nusabali

Ogoh-Ogoh Mini, Bisnis Meriah Jelang Nyepi

  • www.nusabali.com-ogoh-ogoh-mini-bisnis-meriah-jelang-nyepi

JEJERAN Ogoh-ogoh mini yang dijual sejumlah warung, toko dan sejenisnya juga menandai suasana menjelang Nyepi, Rabu (25/3).

Setiap penjual, biasanya memiliki beberapa jenis Ogoh-ogoh mini dengan beragam ukuran. Harganya pun bervariasi mulai Rp 75.000 hingga Rp 350.000, bahkan lebih. Maka tak heran, perajin ogoh-ogoh mini bisa raup untung puluhan juta setahun sekali menjelang Nyepi.

Seperti diungkapkan seorang perajin ogoh-ogoh mini, I Kadek Dwi Putra, saat ditemui di rumah produksinya Banjar Dlodpangkung, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar, Selasa (10/3). Pemuda 17 tahun ini, mengaku minimal membuat 200an ogoh-ogoh mini setiap tahun. "Pertahun keuntungan bisa sampai Rp 30 juta," ujarnya.

Keuntungan dari penjualan ogoh-ogoh ini digunakan untuk biaya sekolah hingga membeli sepeda motor. Bahkan sejak kelas 5 SD, Kadek Dwi tidak minta uang jajan lagi pada orangtuanya. Justru sekarang, keuntungan ogoh-ogoh dibagi-bagi dengan kakak dan kedua orangtua yang ikut membantu proses produksi.

Kadek Dwi yang kini duduk di kelas XI Jurusan IPA SMAN 1 Sukawati ini mengatakan sudah memproduksi ogoh-ogoh mini sejak 7 tahun yang lalu. Ketika itu, putra kedua dari pasangan I Komang Juliawan dengan Nyoman Sri Murniati ini masih duduk di bangku kelas V SD. "Saya terbiasa membuat ogoh-ogoh sepulang sekolah sejak kelas V SD. Dulu masih bantu kakak, sekarang mandiri karena kakak sudah kerja," jelasnya. Bahan yang dipergunakan untuk ogoh-ogoh mini ini berupa spon, kayu, kain poleng, kain warna, cat, lem, serta karton.

Untuk Nyepi kali ini, Kadek Dwi telah menerima order dan mengirim sebanyak 200an lebih ogoh-ogoh mini ke wilayah Nusadua, Penarungan, Kuta, Kerobokan, Singaraja dan Karangasem. "H-1 bulan Nyepi biasanya sudah banjir pesanan," ungkapnya. Demi memenuhi pesanan, Kadek Dwi pun rela waktu luangnya dihabiskan untuk membuat ogoh-ogoh. "Sepulang sekolah langsung duduk disini, tidak kemana-mana lagi. Bahkan sampai malam. Kalau hari Minggu bisa seharian buat ogoh-ogoh," ungkapnya. Tidak saja itu, libur Galungan dan Kuningan pun Kadek Dwi memilih berjibaku mengerjakan ogoh-ogoh ketimbang jalan-jalan. "Liburannya nanti saja, setelah Nyepi," ungkapnya. Jenis ogoh-ogoh yang dibuat berupa Celuluk, Leak, Bade Mas, Tenggek 3, Anoman dan Garuda. Biasanya, ogoh-ogoh mini ini diminati kalangan anak-anak. Baik itu secara kolektif di sekolah TK maupun perorangan. "Di depan rumah juga saya jual beberapa ogoh-ogoh mini. Peminatnya dari kalangan TK dan anak-anak perseorangan. Mereka datang bersama orangtua," jelasnya.

Untuk harga bervariasi mulai Rp 75.000, Rp 150.000, Rp 200.000 dan Rp 350.000. "Keuntungan dari penjualan ogoh-ogoh rutin ditabung dan untuk biaya sekolah. Jadi saya bayar SPP sendiri. Bayar uang pangkal awal masuk sekolah SMP dan SMA juga sendiri. Beli sepeda motor Vespa putih ini juga sendiri," ungkapnya yang juga atlet Kempo yang pernah juara 3 Kategori Randore Putra pada Kejurprov Tahun 2019 lalu.

Sementara itu, perajin bade, dari UD Taksu Bali, I Wayan Bandem, kebanjiran pesanan ogoh-ogoh jelang upacara pangerupukan, Anggara Wage Pahang, Selasa (24/3). Pesanan yang mampu digarap sebanyak 25 ogoh-ogoh, dengan harga bervariasi Rp 3 juta hingga Rp 4 juta, tergantung tingkat kesulitan pembuatan.

I Wayan Bandem menuturkan, menggarap pesanan ogoh-ogoh sejak dua bulan lalu, sehingga pesanan bade untuk ngaben diundur pengerjaannya. Dia menyampaikan itu di tempat kerjanya, Banjar Desa Tengah, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem, Kamis (5/3).

Di Karangasem hanya di Banjar Desa Tengah, menerima pesanan Ogoh-ogoh dalam jumlah banyak, dengan mempekerjakan sekitar 15 orang. Sementara pesanan ogoh-ogoh telah tuntas pengerjaannya sekitar 85 persen. "Tinggal finishing dan memasang tapel sesuai selera pesanan," kata I Wayan Bandem.

I Wayan Bandem berupaya ke depan agar semua warga masyarakat mampu membuat sendiri ogoh-ogoh, dirinya siap memberikan pelatihan terbuka untuk umum, bagi yang berniat belajar membuat ogoh-ogoh. “Ogoh-ogoh kan karya seni, yang merupakan kreativitas anak-anak muda, saya siap membantu bagi yang mau belajar," kata I Wayan Bandem.

Berbeda dengan perajin tapel ogoh-ogoh Ida Ketut Santosa, dari Banjar Desa Tengah, Desa/Kecamatan Bebandem, tidak mampu melayani pesanan membuat ogoh-ogoh secara utuh, sehingga hanya melayani membuat tapel, sesuai gambar yang dipesan.

"Saya hanya melayani membuat tapel berbahan styrofoam. Saya berpesan kepada anak-anak muda, ke depan agar tidak lagi membuat tapel ogoh-ogoh berbahan styrofoam. Sebaiknya beralih menggunakan anyaman bambu atau rotan, lebih ramah lingkungan," pesan Ida Ketut Santosa. *nvi, k16

Komentar