nusabali

Krama Diimbau Sembahyang dari Rumah

Kulkul Pajenengan Puri Agung Klungkung Berbunyi

  • www.nusabali.com-krama-diimbau-sembahyang-dari-rumah

SEMARAPURA, NusaBali
Kulkul pajenengan lanang-istri (laki-laki–perempuan) di  jaba (sisi) selatan Puri Agung Klungkung, berbunyi secara gaib pada malam Pangrupukan, Tilem Sasih Kesanga, Selasa (24/3) malam.

Bercermin dari musibah bencana alam sebelumnya, suara kulkul ini diyakini sebagai penanda akan terjadi marabahaya atau musibah. Kulkul keramat sebagai stana Dewa Iswara ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Klungkung. Oleh kebanyakan warga,  kulkul tersebut berbunyi berkali-kali secara gaib pada Selasa (24/3). Oleh sebab itu, banyak krama hendak bersembahyang ke Balai Kulkul setempat, Sukra Umanis Pahang, Jumat (27/3) sejak pagi. Namun untuk mencegah virus Corona atau Covid-19, maka para pamedek diminta untuk sembahyang dari rumah masing-masing. Hal ini diimbau langsung oleh kepolisian, Satpol PP dan Panglingsir Puri Agung Klungkung, lewat pengumuman surat resmi. “Pemerintah telah mengeluarkan instruksi tidak boleh berkumpul, maka menghindari penyebaran Covid-19 dengan ini diumumkan tidak diperkenankan nunas ica langsung di Pejenengan Puri Agung Klungkung,” ujar Panglingsir Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Semara Putra.

Kata Ida Dalem, nunas ica dilakukan dari rumah masing-masing menggunakan sarana dan prasarana menurut keyakinan atau desa kala patra. Puri Agung Klungkung tidak menyarankan persembahan banten khusus untuk menolak wabah Covid-19. “Sarana masyarakat yang telah dilaksanakan seperti daun pandan berduri, bawang, cabai, uang kepeng asiki, diikat dengan benang triadatu dan tapak dara dari kapur sirih tetap dilanjutkan,” ujarnya.

Selanjutnya Puri Agung Klungkung akan melaksanakan upacara sekaligus nunas Pakuluh (tirta) Ida Betara Pajenangan pada Soma Kliwon Krulut, Senin (30/3). Selanjutnya tirta dapat dibagikan ke masing-masing desa adat, jika diperlukan.

Lebih lanjut Ida Dalem, mengakui ada sejumlah warga yang mengaku mendengar suara kulkul Pajenengan itu. "Kalau saya di Puri tidak mendengar suara itu, namun orang luar yang mendengarnya. Tapi bagi yang yakin dan percaya, bisa membuat sarana untuk menolak bala tersebut," ungkap Ida Dalem Semaraputra.

Sesuai keyakinan, masyarakat pun diminta memasang daun pandan berduri 3 lembar yang diikat benang tridatu. Juga diberi cabai, bawang merah dan pis bolong. Semua itu dipasang di pintu masuk sebelah kanan. "Sembari menjalankan keyakinan kita, umat juga kami harapkan melaksanakan himbauan sosial distance dari pemerintah," ujar Ida Dalem.

Sekadar diketahui, keberadaan kulkul itu sudah ada sejak zaman kerajaan di Klungkung. Ketika terjadi perang antara Belanda dengan Raja Klungkung atau Puputan Klungkung. Pajenengan itu diselamatkan dan dipindahkan ke Pura Dalem Kresek, di Lingkungan Bendul, Klungkung, lokasinya tidak jauh dari Puri Agung Klungkung.

Ternyata beberapa waktu kemudian terjadi musibah di keluarga Puri Agung Klungkung. Kemudian seorang keluarga puri mendengar ada pawisik supaya Pajenengan itu dikembalikan lagi ke tempatnya semula, dan hal itu dilakukan. Kulkul itu memang pantang dibunyikan dan hanya dibiarkan bersuara secara alami. Suaranya bisa terdengar hingga ke luar Pulau Bali.

Sementara itu, Kapolres AKBP I Komang Sudana, bersama pihak terkait memberikan imbauan kepada masyarakat yang berkerumun di depan Puri Agung Klungkung pasca tersiarnya kabar berbunyinya kulkul tersebut. Dia mengimbau karama agar tidak bersembahyangan secara bersamaan dan bersembahyang merajan masing-masing. *wan

Komentar