nusabali

Jadi Solusi untuk Mengurangi Antrean Panjang Layanan Radioterapi

RSUP Sanglah Miliki Mesin Teleterapi Linac, Peralatan Radioterapi Canggih Pertama di Bali

  • www.nusabali.com-jadi-solusi-untuk-mengurangi-antrean-panjang-layanan-radioterapi

Dokter Spesialis Onkologi Radiasi RSUP Sanglah, dr Ngakan Putu Daksa Ganapati Sp Onk Rad, mengatakan dengan keberadaan Mesin Teleterapi Linac ini, bisa melayani 40-50 pasien per hari untuk radioterapi

DENPASAR, NusaBali

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar baru saja menambah peralatan medis canggih, yakni Mesin Teleterapi ‘Linear Accelerator’ (Linac). Mesin Teleterapi Linac yang merupakan peralatan canggih pertama di ini, sebagai solusi untuk mengurangi antrean yang panjang per hari dalam mendapatkan layanan radioterapi di RSUP Sanglah.

Mesin Teleterapi Linac tersebut sudah tiba di Bali Januari 2020, namun baru resmi dioperasikan di RSUP Sanglah, awal April 2020 ini. Menurut Dokter Spesialis Onkologi Radiasi RSUP Sanglah, dr Ngakan Putu Daksa Ganapati Sp Onk Rad, pengadaan Mesin Teleterapi Linac ini dilakukan mengingat jumlah antrean untuk layanan radioterapi yang cukup panjang, seiring meningkatnya penderita kanker yang baru selesai operasi maupun kemoterapi.

Disebutkan, ada sekitar 600-an orang yang mengantre untuk bisa mendapat pelayanan radioterapi di RSUP Sanglah. Antrean sampai demikian panjang, karena RSUP Sanglah juga merupakan rumah sakit rujukan bagi Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan, tak jarang masyarakat dari Jawa Timur, khususnya Banyuwangi, juga berobat ke RSUP Sanglah.

“Sebelum adanya Mesin Teleterapi Linac ini, kami hanya mampu melayani sekitar 70 pasien per hari, dengan satu mesin sebelumnya yakni Cobalt-60. Itu pun, layanan radioterapi kami buka dari pagi hingga malam pukul 20.00 Wita. Sedangkan satu pasien kanker itu memerlukan radioterapi setiap hari selama 6-7 minggu,” terang dr Ngakan Putu Daksa di Denpasar, Minggu (12/4).

Pasien yang paling sering menggunakan layanan radioterapi, kata dr Ngakan Daksa, adalah penderita kanker. Hampir 100 persen penderita kanker melakukan radioterapi. Ini menunjukkan kanker yang merupakan penyakit tidak menular, saat ini sudah menjadi trend penyakit yang paling banyak diderita masyarakat.

Mengingat setiap pasien kanker membutuhkan layanan radioterapi, maka kehadiran Mesin Teleterapi Linac ini diharapkan bisa menjangkau pelayanan terhadap lebih banyak lagi pasien dalam waktu sehari. “Karena alat ini baru, mungkin target kami bisa melayani 40-50 pasien per hari. Dengan adanya dua alat radioterapi, yakni Cobalt-60 dan Linac, kami harapkan bisa melayani lebih banyak pasien lagi, sehingga bisa mengurangi antrean panjang untuk mendapatkan layanan radioterapi,” terang dr Ngakan Daksa.

Menurut dr Ngakan Daksa, Mesin Teleterapi Linac saat ini sudah menjadi standar minimum pelayanan radioterapi di negara-negara maju. Khusus di Bali, baru RSUP Sanglah yang memiliki Mesin Teleterapi Linac.

Teknik radioterapi yang dapat diberikan dengan Mesin Teleterapi Linac milik RSUP Sanglah ini, antara lain, 3D Conformal Radiotherapy Intensity Modulated Radioterapi (IMRT). Dengan teknik-teknik yang canggih ini, dokter spesialis Onkologi Radiasi dapat memberikan dosis yang lebih maksimal pada daerah target, dengan meminimalkan dosis pada daerah jaringan sehat. Hal tersebut dapat meningkatkan kontrol lokal sekaligus mengurangi efek samping secara signifikan.

“Kalau Mesin Teleterapi Linac ini, kita mengubah tenaga listrik menjadi tenaga radiasi. Dosis radiasinya relatif lebih tinggi, sehingga radiasi terhadap tumornya bisa kita bentuk sedemikian rupa,” papar dr Ngakan Daksa.

“Misal, tumornya bentuk trapesium, bentuk radiasi ini akan membentuk seperti trapesium. Sehingga, dosis yang kena tumor ini lebih optimal, sedangkan jaringan di sekitarnya kami harapkan kena radiasi lebih sedikit, sehingga efek sampingnya juga lebih ringan,” imbuhnya.

Sebelum Mesin Teleterapi Linac secara resmi boleh dioperasikan, menurut dr Ngakan Daksa, RSUP Sanglah terlebih dulu juga harus menyiapkan gedung khusus bernama bunker. Sebab, penggunaan radiasi ini harus dilakukan dengan hati-hati. Bila tidak, maka akan berpengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya.

“Sudah dibuatkan gedung khusus, karena harus menahan radiasi. Jadi, radiasi ini seperti mata pisau. Kalau digunakan dengan tepat akan bermanfaat, tapi kalau bocor juga bisa membahayakan lingkungan sekitarnya. Makanya, gedung yang dibangun itu harus benar-benar kuat menahan radiasi dan ketentuan lainnya,” tegas dr Ngakan Daksa.

Mesin Teleterapi Linac milik RSUP Sanglah sudah tiba di Bali, awal 2020 lalu. Namun, peralatan canggih ini baru dioperasikan awal April 2020 . Pasalnya, untuk pengoperasian alat canggih ini, terlebih dulu harus mendapatkan izin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir.

Ada pun proses hingga RSUP Sanglah mendapatkan izin mengoperasikan Mesin Teleterapi Linac, antara lain, menyangkut kesiapan gedung, kesiapan SDM, dan kesiapan penunjang lainnya. Khusus untuk tenaga SDM, RSUP Sanglah mengadakan pelatihan secara internal, selain juga mengirim beberapa personel untuk mengikuti pelatihan di RSCM Jakarta, yang merupakan pusat rujukan pelayanan radiaterapi di Indonesia. Tenaga yang dikirim mengikuti pelatihan, meliputi radiografer khusus untuk radioterapi, fisikawan medik, tenaga mould room, dan teknisi medik.

“Alat canggih ini sebenarnya sudah terpasang awal tahun 2020. Tapi, sebelum itu ada pelatihan dulu sekaligus ngecek alatnya oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir, untuk mengetahui apakah benar RSUP Sanglah sudah siap peralatan dan SDM yang mendukung untuk mengoperasikan alat ini?” katanya

Akhirnya, menurut dr Ngakan Daksa, izin operasional Mesin Teleterapi Linac RSUP Sanglah keluar awal April 2020. “Kami sudah melakukan upacara pamelaskan beberapa waktu lalu dan RSUP Sanglah kini resmi mengoperasikan Mesin Teleterapi Linac ini,” tandas dr Ngakan Daksa. *ind

Komentar