nusabali

Sosok di Balik Perubahan Nama Kota Klungkung Menjadi Semarapura

Bupati Klungkung Periode 1983-1993 Berpulang Setelah 20 Tahun Berjuang Melawan Stroke

  • www.nusabali.com-sosok-di-balik-perubahan-nama-kota-klungkung-menjadi-semarapura

Almarhum dr Tjokorda Gde Agung sejak beberapa tahun lalu kondisinya semakin menurun, bahkan dalam 5 tahun terakhir ini sudah tidak bisa berbicara lagi.

SEMARAPURA, NusaBali
Bupati Klungkung keempat, periode 1983-1993, dr Tjokorda Gde Agung, berpulang di kediamannya di Puri Agung Klungkung, Kelurahan Semarapura Tengah, Klungkung, Sabtu (30/5) pagi. Putra terbaik Klungkung ini berpulang pada usia 76 tahun setelah berjuang selama 20 tahun sejak tahun 2000 melawan sakit stroke.

Untuk saat ini jenazah Tjokorda Agung masih disemayamkan di kamar tidurnya (Puri Agung Klungkung) dan akan dilaksanakan upacara ngaben (palebon) saat pandemi Covid-19 atau Corona sudah berakhir. Sehingga tidak tertutup kemungkinan jenazah tetap disemayamkan di rumah duka hingga beberapa bulan ke depan.

Pantauan di lapangan, mantan Bupati Klungkung, Tjokorda Agung, yang merupakan anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Ida Dewa Agung Gede Oka Geg (Regen Klungkung 1929-1958/Bupati Klungkung 1958-1960) dan Ida Dewa Agung Istri Ketut Karangasem ini diketahui berpulang, Sabtu pagi sekitar pukul 06.00 Wita. Ketika itu seorang pembantunya seperti biasa masuk ke dalam kamar Tjokorda Agung, ternyata setelah dicek kondisinya tidak bergerak dan tidak bernapas. Akhirnya berita duka ini disampaikan kepada sanak keluarga termasuk adik bungsunya yang notabene Panglingsir Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Semaraputra.

Menurut Ida Dalem Semaraputra, kakak sulungnya dari tiga bersaudara itu memang sudah sakit stroke sejak 20 tahun lalu, dalam rentang waktu tersebut sudah tiga kali kumat sakit stroke kakaknya. Namun, seiring berjalannya waktu kondisi kakaknya juga semakin menurun, bahkan dalam 5 tahun terakhir ini sudah tidak bisa berbicara lagi. "Kakak saya lebih banyak diam di dalam kamar sejak sakit," ujar Ida Dalem, saat ditemui di Puri Agung Klungkung.

Kata Ida Dalem, untuk menjaga kondisi kesehatan sang kakak dari pihak keluarga sudah rutin mengajak Tjokorda Agung kontrol ke dokter. Hanya saja dalam seminggu ini kondisinya turun drastis hingga akhirnya meninggal dunia. "Seminggu ini sudah tidak mau makan dan tidak mau ngapa-ngapain," ujar Ida Dalem.

Disebutkan, Tjokorda Gede Agung, merupakan Bupati Klungkung periode 1983-1993. Saat menjabat salah satu perjuangannya, yakni mengubah nama Kota Klungkung menjadi Kota Semarapura. Saat masih bisa berkomunikasi kepada adiknya Tjokorda Agung sempat berpesan untuk selalu meneruskan warisan budaya dari leluhur. "Itu pesan kakak saya saat masih bisa berkomunikasi," imbuh Ida Dalem.

Untuk saat ini jenazah Tjokorda Agung masih disemayamkan di rumah duka hingga Covid-19 ini berakhir untuk melangsungkan upacara ngaben/palebon. Sehingga, kata Ida Dalem, kemungkinan jenazah akan disemayamkan cukup lama sekitar 1-4 bulan ke depan. Tentu selama masa pandemi Covid-19 ini jumlah pelayat agak dibatasi dan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Bupati Klungkung periode 1983-1993, dr Tjokorda Gde Agung. -DEWA DARMAWAN

Selain sebagai Bupati Klungkung selama dua periode dari 1983-1993, almarhum dr Tjokorda Gde Agung juga merupakan dokter spesialis laboratorium. Almarhum memiliki 3 saudara, 2 orang  laki laki dan 1 orang perempuan. Sedangkan adiknya yang nomor dua bernama Tjokorda Istri Mas dan Ide Dalem Semaraputra saudaranya yang paling kecil (bungsu).

Almarhum Tjokorda Gde Agung memiliki 4 orang anak di antaranya 3 orang laki laki dan 1 orang perempuan, yaitu dr Tjokorda Indraputra, Tjokorda Made, Ir Tjokorda Bayu Putra dan Tjokorda Istri, serta meninggalkan seorang Istri bernama Pratiwi Pindarti. Semasa kecilnya beliau bersekolah di SR 1 Klungkung, SMPN 1 Klungkung dan SMA Veteran di Surabaya dan Fakultas Kedokteran Unair, Surabaya.

Berpulangnya putra terbaik Klungkung ini juga meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Klungkung, termasuk ajudan Tjokorda Agung ketika menjabat bupati, yakni I Wayan Sujana, yang saat ini menjabat Kepala Badan Kesbangpol Linmas Klungkung. Dia turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Kata Sujana, Tjokorda Agung merupakan sosok pemimpin yang tegas, penyabar serta rajin berpuasa. Tjokorda Agung juga mengajarkan dirinya tentang pentingnya manfaat puasa. "Beliau (Tjokorda Agung) tidak pernah marah kepada ajudan," ungkap Sujana.

Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, usai menghadiri acara sosial di Puri Agung Klungkung, Sabtu pagi kemarin sempat melihat jenazah almarhum. Bupati Suwirta menyampaikan bela sungkawa dan turut berduka cita atas berpulangnya salah satu putra terbaik Klungkung. Bupati Suwirta juga memanjatkan doa di samping jenazah almarhum. “Kami turut berduka cita atas meninggalnya salah satu putra terbaik Klungkung. Semoga Beliau mendapat tempat terbaik disisiNya,” ujar Bupati Suwirta. 

Bupati Klungkung dari masa ke masa, yakni Ida I Dewa Agung Gede Oka Geg (Regen Klungkung 1929-1958/Bupati Klungkung 1958-1960), Tjokorda Anom Putra (Bupati Klungkung 1960-1972), Letkol Pol Tjokorda Gde Agung (1972-1983), dr Tjokorda Gde Agung (1983-1993), Drs Ida Bagus Oka (1993-1998), Ir Tjokorda Gde Ngurah (1998-2003), Dr I Wayan Candra SH MH (2003-2013), Tjokorda Gede Agung SSos (Wakil Bupati Klungkung 2008-2013/dilantik menjadi Bupati Klungkung pada 16 Oktober 2013) dan I Nyoman Suwirta (2013-sekarang). 7 wan

Komentar