nusabali

Siswa SMP Tenggelam di Sungai, 1 Tewas, 1 Hilang

Petaka Maut Saat Anak Sekolah Dirumahkan Terkait Corona

  • www.nusabali.com-siswa-smp-tenggelam-di-sungai-1-tewas-1-hilang

Korban tewas I Kadek Wirasatya Birangga adalah siswa Kelas VII SMPN 1 Melaya, sementara korban hilang I Kadek Arta Ika Putra duduk di Kelas IX

NEGARA, NusaBali

Dua siswa SMPN 1 Melaya, Jembrana tenggelam di Sungai Sanghyang tepatnya di bawah pembuangan air dari Bendungan Palasari, Banjar Palerejo, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya saat hendak mandi, Selasa (17/3) siang. Salah satu korban berhasil ditemukan dalam kondisi tewas, sementara satunya lagi masih hilang.

Korban yang ditemukan dalam kondisi tak bernyawa adalah I Kadek Wirasatya Birangga, 12, bocah Kelas VII SMPN 1 Melaya asal Banjar Sumbersari, Desa/Kecamatan Melaya. Sedangkan korban yang hilang tenggelam adalah I Kadek Arta Ika Putra, 16, siswa Kelas IX SMPN 1 Melaya, juga asal Banjar Sumbersari, Desa Melaya.

Informasi yang dihimpun NusaBali, sebelum musibah maut terjadi, kedua korban datang ke Sungai Sanghyang bersama 7 rekannya sesama siswa SMP asal Banjar Sumbersari, Desa Melaya. Mereka datang untuk mandi di sungai, Selasa siang pukul 12.00 Wita.

Sebelum turun ke sungai, ketika masih berjalan beriringan di senderan sebelah timur, tiba-tiba topi milik korban Kadek Wirasatya terjatuh ke aliran sungai yang lebih kecil dan langsung hanyut terbawa arus ke Sungai Sangyang. Posisi Sungai Sanghyang di mana topi korban hanyut, tepat berada di bawah air terjun pembuangan dari Bendungan Palasari.

Begitu mengetahui topinya jatuh, korban Kadek Wirasatya langsung bergegas turun ke Sungai Sanghyang yang arusnya kuat. Naas, upaya korban untuk menyelamatkan topinya, berujung petaka maut. Bocah SMP berusia 12 tahun yang tidak bisa renang ini seketika terseret arus sungai, tubuhnya beberapa terlihat muncul-tenggelam.

Melihat rekannya terseret arus, korban Kadek Arta Ika Putra bermaksud memberi pertolongan. Namun sayang, bocah SMP berusia 16 tahun ini justru ikut terseret arus sungai hingga hilang tenggelam. Tak pelak, 7 rekan korban langsung panik, kemudian meminta bantuan kepada salah satu petugas kebersihan di Bendungan Palasari, I Made Mugiarta, 29. Selanjutnya, Made Mugiarta melaporkan peristiwa maut ini ke petugas terkait, selain juga memberitahu keluarga korban.

Sebelum petugas gabungan dari Pos Pencarian & Pertolongan Kabupaten Jembrana dan BPBD Jembrana tiba di lokasi TKP, Made Mugiarta sempat turun melakukan pencarian bersama dua warga lainnya. Berkat kepiawaiannya berenang, Mugiarta berhasil menemukan korban Kadek Wirasatya, dalam kondisi meninggal dunia.

“Saya temukan korban yang meninggal itu sekitar pukul 13.00 Wita. Kebetulan, pas berenang ke tengah sungai, kaki saya tanpa sengaja bersentuhan dengan kaki korban. Makanya, saya langsung menyelam, kemudian membawa korban ke tepi sungai,” cerita Mugiarta kepada NusaBali.

Mugiarta menyebutkan, korban Kadek Wirasatya ditemukan pada kedalaman sekitar 6 meter atau 4 meter di atas dasar sungai. Sebenarnya, kata Mugiarta, lokasi korban tenggelam ini bukanlah tempat pemandian. Tidak ada warga yang berani mandi di sana, karena arusnya cukup kuat akibat efek air terjun pembuangan Bendungan Palasari.

