dan saling menguatkan. Mari kita dukung semua pihak yang telah berjuang untuk penanganan pandemi ini. Jikalau terdapat kekeliruan, berikanlah masukan dan yang terpenting berikan solusi.

Sila yang keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan; merupakan sendi utama demokrasi di Indonesia. Berdasar atas musyawarah dan asas kekeluargaan. Asas ini sangat berperan dalam kondisi pandemi ini. Bagaimana tidak, sebagai Negara demokratis hendaknya kita mampu memeberikan solusi atau masukan kepada pengambil kebijakan dari tatanan kecil sampai yang tertinggi. Sebagai bangsa demokratis sebaiknya jangan hanya mampu berkomentar asal yang tak karuan, hanya bisa mengeluh dan menyalahkan orang lain. Berikanlah masukan, solusi untuk keluar dari krisis ini. 

Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia; merupkan tujuan Negara, yaitu mewujudkan tata masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasar Pancasila. Kita harus mampu adil dalam melihat permasalalahan kita bersama. Tidak membeda-bedakan, dan mendukung satu sama lain. Pengampu kebijakan hendaknya mampu adil dan berupaya memakmurkan masyarakatnya walaupun dalam pandemi seperti ini. Dalam hal ini terkait bantuan langsung dari pemerintah ataupun bantuan dari swasta atau perorangan, seharusnya didisribusikan secara adil dan tepat bagi orang yang membutuhkan. Bukan malah tidak tepat sasaran. 

Demikianlah seharusnya sikap kita dalam kondisi pendemi ini. Betul memang kita dilemahkan, namun semestinya kita mampu bangkit. Kita tunjukkan karakter diri kita, jiwa Pancasila kita yang telah ratusan tahun tahan dan lolos dari berbagai masalah. Yakinlah kita mampu kular dari masalah ini, asalkan kita mampu bersatu, mendukung pemerintah, bergandengan tangan menatap hidup baru. Semoga nilai-nilai Pancasila ini menguatkan kembali karakter kita di masa Pandemi Covid-19 ini, dan terus sampai masalah ini berakhir pun tetap sebagai karakter kita.*


*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Komentar