nusabali

Industri Kuliner Limbung

  • www.nusabali.com-industri-kuliner-limbung

Sekarang ini tidak ada orderan, Saya kasihan sama anak-anak. Jika kondisi normal Maret-April, dan Mei khususnya adalah musim ‘ngetop’ (ramai) bagi usaha catering. Saya tahu karena juga punya warung yang melayani orderan

DENPASAR, NusaBali
Pandemic COVID-19 memukul semua sektor ekonomi dan usaha. Diantaranya industri kuliner, baik usaha catering, paistry maupun usaha jasa boga lainnya. Semua sektor usaha jasa kuliner ini  ketar-ketir  akibat sepi order, kemudian banyak pembatalan. Padahal, jika kondisi normal, tidak ada pandemic virus corona, Maret, April, dan Mei salah satu musim puncak keramaian orderan.

“Sekarang ini tidak ada orderan, Saya kasihan sama anak-anak,” ujar I Nyoman Tedun, praktisi kuliner sekaligus pemilik usaha kuliner dari Kedewatan, Gianyar, Selasa (7/4).

Tedun menuturkan, jika kondisi normal Maret- April khususnya merupakan musim ‘ngetop’ (ramai) bagi usaha catering. “Saya tahu kan karena juga memiliki warung (catering) yang melayani orderan,” ucap salah seorang chef senior yang juga pengajar fruit curving, di sekolah/kampus pariwisata, hotel dan  tempat lainnya.

Dijelaskan, Maret- April malah sampai Mei, jika tidak pandemic corona, usaha catering/jasa boga ramai pesanan. Hal ini karena di Bali rentang waktu tersebut merupakan sasih (musim) upacara. Mulai dari upacara Dewa Yadnya, seperti karya pujawali, odalan, hingga Manusia Yadnya diantaranya upacara perkawinan.

Macam-macam upacara itulah yang biasanya membutuhkan jasa catering, mulai dari nasi kotak, prasamanan berikut snak dan perlengkapan lainnya. Pesanan banyak. Perekonomian bergairah, ditandai dengan pengadaan bahan-bahan meningkat,  dengan karyawan catering bergairah, karena ada pekerjaan. Dan tentu saja penghasilannya meningkat.

Namun karena pandemic COVID-19, musim ngetop itu tidak terjadi. Pembatasan sosial dan menghindari kerumunan untuk penanggulangan penyebaran COVID-19, menyebabkan nyaris tidak pesanan. Orang-orang yang menghadiri upacara dibatasi. Apalagi resepsi perkawinan banyak batal atau diundur. Kalau tidak, terpaksa harus kawin itupun hanya dihadiri beberapa orang saja. “Benar- benar berat sekarang ini,” ujar Tedun.  

Tedun memastikan kondisi sepi order dialami hampir seluruh usaha catering maupun jasa boga. “Karena dari teman- teman saya tanya, semua informasinya sama, sepi order,” ungkap Tedun.

Seperti yang lainnya, Tedun berharap COVID-19 cepat berlalu. Karena kalau kelamaan, tentu berat dampaknya bagi masyarakat. Seperti masyarakat yang bekerja sebagai karyawan catering atau kuliner. “Kasihan kita tentunya,” ujarnya.

Kadek Alena, seorang karyawan catering di Denpasar menuturkan senada. “Biasanya dari Maret sampai April ini sudah ramai. Paling tidak ada 5 orderan sehari, tetapi sekarang tidak ada,” ujar Alena.

Bukan saja orderan sepi, namun tidak sedikit orderan yang dicancel atau dibatalkan. Diantaranya orderan catering untuk resepsi  upacara perkawinan. Hal itu karena warga yang punya hajatan tak berani mengundang banyak orang.

“Sebagian teman- teman juga sudah diliburkan, karena tidak ada pekerjaan,” ujar Alena. Menurutnya, sebelum pandemic corona merebak, sebanyak 18 orang karyawan sibuk mempersiapkan orderan, termasuk Alena.

Macetnya bisnis kuliner seperti catering ini, berimbas sektor usaha lain. Diantaranya bisnis daging ayam. Permintaan daging ayam anjlok. “Itu karena industri horeka (hotel, restoran dan katering) macet,” ujar Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner I Ketut Gede Nata Kesuma.

Dikatakan Nata Kesuma, sebagian besar produksi ayam di Bali diserap sektor wisata yakni industri horeka, selain untuk konsumsi umum. *K17.

Komentar