nusabali

Jual Beli Kucit Lesu

  • www.nusabali.com-jual-beli-kucit-lesu

BANGLI, NusaBali
Isu demam flu Afrika (ASF) menyebabkan harga daging babi anjlok. Jual beli kucit (anakan babi) juga lesu meski dijual dengan harga murah.

Situasi normal, kucit berumur 50-60 hari laku terjual hingga Rp 600.000 per ekor. Kini, dijual murah Rp 200.000 tidak laku.  

Salah seorang peternak babi sekaligus penyedia bibit babi, Nengah Wawa, mengatakan pasca merebaknya penyebaran ASF, banyak peternak mengosongkan kandangnya. Dampaknya, permintaan bibit babi menurun. “Harga kucit dijual murah, tidak juga laku,” ungkap Nengah Mawa, peternak dari Banjar Tanggahan, Desa Demulih, Kecamatan Susut, Kamis (21/5). Biasanya, peternak dari luar kabupaten biasanya datang langsung ke rumahnya di Banjar Tanggahan Tengah untuk beli bibit.

Nengah Wawa mengatakan, dalam kondisi normal, bibit usia babi 50-60 hari laku terjual Rp 500 ribu-Rp 600 ribu per ekor. Saat ini harga bibit Rp 200 ribu per ekor. Nengah Wawa memelihara 15 induk babi dan masih memelihara 30 ekor bibit babi siap jual. Dengan jumlah babi sebanyak itu, Nengah Wawa menghabiskan biaya pakan sekitar Rp 300 ribu per hari. Terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Bangli, Wayan Sarma, mengatakan sejak bulan April penyebaran ASF mulai mereda. Namun demikian sejak dua minggu terakhir masih ada kasus kematian babi meski jumlahnya tidak besar. “Kematian satu, dua ekor babi masih ada," sebutnya.

Ditambahkan, belum ada vaksin untuk mengatasi ASF. Menekan angka kematian babi, Wayan Sarma mengaku mengedukasi para peternak untuk sterilisasi kandang, melakukan pemantauan terhadap lalu lintas ternak, dan pelarangan masuknya daging babi dari luar. “Limbah dari daging babi yang terkontaminasi ASF bisa sebagai  media  penularan,” tegasnya. *esa

Komentar