nusabali

Dampak Corona, Daya Beli Krama Bali Lemah

  • www.nusabali.com-dampak-corona-daya-beli-krama-bali-lemah

DENPASAR, NusaBali
Situasi pandemic Covid-19 membuat pelik pelbagai sektor, terutama ekonomi. Daya beli krama Bali pun melemah.

Namun, versi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, stok pangan masih berada di ambang aman. Stok pangan terutama beras dan cabai di Bali saat ini masih mencukupi kebutuhan krama Bali hingga Juni 2020. “Saya rasa untuk kesiapan pangan untuk Provinsi Bali secara keseluruhan cukup aman.  Terutama untuk produk utama yaitu beras, jagung, bawang merah, dan cabai,” jelas Kepala Bidang Ketahanan Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, Wayan Sunarta, Kamis (16/4).

Kata dia, hanya saja kebutuhan terhadap bawang putih. belum bisa terpenuhi. Kini terdapat kawasan pengembangan bawang putih di Buleleng, Tabanan, dan Bangli. Namun budidaya bawang putih di tiga kabupaten tersebut baru memenuhi sekitar 5 – 8 persen kebutuhan krama Bali. Selebihnya, kebutuhan akan bawang putih lebih banyak dipasok dengan impor dan dari daerah lain.

Stok beras yang diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan krama Bali hingga Juni 2020, karena para petani masih bercocok tanam. Meskipun berada di tengah situasi Covid-19, namun hal tersebut tidak terlalu memengaruhi para petani di sawah atau ladang. “Di lapangan itu kan juga panas. Kalau Covid-19 jika terkena panas, kan mati. Jadi konsep kami, yang kerja kantoran tetaplah di rumah. Tapi kami yang di lapangan tetap bekerja,” lanjut Wayan Sunarta.

Kata dia, produksi pangan di Bali masih stabil sehingga akan mampu menyediakan stok pangan di bulan-bulan berikutnya. “Kami kan ekspektasi sampai Juni, karena pola tanam pada Maret sudah jalan. Jadi kalau padi pada April ini, maka panennya Juli. Nanti kan berputar terus, sepanjang ada air,” ujarnya.

Namun, menurut pengamatan Wayan Sunarta, daya beli untuk bahan pangan oleh masyarakat saat ini mengalami penurunan, sehingga berpengaruh pada penurunan harga. Hal ini, kemungkinan terjadi karena sektor pariwisata yang tidak berjalan sehingga pemesanan bahan-bahan seperti sayuran ke sektor-sektor tersebut ikut mandek. Akibatnya, petani tidak ingin rugi karena harga produk-produk pertaniannya masih murah.

Sebagai perbandingan, paprika yang pada umumnya terdapat di supermarket dan hidangan-hidangan restoran, kini dijual ke pasar-pasar di daerah. Harganya pun jatuh di angka Rp 4.000/kg dari harga normal yang berkisar di angka Rp 35.000/kg. Harga jual ini, masih di bawah biaya produksi sebesar Rp 8.000/kg.

Dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan sendiri, juga berupaya untuk membantu memasarkan produk para petani dan membeli produk para petani secara langsung. “Pegawai (Dinas) Pertanian kita daftar siapa yang mau beli biar langsung dari petani. Jadi kita list, dan petaninya langsung bawa ke sini,” lanjut Wayan Sunarta.

Selain membantu untuk memasarkan produk, bantuan berupa bibit atau benih beberapa jenis tanaman juga tersedia oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan. Jenis bibit yang tersedia utamanya berupa bibit cabai, padi, jagung, dan kedelai. “Yang kita bantu kan ada benih padi memang, ada 15.000 hektare, jagung 7.000 hektar, ada kedelai di 1.500 hektar, ada juga kawasan pengembangan cabai di dua kabupaten, pengembangan kawasan bawang merah, ada juga pengembangan mangga di Buleleng,” paparnya.

Ketersediaan benih ini umumnya diberikan kepada kelompok-kelompok petani tertentu sebagai bentuk bantuan, namun, tersedia juga bibit seperti cabai bagi masyarakat yang ingin menanam secara mandiri di rumah. Hal ini mendukung adanya pemanfaatan lahan rumah oleh masyarakat yang kini menghabiskan sebagian besar waktu di rumah sesuai dengan anjuran untuk melakukan physical distancing.

Namun, kondisi ini memiliki kekhawatiran tersendiri. Dengan harga sayuran yang kini sudah menurun, ditambah dengan turunnya daya beli masyarakat yang menanam secara mandiri, dikhawatirkan hal ini akan menimbulkan kerugian besar pada petani. Lebih jauh lagi petani dikhawatirkan tidak mau bertani lagi.

Dengan adanya situasi ini, Wayan Sunarta berharap agar masyarakat yang memiliki kemampuan lebih di bidang finansial, agar membeli produk petani lokal dan mendonasikan produk pangan tersebut ke masyarakat yang membutuhkan. “Terutama untuk produk yang cepat rusak itu ya, kalau beras itu kan bisa disimpan, tidak apa-apa. Tapi kalau sayur, seperti paprika, kalau tidak dijual, tidak bisa disimpan,” terangnya.*cr74

Komentar