nusabali

ST Eka Kencana Desa Lodtunduh Bikin Ogoh-ogoh Somi

Biayanya Lebih Irit, Bahannya Gampang Dicari dan Ramah Lingkungan

  • www.nusabali.com-st-eka-kencana-desa-lodtunduh-bikin-ogoh-ogoh-somi

Ogoh-ogoh berbahan somi yang dibuat ST Eka Kencana Banjar Kelingkung, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Gianyar bertema ‘Sanghyang Lelakut’, semuanya menggunakan jerami mulai badan, kober, tedung, hingga ornamen lainnya

GIANYAR, NusaBali
Sekaa Teruna (ST) Eka Kencana Banjar Kelingkung, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Gianyar bikin kreativitas dengan membuat ogoh-ogoh berbahan somi (jerami padi). Selain menghemat biaya, bahan alami jerami digunakan guna mendukung program pemerintah terkait penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan.

Kreativitas yang dilakukan ST Eka Kencana Banjar Kelingkung, Desa Lodtunduh ini berbeda dari umumnya pembuatan gogoh-ogoh di Bali. Biasanya, ogoh-ogoh dibuat dengan bahan ulatan bambu, tempelan kertas, dan lainnya, pakai perekat lem. Ogoh-ogoh berbahan somi untuk Nyepi Tahun Baru Saka 1942 yang dibuat ST Eka Kencana ini bertema ‘Sanghyang Lelakut’. Pengerjaan ogoh-ogoh ini sudah rampung sekitar 90 persen.

Ada 4 ogoh-ogoh yang dibuat ST Eka Kencana dan dikerjakan ramai-ramai oleh para teruna di Bale Banjar Kelingkung, dengan undagi (arsitek) I Wayan Agus Eri Putra. Satu ogoh-ogoh paling besar dibuat dengan tinggi sekitar 6 meter dan lebar 4 meter. Sedangkan tiga ogoh-ogoh lainnya, berukuran lebih kecil dengan tinggi tinggi sekitar 2 meter.

“Semua ogoh-ogoh menggunakan bahan somi, termasuk aksesorisnya,” ungkap Ketua ST Eka Kencana, I Made Suarjana, saat ditemui NusaBali di Bale Banjar Kelingkung, Desa Lodtunduh, beberapa waktu lalu.

Menurut Made Suarjana, proses pembuatan ogoh-ohoh berbahan somi ini sudah dilakukan sejak Januari 2020 lalu. Diawali dengan mengumpulkan somi (jerami) di area persawahan sekitar Desa Lodtunduh. Somi sebanyak 3 mobil pick up yang berhasil dikumpulkan, kemudian diangkut ke Bale Banjar Kelingkung. Selanjutnya, secara gotong royong tumpukan jerami tersebut dipilah bagian yang masih ba-gus untuk dijadikan bahan ogoh-ogoh.

Suarjana menyebutkan, ini baru pertama kalinya ST Eka Kencana membuat ogoh-ogoh berbahan somi. Selain sangat gampang mencari bahannya, juga lebih hemat dari sisi biaya. Lebih dari itu, bahan-bahan alami ini sangat ramah lingkungan, sesuai program yang dicanangkan Pemprov Bali. Tidak ada penggunaan bahan plastik dalam pembuatan ogoh-ogoh ini.

“Kecuali itu, bahan somi sengaja kita pilih karena ada kaitannya dengan tema ogoh-ogoh, yaitu Sanghyang Lelakut. Jadi, kami sengaja menggunakan bahan yang sebelumnya tidak terpikirkan bisa dijadikan sebuah ogoh-ogoh,” papar Suarjana yang kala itu didampingi sang arsitek ogoh-ogoh, Wayan Agus Eri Putra.

Suarjana mengatakan, jumlah anggota ST Eka Kencana Banjar Kelingkung mencapai 104 orang. Dengan anggota sebanyak itu, tentu saja mereka gampang mencari jerami di areal persawahan. Sampai rampung 100 persen nanti, pembuatan ogoh-ogoh bertema Sanghyang Lelakut ini membutuhkan bahan jerami total 3 mobil pick up.

Sementara itu, arsitek ogoh-ogoh Sanghyang Lelakut, Wayan Agus Eri Putra, mengatakan selain jerami, bahan yang digunakan adalah beberapa batang besi dan kawat sebagai kerangka. “Kecuali rangkanya, semua kami gunakan bahan jerami, termasuk hiasan-hiasannya. Sedangkan khusus ogoh-ogoh yang kecil ini, kami gunakan buah kelapa sebagai kepalanya,” katanya.

“Untuk jerami agar bisa melekat, kami tidak menggunakan lem, melainkan sistem sulam. Mulai dari ogoh-ogoh, kober, tedung, hingga ornamen lainnya, kami gunakan sepenuhnya bahak jerami,” lanjut Eri Putra.

Menurut Eri Putra, ogoh-ohoh bertema Sanghyang Lelakut ini akan diikutkan dalam parade ogoh-ogoh saat Pangrupukuan Nyepi Tahun Baru Saka 1942, Selasa, 24 Maret 2020 malam. Parade ogoh-ogoh nanti dilaksanakan di Catus Pata (Perempatan Agung) Desa Adat Lodtunduh, dengan melibatkan perwakilan dari 5 banjar adat. “Satu-satunya yang tampilkan ogoh-ogoh berbahan jerami adalah dari banjar kami,” kata Eri Putra. *nvi

Komentar