nusabali

Melasti di Padanggalak Berbeda dari Biasanya

Setiap Desa Hanya Melibatkan Puluhan Umat

  • www.nusabali.com-melasti-di-padanggalak-berbeda-dari-biasanya

DENPASAR, NusaBali
Prosesi Melasti/Mekiis rangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1942 yang biasanya ramai kini terlihat sepi.

Seperti di Pantai Padanggalak, Kelurahan Kesiman, Denpasar Timur, pada Redite Paing Pahang, Minggu (22/3), umat yang mengikuti prosesi melasti hanya berkisar 20 orang dalam satu desa. Berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai hingga 5.000 orang per desa.

Dari pantauan prosesi pemelastian kemarin, pelaksanaan melasti tidak ada mengusung pratima, di mana satu desa adat yang hadir hanya perwakilan yang tak lebih dari 25 orang. Bahkan Desa Adat Peguyangan hanya melibatkan 20 orang dalam prosesi melasti ini. Hal itu sesuai dengan arahan dari Gubernur Bali, dan Surat Keputusan Walikota Denpasar untuk melaksanakan melasti secara ngubeng.

Bendesa Adat Peguyangan, I Ketut Sutama saat ditemui di lokasi mengungkapkan,  dalam rangkaian hari raya Nyepi tahun ini dengan situasi siaga bencana Covid-19, pihaknya mengikuti imbauan dari pemerintah untuk sedikit berkumpul. “Tahun ini peserta melasti atau makiis hanya perwakilan dari pemangku dan prajuru,” ujarnya.

Sementara yang diusung ke pantai, kata dia, hanya sarana upacara saja. Sedangkan pratima pralingga ngayat dari pura desa. "Kami juga dalam pelaksanaan di pura sudah sangat mengurangi massa. Hanya perwakilan pemangku yang datang. Persembahyangan dilakukan di merajan masing-masing rumah," katanya.

Diakuinya, jika melasti sebelum sebelumnya, umat yang ikut melasti bisa mencapai  5.000 orang lebih. Namun kini hanya 20 orang saja. Walaupun sedikit, namun tak mengurangi makna melasti ini. "Yang dibawa ke segara hanya upakara lalu kita nunas tirta nanti tirta digunakan di desa. Untuk Tawur Kasanga sama dengan ini tanpa mengerahkan warga banyak. Warga tetap sembahyang dari sanggah atau merajan masing-masing," katanya. *mis

Komentar