nusabali

Apotek di Denpasar Kehabisan Stok Masker

Apoteker Wanti-wanti Warga Bijak Penggunaan Masker

  • www.nusabali.com-apotek-di-denpasar-kehabisan-stok-masker

DENPASAR, NusaBali
Dampak merebaknya virus corona, masker dan hand sanitizer menjadi benda-benda paling dicari masyarakat untuk mencegah tertularnya virus ini.

Di Denpasar, rata-rata apotek telah kehabisan stok masker sejak bulan Februari lalu, tepatnya sejak pertama kali isu virus corona ini menyebar dari kota Wuhan, China. Sementara itu, stok hand sanitizer sebagai alat pembersih tangan yang praktis dibawa ke mana-mana, juga telah menipis.

Menipisnya stok masker dan hand sanitizer membuat beberapa apotek di Denpasar menempelkan kertas pemberitahuan bahwa stok masker saat ini sedang kosong.

Salah satunya seperti yang terpantau pada Apotek Anugerah II di Jalan Gatot Subroto Barat, Denpasar. Pihak apotek telah menempelkan pemberitahuan tersebut karena stok masker yang telah kosong sejak bulan Februari lalu. Selain itu, Apotek Anugerah juga mengalami kekosongan stok untuk hand sanitizer.

Terakhir, stok masker yang datang dari distributor tiba di akhir bulan Januari, bersamaan dengan mulainya masyarakat mencari masker. “Orang-orang mulai mencari masker itu Januari akhir sudah mulai, Februari awal kita sudah kosong stoknya,” ujar Aprillia Devi, Apoteker Pendamping Apotek Anugerah II, Selasa (3/3).

Hal serupa juga dijumpai di Apotek Sanur Indah Farma di kawasan Jalan ByPass Ngurah Rai, Sanur Kauh, Denpasar. Di apotek milik Erna Candra ini, stok masker telah kosong sejak bulan Januari. Sementara, saat ditemui oleh NusaBali pada, Selasa (3/3) stok hand sanitizer di apotek ini hanya tersisa satu botol saja sejak terakhir stok barang didatangkan pada 27 Februari 2020.

“Sejak pertama kali merebaknya isu ini di Wuhan sudah mulai booming, karena pada saat itu kan wisatawan China masih ramai di sini, jadi mereka sempat kemari untuk menanyakan masker,” jelas Erna Candra, Apoteker sekaligus pemilik Apotek Sanur Indah Farma.

Menipisnya stok masker dan hand sanitizer ini membuat harga barang-barang tersbut melambung di beberapa tempat, namun tak demikian halnya dengan Apotek Anugerah II dan Apotek Sanur Indah Farma. Kedua tempat ini tetap menjual masker dan hand sanitizer dengan harga normal.

Selain itu, khusus untuk Apotek Sanur Indah Farma, tidak memperbolehkan satu orang membeli hand sanitizer dalam jumlah banyak. Hal ini merupakan langkah yang diambil pemilik apotek, Erna Candra, agar adil kepada semua pasien dan menghindari permainan oleh pihak ketiga yang disinyalir dapat menjual kembali stok hand sanitizer yang telah dibeli.

“Saya di sini sebagai penjual dan apoteker, saya harus adil terhadap pasien, terhadap masyarakat sekaligus mengedukasi masyarakat, di mana dalam satu botol hand sanitizer itu tidak mungkin habis dalam satu hari. Jadi saya juga mendidik pasien, berharap bahwa pasien itu satu orang hanya membeli satu,” tegas Erna Candra.

Pun demikian dengan Apotek Anugerah II, tidak bermaksud untuk menaikkan harga masker dan hand sanitizer jikalau stok barang-barang tersebut datang kembali. Aprilia Devi sebagai Apoteker di apotek tersebut pun, mewanti-wanti tentang bijak penggunaan masker, karena sejatinya penularan virus corona ini bukan melalui perantara udara.

“Jadi kalau ada orang batuk, lalu dropletsnya menetes di benda mati, itu virusnya bertahan hingga 24 jam. Dari sana virusnya menularnya, bukan lewat udara. Jadi sebenarnya orang sehat tidak perlu masker. Lebih penting cuci tangan sebenarnya. Yang sakit, yang batuk, itu yang perlu masker,” tandasnya.

Selain kedua apotek tersebut, NusaBali juga berkesempatan mendatangi Apotek Indobat di kawasan Jalan Teuku Umar Denpasar. Di apotek ini stok masker juga telah kosong, yang dimulai sejak pertengahan bulan Februari lalu, dan masih terdapat beberapa stok hand sanitizer dalam jumlah terbatas.

Meskipun kosong, namun dari masyarakat tetap terdapat permintaan untuk masker, yang mencapai puncaknya pada, Senin (2/3) dan Selasa (3/3). “Sudah kosong dari dua minggu lalu, jadi kalau ada permintaan sekarang, tidak bisa dipenuhi,” ujar Agung Agestiawan, apoteker Apotek Indobat.

Berbeda dengan dua apotek sebelumnya yang mempertahankan harga normal, Apotek Indobat mengalami sedikit kenaikan harga untuk penjualan masker.

Kenaikan harga ini mengikuti kenaikan harga yang dijual oleh distributor, namun dengan margin yang masih standard dan tidak melambung jauh, yaitu dengan selisih Rp 10.000 – Rp 20.000 per kotak isi 50 lembar masker. Adapun pengadaan masker juga diutamakan untuk kebutuhan rumah sakit.

“Kalau hand sanitizer tidak ada kenaikan harga, tapi untuk masker dari distributor sendiri memang sudah mahal. Dari distributor beberapa memang menawarkan harga yang cukup tinggi, jadi kita ada beberapa penolakan untuk beberapa jenis masker. Kita memberikan untuk pasien terbatas, kita yang membeli ke distributor juga terbatas, pemenuhan kebutuhan di rumah sakit diutamakan,” tuntas Agung Agestiawan. *cr74

Komentar