“Biasanya, kalau di sini, paling orang mancing. Sedangkan kalau lokasi mandi, ada sungai yang di sebelah timur yang biasa juga jadi tempat orang nyuci motor. Ini juga baru pertama kali ada orang tenggelam di sini,” cerita pria asal Banjar Palerejo, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya ini.

Sementara itu, korban Kadek Arta Ika Putra langsung hilang tenggelam pasca terseret arus saat coba membantu Kadek Wirasatya di Sungai Sanghyang. Hingga tadi malam, bocah Kelas III SMPN 1 Melaya ini belum ditemukan. Upaya pencarian terus dilakukan tim gabungan. Petugas Pos Pencarian dan Pertolongan Kabupaten Jembrana bahkan sempat menerjunkan 2 penyelam untuk menyisir dasar Sungai Sang-hyang. Selain itu, petugas Brimob Polda Bali di Gilimanuk juga sempat turun melakukan penyisiran ke sekitar aliran Sungai Sanghyang.

Namun, upaya pecarian Tim SAR Gabungan yang dimulai siang pukul 13.30 Wita hingga sore pukul 17.00 Wita, belum membuahkan hasil. “Hasilnya masih nihil. Kita kesulitan, karena debit air sungai cukup besar dan airnya keruh. Kami sebenarnya sudah berupaya menutup pintu air yang di timur, tetapi debitnya masih besar,” ujar Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan Jembrana, I Komang Sudiarsa.

Menurut Komang Sudiarsa, upaya pencarian korban Kadek Arta Ika akan dilanjutkan Tim SAR Gabungan, Rabu (18/3) pagi ini. Sudiarsa berharap dalam pencarian lanjutan hari ini, tidak ada hujan. “Mudah-mudahan tidak ada hujan dalam pencarian besok pagi (hari ini), biar debit air sungai lebih kecil dan airnya jernih. Tadi (kemarin) pas turun, kebetulan hujan, makanya jarak pandang di dalam air sangat terbatas,” jelas Sudiarsam yang kemarin sempat ikut menyelam di Sungai Sanghyang.

Sementara, Kapolres Jembrana AKBP I Ketut Gede Adi Wibawa mengatakan peristiwa maut yang menimpa dua bocah SMP di Sungai Sanghyang ini murni kecelakaan. “Kalau dari keterangan saksi-saksi, memang kedua korban sebenarnya sama-sama tidak bisa berenang,” papar AKBP Adi Wibawa, yang kemarin sempat terjun ke lokasi musibah.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Dikpora) Jembrana, Ni Nengah Wartini, juga sempat terjun ke lokasi musibah didampingi salah satu Kabid Dinas Dikpora Jembrana, I Nyoman Wenten. Nengah Wartini mengaku memberikan atensi atas musibah yang terjadi saat para siswa sedang dirumahkan terkait antisipasi penyebaran virus Corona.

“Dari pengecekan ke sekolah, mereka (kedua korban) dipastikan sudah diberikan pembelajaran secara online di rumahnya masing-masing. Mereka diberi tugas dan sudah dikerjakan. Kemungkinan, pas diberi tugas lewat daring (online) itu, mereka berkumpul dan kemudian bermain ke sungai setelah menyelesaika tugasnya,” ujar Wartini.

Menurut Wartini, sebenarnya para guru di sekolah sudah mengingatkan siswanya agar selama ‘dirumahkan’, mereka memanfaatkan waktu belajar di rumah. Para siswa juga diharapkan hanya diam di rumah, tidak keluyuran untuk hindari penyebaran virus Corona. “Ya, kita sudah ingatkan, kalau ini sebenarnya bukan libur, tetapi anak-anak kita minta diam di rumah untuk pencegahan Corona. Kami berharap ini menjadi pelajaran. Mudah-mudahan tidak ada lagi musibah seperti ini,” sesal Wartini. *ode

Komentar