nusabali

Dampak Corona, Okupansi Hotel di Buleleng Tinggal 10 Persen

  • www.nusabali.com-dampak-corona-okupansi-hotel-di-buleleng-tinggal-10-persen

Belum ada laporan PHK, namun sudah ada yang memberlakukan 15 hari kerja.

SINGARAJA, NusaBali

Penyebaran virus Corona di seluruh dunia hingga kini makin melumpuhkan kepariwisataan Bali. Di Buleleng, dari 170 hotel yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Buleleng, tingkat huniannya kini rata-rata hanya 10 persen. Pendapatan dari tingkat hunian ini sungguh tak cukup untuk menanggung biaya operasional.  Dampaknya, sedikitnya lima hotel di Buleleng terpaksa menyiasati operasional dengan pengurangan jam kerja. Sebelumnya, setiap karyawan bekerja 25 hari kerja per bulan, kini hanya 15 hari kerja.

Kelesuan kunjungan wisatawan itu diakui Ketua PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa. Jelas dia, hunian hotel di Buleleng dengan berbagai jenis pelayanan pada akhir Maret 2020 ini hanya terisi kisaran maksimal 20 persen. Kondisi terapes yakni ada hotel yang sama sekali kosong alias tak dapat wisatawan. “Yang 20 persen itu hotel yang operasionalnya bagus, kenapa ada hunian kisaran 0 - 20 persen, karena ada yang kosong sekali. Untuk April dan Mei 2020, hingga kini belum ada bookingan. Yang sudah pasti ada, hanya canceling (pembatalan) menginap,” ujar Dewa Suardipa.

Papar dia, kondisi saat ini membuat pelaku pariwista dilematis. Satu sisi, pengusaha tak ingin melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Di lain sisi, biaya operasional makin berat karena pendapatan hotel amat minim. “Tadi kami sempat kumpul bersama teman-teman hotel semua. Kalau situasinya terus begini, bisa karyawan bisa dirumahkan sementara. Tapi saat ini belum ada yang dirumahkan, hanya 15 hari kerja,” imbuh dia.

Dewa Suardipa mengaku kini masih merekap jumlah canceling room hotel yang sudah dibooking selama Februari – Maret 2020. Pembatalan hunian diperkirakan mencapai angka puluhan ribu kamar hotel. Karena pengusaha hotel di Buleleng mengaku mengalami canseling kisaran 400 - 1.500 kamar selama dua bulan terakhir. Angka tersebut belum termasuk canceling pada April - Mei yang sudah didapat kepastiannya oleh sejumlah hotel di Buleleng.

Dari wisatawan yang masih bertahan di Buleleng,  disebutkan memang paling banyak dari Eropa dan Australia. Beberapa wisatawan yang masih bertahan di Buleleng mengaku lebih nyaman berada di Buleleng, ketimbang di negaranya dalam situasi sebaran virus Corona saat ini. Namun beberapa wisatawan yang ingin memperpanjang masa tinggal di Buleleng, jalas Suardipa, ada yang terkendala masalah keimigrasian, khususnya untuk perpanjangan visa yang hampir habis masa berlakunya. PHRI juga berencana akan duduk bersama dengan instansi terkait dan juga melaporkan kondisi pariwisata saat ini kepada Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana.

Dalam kondisi saat ini, Dewa Suardipa berharap mendapat kebijakan dari berbagai lembaga yang berkaitan dengan usaha pariwisata. Seperti kebijakan perbankan untuk memberikan waktu perpanjangan waktu cicilan dan bunga. Selain itu, Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Ketenagakerjaan agar peduli dan membantu pengadaan masker dan hand sanitizer yang selama ini susah dicari. “Kami selama ini kan bayar. Kami harapkan kepedulian dan kreativitasnya. Setidaknya bantu hand sanitizer dan masker di hotel lah dengan kondisi begini. Termasuk, PLN untuk penggunaan listrik. Walaupun wisatawan sepi, kami tidak mungkin cabut kulkas untuk menghemat listrik,” tegas Suardipa.*k23

Komentar