nusabali

Selama 3 Hari, 4 Bangkai Penyu Terdampar di Jembrana

  • www.nusabali.com-selama-3-hari-4-bangkai-penyu-terdampar-di-jembrana

NEGARA, NusaBali
Selama tiga hari dalam waktu hampir berturutan, yakni Kamis (14/5), Sabtu (16/5), dan Senin (18/5), 4 ekor bangkai penyu ditemukan terdampar di pantai wilayah Kabupaten Jembrana.

Yang memprihatinkan, 4 ekor penyu dewasa yang mati diduga keracunan itu, seluruhnya berjenis kelamin betina. Dari 4 ekor bangkai penyu itu, 2 di antaranya adalah jenis penyu hijau dan 2 ekor lagi jenis penyu lekang.

Khusus pada Kamis (14/5), ada 2 ekor bangkai penyu yang terdampar. Di antaranya, seekor jenis penyu hijau dengan ukuran karapas sepanjang 64 centimeter (cm) dan lebar 60 cm yang terdampar di Pantai Banjar Tirtakusuma, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya. Kemudian seekor lagi jenis penyu lekang dengan ukuran karapas sepanjang 66 cm dan lebar 64 cm yang terdampar di Pantai Banjar Mekar Sari, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana.

Berselang dua hari atau pada Sabtu (16/5), kembali ditemukan seekor bangkai penyu lekang dengan ukuran karapas sepanjang 71 cm dan lebar 64 cm yang terdampar di pantai Banjar/Desa Perancak. Kemudian yang teranyar Senin kemarin, ditemukan seekor bangkai penyu hijau dengan ukuran karapas sepanjang 71 cm dan lebar 69 cm yang terdampar di Pantai Banjar Mekar Sari, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana.

Koordinator Kelompok Pelestari Penyu (KPP) Kurma Asih di Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, I Wayan Anom Astika Jaya, Senin kemarin, mengatakan 4 ekor bangkai penyu itu ditemukan warga sekitar dengan kondisi sudah membusuk. Setelah dilakukan pencatatan jenis dan ukurannya, 4 ekor bangkai penyu itu langsung dikubur di pesisir pantai setempat. “Sudah busuk dan membengkak. Bahkan penyu hijau yang ditemukan padi tadi (kemarin), karapasnya sampai pecah, dan isi perut terburai,” ujar Anom.

Disingung mengenai penyebab kematian penyu tersebut, Anom tidak berani memastikan. Tetapi dugaannya, penyu-penyu itu mati keracunan akibat dampak pencemaran di tengah laut. Kemudian bisa juga mati karena tidak sengaja terperangkap jaring nelayan, dan dilepas saat kondisi penyu masih lemas. “Kalau luka bekas ditombak atau karena benda tajam, tidak ada. Kemungkinnya ya keracunan, memakan plastik atau semacamnya,” kata aktivis pelestari penyu yang sempat dianugerahi penghargaan Kalpataru tahun 2017 ini.

Menurut Anom, untuk mengetahui penyebab kematian penyu-penyu tersebut, harus melalui penelitian dari pihak yang berkompeten. Seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) atau Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) yang menjadi lembaga-lembaga di bawah kementerian. “Sebenarnya saya berharap ada penelitian, biar diketahui lebih pasti penyebabnya. Apalagi kasus kematian penyu ini terjadi hampir berturut-turut,” tutur Anom. *ode

Komentar