nusabali

Harga Jatuh, Peternak Ayam Buleleng Menjerit

  • www.nusabali.com-harga-jatuh-peternak-ayam-buleleng-menjerit

Penurunan harga di peternak ayam potong terjadi karena penurunan konsumsi di masyarakat dan pergeseran konsumsi ke bahan makanan lainnya.

SINGARAJA, NusaBali

Peternak ayam potong saat ini sedang bernasib buruk. Harga ayam siap panen di peternak kini terjun bebas, penurunan harga mencapai 50 persen lebih. Peternak ayam pun terpaksa menyerahkan ayam siap panennya dengan harga murah ke pengepul karena umur ayam sudah melewati umur panen.

Seorang peternak ayam potong di Buleleng, Putu Dewi, mengatakan penurunan harga ayam di peternak dalam kondisi masih hidup sudah berlangsung sepekan lalu. Ayam potong dalam kondisi hidup yang diambil pengepul di peternak yang standarnya Rp 17.000 hingga 18.000 per kilogram merosot tajam menjadi Rp 7.000 per kilogramnya. Peternak ayam terpaksa menyerahkan ayam mereka karena umur sudah melewat masa panen.

“Ya mau bagaimana lagi, ini ayamnya juga sudah lewat masa panen sudah umur 50 hari, jadi daripada rugi total,” ucapnya yang dihubungi via telepon kemarin.  Harga jual yang kini terjun bebas diterima peternak ayam disebutnya sudah pasti merugi dan hanya cukup untuk menutupi biaya pakan saja.

Sementara itu Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng tak memungkiri jika harga jual ayam di peternak mengalami penurunan. Padahal harga daging ayam di pasar masih sangat stabil masih di atas Rp 30.000 per kilogramnya. “Kami juga masih bingung apa yang menyebabkan karena harga di pasaran masih stabil. Apakah pengaruh daya beli masyarkat atau mungkin karena dampak Covid-19 saat ini,” jelas dia.

Menurut Suparma anjloknya harga ayam potong di peternak terjadi karena penurunan daya beli masyarakat sedangkan produksi ayam di peternak masih sama dengan sebelum pandemi Covid-19. Penurunan permintaan juga disebutnya terjadi pada daging sapi kualitas super yang biasanya dipasarkan ke hotel dan restoran.

Terkait kondisi ini, Suparma mengatakan pemerintah memang tak bisa berbuat banyak, karena intensif untuk petani atau peternak itu memang tidak ada. “Kalau skala perusahaan itu kita tidak mencatat berapa jumlah dan produksinya, yang kami bina hanya kelompok tani. Sesuai aturan untuk intensif tidak ada dan tidak boleh memberikan bantuan berbentuk uang, selama ini bantuan ke kelompok ternak berupa bibit saja,” ungkap dia.

Sedangkan Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UMKM Buleleng, Dewa Made Sudiarta mengatakan harga daging ayam di pasaran memang masih stabil di batas Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp 32.000 per kilogram. “Kalau kami pantauannya yang harga di pedagang pasar, sementara ini masih stabil. Kalau ada penurunan di peternak ranahnya bukan di kami. Tetapi dari informasi pedagang, permintaan masyarakat untuk daging ayam menurun,” kata Dewa Sudiarta.

Masyarakat di tengah Covid-19 ini sudah mulai selektif membeli kebutuhan pokok. Bahkan ada indikasi pergeseran konsumsi daging ke bahan baku makanan lainnya, seperti tahu dan tempe yang justru permintaannya lebih banyak saat ini. “Hasil pantauan  tim lapangan kami masyarakat sudah mulai selektif belanja, kondisi masyarakat info dari pedagang memang permintaannya menurun beda dengan kondisi sebelumnya, selain juga pasokan daging ayam di Buleleng rata-rata dari luar kabupaten dan memang pasokan yang masuk banyak saat ini,” ungkap dia.

Tak hanya harga daging ayam di pasaran yang masih stabil. Harga daging sapi yang juga mengalami penurunan permintaaan juga masih stabil di kisaran HET dengan harga daging super Rp 120.000 per kilogram. Penurunan harga daging terjadi pada daging babi dari semula Rp 70.000 per kilogramnya turun menjadi Rp 65.000 per kilogram.*k23

Komentar