nusabali

Seniman Juga Perlu Bantuan Tunai

  • www.nusabali.com-seniman-juga-perlu-bantuan-tunai

Persoalan yang dihadapi para seniman di musim Corona ini tak lagi tentang ruang-ruang renung, melainkan soal isi perut manusia.

GIANYAR, NusaBali
SENIMAN, pragina Bali dan pelbagai sebutan, hanyalah manusia biasa. Di balik karya seninya yang kerap ngalangenin (mengagumkan hati, Red), mereka sama-sama ‘perlu hidup’, seperti warga non seniman. Karena mereka juga punya tanggungjawab, mulai dari isi perut sendiri hingga harus mempertaruhkan hidup keluarga.

Wabah pandemi Covid-19 atau Corona yang santer sejak dua bulan terakhir, menjadikan seniman setara dengan insan lain. Mereka harus melindungi diri dari tularan wabah. Wajib pula taat pada imbauan pemerintah terutama tentang physical distancing (atur jarak fisik) dan #stayathome (tinggal di rumah),  serta cegah kerumunan. Semua imbauan itu tiada lain untuk memutus rantai wabah mematikan ribuan warga dunia ini.

Oleh karena itu, para seniman kebanyakan berdiam diri. Mereka, terutama seniman panggung terpaksa mati kreasi. Memang, ada sejumlah seniman berkreasi seni, semisal perupa lukis, pematung, dan sejenisnya. Namun mereka didera ketakpastian. Karya para seniman ini belum bisa segera memberikan jaminan hidup keluarga di tengah wabah. Seniman panggung, terlebih yang habit seninya hidup dari pentas turistik (menghibur wisatawan). Kondisi perekonomian mereka amat pincang. Salah satu dampak dari kondisi itu, tak sedikit seniman banting setir untuk mempertaruhkan hidup. Terutama, mereka banyak jadi pedagang dadakan, berjualan secara online, berkebun, dan pekerjaan lain. Kondisi ini amat jauh dari kekaguman para pengagum seni yang kerap mengelukan-elukan seniman.

Menyikapi keadaan itu, ada setitik harapan. Di tengah musim wabah Corina ini, Dinas Kebudayaan Bali akan memfasilitasi 50 komunitas seni baik sanggar, yayasan, dan sejenisnya untuk menampilkan karya seni berupa seni pertunjukan, seni rupa, seni pedalangan, seni sastra dan/atau teater dalam bentuk panggung virtual. Sebagaimana diberitakan NusaBali, Kamis (14/5), setiap peragaan atau pementasan dalam format rekaman, video, tayangan berdurasi tiga menit. Selanjutnya video itu diunggah ke media sosial masing-masing dengan mencantumkan hastag #PemprovBaliPeduliDampakCovid-19, #SenimanBaliTetapBerkreasi, #peragaandanpementasansenibudayaDisbudProvBali2020, #NangunSatKerthiLokaBali. Setiap pentas merupakan pagelaran mini dengan personil kurang dari 24 seniman dengan biaya Rp 10 juta/komunitas. Setiap kabupaten/kota mendapat jatah empat komunitas seni atau sekitar 1.000 seniman se Bali.

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali I Wayan ‘Kun’ Adnyana mengatakan, pentas seni secara virtual itu baru bisa memfasilitasi 50 komunitas. Karena anggarannya baru untuk sejumlah itu. Dengan empat komunitas seni per kabupaten/kota, maka ada sisa 16 paket anggaran  pentas virtual tersebut. Untuk mengisi 16 paket ini, dia minta kepada para seniman atau pengelola sekaa/sanggar seni untuk menyampaikan permohonan ke Dinas Kebudayaan Bali.

Terkait adanya seniman yang membutuhkan BLT (bantuan langsung tunai), Kata Kun, BLT dikelola oleh Dinas Sosial Bali. Karena dinasnya tak masuk dalam Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali. Menurutnya, JPS (jaring pengaman sosial) sasarannya adalah satuan keluarga. Jika ada anggota keluarga seniman kena PHK maka masuk di bidang program penyelamatan ketenagakerjaan (Kartu Prakerja,Red). Bisa juga masuk keluarga harapan, bahkan sebagai keluarga miskin baru.

‘’Memang ada program pemberian bantuan untuk seniman dari Direktorat Jenderal Kebudayaan. Cuma sampai sekarang kami belum tahu progresnya seperti apa,’’ jelas pejabat asal Bangli ini.

Jelas Kun Adnyana, sesuai rapat sekitar April 2020,  program pemberian bantuan untuk seniman dari Direktorat Kebudayaan tersebut dapat dimohon oleh seniman melalui pendaftaran dalam aplikasi dari Ditjen Kebudayaaan. Dia menduga progress bantuan ini belum ada kepastian, karena jenis kegiatan ini sebelumnya tak pernah ada dan masih perbaikan. ‘’Bentuk bantuan untuk seniman ini juga BLT. Namun nilainya kami belum tahu,’’ jelas mantan dosen ISI Denpasar ini. Kun meyakini bantuan tersebut tak jauh dari format bantuan keluarga harapan untuk program JPS (jaring pengaman sosial).

Dia menjelaskan, wabah pandemi Corona ini membuat kondisi makin sulit. Namun dia mengklaim ada celah kegembiraan karena masih ada banyak seniman aktif berkarya melalui media virtual digital. Tentang banyaknya seniman Bali yang banting setir, antara lain, berjualan secara online, Kun meyakini mereka tetap jadi seniman. ‘’Jangan sampai kreativitas kesenimanannya hilang. Kami paham kondisi yang mereka hadapi. Orang menyebutnya, kondisi ini tak terpikirkan karena semua kegiatan ditiadakan,’’ jelasnya.

Dia mencoba membesarkan hati para seniman yang dilanda pacelik kini dengan nada optimis dan agak ideal. Kata dia, para seniman zaman dulu memanfaatkan masa paceklik seperti kini sebagai ruang-ruang perenungan. Antara lain, membuat naskah atau menulis syair. Namun dia tak menjelaskan secara detail saat persoalan yang dihadapi para seniman di musim Corona ini tak lagi tentang ruang-ruang renung, melainkan soal isi perut manusia.

Kun Adnyana mengakui Dinas Kebudayaan Bali juga kini sedang merancang kegiatan untuk taman budaya dan museum. Kegiatan ini juga guna menyediakan ruang kreasi para seniman Bali. Rencana ini sedang berproses dengan dana alokasi khusus non fisik. Kegiatan ini masih dirancang dengan flat form komunitas seni. ‘’Kami masih bicarakan dengan Pusat. Kalau sudah siap, kami akan launching lagi,’’ jelasnya.*lsa

Komentar