nusabali

GIPI: Skema Klaster Paling Cocok

Bersiap Menghadapi New Normal Tourism

  • www.nusabali.com-gipi-skema-klaster-paling-cocok

“Strategi  klaster itu yang paling jitu. Misalnya kawasan Nusa Dua dulu yang dibuka. Jadi wisatawan benar-benar hanya berkunjung ke daerah situ”

DENPASAR, NusaBali
Bali tengah mempersiapkan berbagai langkah dan strategi untuk menyambut new normal tourism pasca pandemi Covid-19. Salah satu skema yang dikembangkan adalah dengan membuka kembali pariwisata secara bertahap dengan sistem kawasan atau klaster. Hal ini disebut dalam diskusi daring Pariwisata Bali: Bersiap Menghadapi New Normal, Jumat (22/5).

Menurut Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, skema klaster ini paling cocok diterapkan ketika reopening pariwisata Bali. "Strategi  klaster itu yang paling jitu. Misalnya kawasan Nusa Dua dulu yang dibuka. Jadi wisatawan benar-benar hanya berkunjung ke daerah situ," katanya.

Jika skema klaster ini berhasil bisa diterapkan ke kawasan lain seperti Ubud, Sanur, atau kawasan wisata lainnya. "Namun harus tetap dengan kehati-hatian jangan sampai gegabah dan dianggap hanya mengejar uang saja tidak memprioritaskan kesehatan. Kesehatan tetap yang utama stimultan dengan ekonomi di belakangnya," sebut Ida Bagus Agung Partha Adnyana atau yang lebih akrab dipanggil Gus Agung, ini.

Terkait kesiapan, pihaknya mengklaim sudah sepenuhnya siap. Sejumlah stakeholder bahkan sudah menyerahkan Standar Operasional Prosedur (SOP). "Kami 100 persen siap. SOP yang disetorkan hasilnya akan dikristalisasi lagi dengan pihak kesehatan. Untuk melahirkan protokol yang benar-benar bottom up, karena teman-teman industri yang paling tahu detail flow-nya mulai dari airport sampai pulang," paparnya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho memberikan catatan untuk menjamin kesiapan tersebut, pemerintah mesti harus mengecek sejauh mana kesiapan tersebut. "Untuk meyakinkan kesiapan mesti ada asesor untuk mengecek satu persatu. Misalnya di hotel seperti apa food and baverage, frontpage, restoran, dan sebagainya apakah sesuai dengan standar Covid-19," ucapnya.

Pasalnya tren pariwisata di Bali diperkirakan akan mengalami perubahan pasca pandemi Covid-19. Perilaku wisatawan disebut akan lebih mengedepankan aspek safety dan hygene. "Pemerintah, pelaku usaha, serta stakeholder terkait, harus mampu beradaptasi dan menciptakan inovasi sebagai respon terhadap dan meningkatkan daya saing mencegah terjadinya Covid-19 gelombang kedua," katanya.

Terkait skema pariwisata new normal, Trisno menyarankan Bali bisa mencontoh Australia yang menerapkan travel bubble dengan Selandia Baru. Warga kedua negara itu dapat bepergian dengan bebas setelah melihat tren Covid-19 yang mulai menurun antar kedua negara. "Bali salah satu daerah dengan pengendalian Covid-19 yang cukup bagus. Bisa diterapkan Australia dengan Bali, misalnya," ujarnya.

Sementara itu, secara terpisah Dewan Pimpinan Daerah Indonesia Hotel General Manager Association (DPD IHGMA) Bali menyatakan siap mengikuti dan mendukung pemerintah terkait new normal tourism. “Kita tentu akan ikuti arahan pemerintah kapan pariwisata mulai dibuka,” ujar Ketua DPD IHGMA Bali I Nyoman Astama saat dikonfirmasi, Jumat (22/5).

Untuk itu, kata Astama, IHGMA akan mempersiapkan diri dengan berbagai kemungkinan sesuai dengan perkembangan nanti atau pasca Covid -19. Persiapan tersebut seperti meningkatkan SOP kebersihan, sanitasi dan keselamatan baik tamu/wisatawan maupun personel atau karyawan hotel, vila maupun akomodasi lain.

Semua itu, diakui Astama, sudah sering dibahas dam dikomunikasikan bersama anggota IHGMA yang berjumlah 140 orang. Menurut Astama, kesiapan tersebut merupakan bagian dari strategi bagaimana meraih kepercayaan pasar nanti. “Karena bagaimana pun orang atau wisatawan datang karena mereka percaya. Jadi itulah yang dibangun menyikapi pandemi Covid-19,” kata Astama. *cr75, k17

Komentar