nusabali

Musim Panen, Gabah Petani Sulit Laku

  • www.nusabali.com-musim-panen-gabah-petani-sulit-laku

Pemkab siapkan stimulus, tunjuk PD Swatantra membeli beras.

SINGARAJA, NusaBali

Gabah petani pada musim panen pertama tahun 2020, ternyata sulit laku. Kondisi ini sebagai imbas dari pandemi Covid-19. Menyikapi hal itu, Pemkab Buleleng langsung mengambil kebijakan menyiapkan stimulus kepada Lumbung Pangan Masyarakat (LPM), agar gabah patani bisa dibeli. Sedangkan untuk berasnya, Pemkab telah menunjuk PD Swatantra untuk membeli.

Informasi di Buleleng, sektor pertanian ikut terimbas Covid-19. Pada musim panen pertama (Kertha Masa) periode April-Mei, petani kesulitan menjual gabah. Biasanya, petani sudah bisa menjual ketika padi masih menguning. Namun, situasi Covid-19, tidak ada saudagar yang datang menawar padi milik petani. Petani terpaksa memanen padi mereka. Setelah diolah menjadi gabah pun, petani masih sulit menjualnya.

Di Buleleng, diperkirakan produksi gabah kering giling (GKG) dari Januari – Mei 2020 sekitar 18.000 ton, dari luas lahan 35 hektare.  “Kondisi ini bisa dimaklumi, karena mereka (saudagar, Red) juga takut keluar dalam situasi Covid-19 ini. Sehingga tidak banyak petani bisa menjual langsung padinya. Petani terpaksa memanen sendiri padi mereka,” terang Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Made Sumiarta yang dikonfirmasi Selasa (12/5).

Menurut Sumiarta, keluhan para petani itu sudah disikapi dengan memberikan stimulus kepada Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) untuk membeli gabah petani. LPM ini merupakan kelompok petani dengan kapasitas penggilingan teratas hingga 500kg/jam, dan hanya bisa beroperasi 4-5 jam. Keputusan pemberian stimulus, diambil dalam rangka penguatan ekonomi di Kabupaten Buleleng. “Rapatnya tadi (Selasa pagi, Red), sudah diputuskan memberikan stimulus,” ujar Sumiarta.

Sekda Buleleng Gede Suyasa dikonfirmasi terpisah menjelaskan, skema penguatan ekonomi yang diambil menyikapi keluhan para petani tersebut, dengan memberikan stimulus kepada 16 LPM yang ada di wilayah Buleleng. Masing-masing LPM akan diberikan dana stimulus kisaran Rp 20 juta sampai Rp 25 juta. “Kami berharap LPM ini kembali bisa beroperasi dengan bantuan dana stimulus itu, sehingga mereka bisa kembali membeli gabah petani. Dan petani juga bisa menjual gabahnya,” kata birokrat asal Desa/Kecamatan Tejakula.

Jelas Sekda, Pemkab mendorong PD Swatantra yang selama ini bergerak di sektor pertanian dan perkebunan, agar bisa membeli beras yang diolah oleh masing-masing LPM, termasuk membeli beras hasil usaha penyosohan beras. “Kalau Pemkab membuat cadangan beras harus ada Perda, karena selama ini pemerintah sudah memberikan jatah cadangan beras melalui Bulog. Sehingga untuk menjaga ketahanan pangan dalam situsai pandemi Covid-19, maka tadi diputuskan PD Swatantra yang bergerak, membeli beras local yang dihasilkan petani di Buleleng,” papar mantan Asisten Administrasi Umum Setda Buleleng ini.

Selanjutnya, beras yang dihimpun oleh PD Swatantra akan dijual kembali dengan sasaran utamanya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) lingkup Pemkab Buleleng. Selain itu, PD Swantantra juga akan bekerjasama dengan BUMDes dan Koperasi untuk memasarkan baras yang dihimpun. “Kalau PNS saja, kebutuhannya dalam sebulan, sekitar 45 ton beras. Sehingga sektor ekonomi bisa bergerak, petani nyakin gabahnya terjual, dan penyosoh yakin juga berasnya terjual,” jelas Suyasa.*k19

Komentar