nusabali

Bupati dan Kapolres Srikandi Kompak Mepayas Agung

Jelang Workshop ‘Busana Payas Agung’ di Karangasem, 28 Maret 2020

  • www.nusabali.com-bupati-dan-kapolres-srikandi-kompak-mepayas-agung

Saat peragaan payas agung di Puri Gede Karangasem, Kamis sore, Bupati IGA Mas Sumatri dan Kapolres AKPB Ni Nyoman Suartini tampil bertiga dengan Srikandi lainnya, yakni Ketua PHDI Karangasem Ni Nengah Rustini

AMLAPURA, NusaBali
Dua Srikandi penguasa di Karangasem: Bupati I Gusti Ayu Mas Sumatri dan Kapolres AKBP Ni Nyoman Suartini, kompak mepayas agung, Kamis (5/3) sore. Peragaan payas agung itu dilakukan sebagai bagian sosialisasi untuk Workshop ‘Busana Payas Agung’ yang akan dilaksanakan di Aula Nawa Satya Kantor Bupati Karangasem, Jalan Ngurah Rai Amlapura, 28 Maret 2020 mendatang.

Saat peragaan payas agung untuk sosialisasi workshop yang digelar di Puri Gede Karangasem, Jalan Sultan Agung Amlapura, Kamis sore, Bupati IGA Mas Sumatri mengenakan busana payas agung khas Karangasem. Busananya mirip dengan busana istri atau putri Raja Karangasem. Sedangkan Kapolres AKBP Nyoman Suartini mengenakan payas agung Lelunakan, khas Kabupaten Badung.

Dalam peragaan sore itu, Bupati Mas Sumatri dan Kapolres AKBP Suartini tampil bertiga dengan Srikandi lainnya, yakni Ketua PHDI Dr Ni Nengah Rustini Mag. Berbeda dengan Bupati dan Kapolres, sang Ketua PHDI tidak mengenakan busana payas agung, melainkan pakaian adat ke pura.

Ketiga Srikandi penguasa Karangasem ini dirias langsung oleh AA Ketut Agung, dari Salon Agung Denpasar, di Puri Gede Karangasem. "Nantinya, model busana payas agung ini akan ditampilkan dalam Workshop ‘Busana Payas Agung’, 28 Maret 2020. Workshop tersebut sebagai contoh dan sekaligus ajang mensosialisasikan kepada masyarakat soal pakem payas agung khas Karangasem," jelas Bupati Mas Sumatri.

Bupati Mas Sumatri menyebutkan, sebagai model payas agung khas Karangasem, dirinya nanti akan tampil dalam workshop untuk sosialisasi kepada masyarakat. "Sosialisasi kepada masyarakat bisa disebarkan dalam bentuk brosur, lengkap dengan gambar dengan model Bupati Karangasem,” katanya.

Menurut Mas Sumatri, Workshop ‘Busana Payas Agung’ itu sendiri diselenggarakan Salon Agung Denpasar. Sedangkan yang akan memberikan materi tentang tata rias adalah AA Ketut Agung.

“Workshop bukan saja tentang busana payas agung, tapi juga menyangkut kesehatan wanita dengan menyertakan dokter spesialis kulit,” tandas Bupati asal Banjar Gede, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem yang juga Ketua DPD NasDem Karangasem ini.

Mas Sumatri berharap Workshop ‘Busana Payas Agung’ nanti benar-benar dijadikan kesempatan menggali ilmu pengetahuan mengenai tata cara merias payas agung, selanjutnya dikembangkan menjadi usaha. Apalagi, belakangan masyarakat sangat membutuhkan jasa salon kencantikan, terutama bagi para pengantin untuk mapayas agung. “Rencana ke depan, akan digelar workshop yang mendidik kalangan generasi milennial agar menjadi wanita trampil dan mampu membuka lapangan kerja sendiri," tandas Mas Sumatri.

Mas Sumatri menyebutkan, payas agung pengantin wanita khas Karangasem kesannya mewah dan spesial, kerap dilengkapi mahkota dengan kain songket, dan ada sesanten dililitkan di tubuh atas. Secara umum, tata rias payas agung untuk pengantin dibagi tiga, masing-masing tata rias wajah, tata rias rambut, dan tata rias busana.

Tata rias rambut meliputi pembentukan semi gopong, pusung kerucut, sanggul gento agung, dengan dihias bunga mawar, cempaka putih, cempaka kuning, bunga sandat, blengker, empak-empak, cucuk bundar emas, dan sekar taji. Sedangkan tata rias busana meliputi memasang tapih, kamen songket, stagen, selendang blebet sutra China, dan selendang blangsing, ditambah aksesoris subeng cerorot, badong, dan gelang.

Biaya payas agung untuk satu orang, kata Mas Sumatri, mencapai sekitar Rp 3 juta. Jika untuk sepasang pengantin, harganya Rp 6 juta. Mas Sumatri mengaku sudah biasa berias wajah dan kenakan busana sendiri. Dia biasa mepayas agung saat menggelar upacara potong gigi dan upacara pernikahan putrinya. Selain itu, Mas Sumatri juga sering berias saat menari arja. Hanya, mas Sumatri mengaku masih perlu dibantu rias rambut dan pasang aksesoris.

Sementara itu, Kabag Umum Setda Kabupaten Karangasem, Ni Kadek Suartini, mengatakan Workshop ‘Busana Payas Agung’ nanti akan dijadikan sebagai ajang untuk mensosialisasikan pakem payas agung khas Karangasem. "Setidaknya, pengantin yang hendak mapayas agung, nantinya bisa pakai model dikenakan Bupati Karangasem," papar Kadek Suartini.

Terkait ditampilkannya payas agung Lelunakan khas Badung yang dibawaan Kapolres Karangasem, menurut Suartini, itu hanya sebagai perbandingan dengan payas agung khas Karangasem. “Sebab, sepintas tidak ada perbedaan, sama-sama mengenakan baju hitam. Tetapi, yang membedakan adalah hiasan di kepala,” beber Suartini. *k16

Komentar