nusabali

Bunga Rampai Renungan Pagi, Catatan Inspirasi Notaris I Wayan Sugitha

  • www.nusabali.com-bunga-rampai-renungan-pagi-catatan-inspirasi-notaris-i-wayan-sugitha

DENPASAR, NusaBali
Biasanya, profesi notaris tidak memiliki banyak waktu untuk memikirkan aktivitas di luar pekerjaan membuat akta.

Namun itu tidak berlaku bagi notaris kawakan I Wayan Sugitha. Di sela kesibukannya, Sugitha mampu menulis ratusan tulisan layaknya kolumnis. Ratusan catatan buah pikirannya itu kemudian dibukukan dalam sebuah buku berjudul 'Bunga Rampai Renungan Pagi, Inspirasi Harian Seorang Notaris'. Buku tersebut diluncurkan Minggu (1/3) malam di Hongkong Garden Restaurant, Kota Denpasar. Peluncuran dihadiri sejumlah kerabat, kolega, dan sahabat Sugitha.

Ada 342 tulisan dalam buku Sugitha dikumpulkan sejak tahun 2012 silam. "Tulisan-tulisan saya bagaikan lilin-lilin kecil yang ditulis singkat serta dibahilan melalii media sosial dan beberapa grup WhatsApp sejak tahun 2012," ujarnya. Aktivitas menulis catatan ini ia lakukan seusai membaca tulisan tokoh-tokoh pemikir dan artikel media massa.

Tak heran sejumlah nama seperti Emha Ainun Najib, Gde Prama, Khalil Ghibran, hingga Jalaluddin Rumi menjadi refrensinya dalam menuliskan catatan. "Saya mencintai tulisan tokoh-tokoh itu tentang apapun. Setelah saya baca selalu saya tulis ulang di dalam buku folio. Di situ saya tulis kembali untuk mengingatkan kembali apa yang saya harus lakukan," tutur pria kelahiran 24 Oktober 1956 ini.

Bahkan kebiasaan mengkliping artikel surat kabar pun masih ia lakukan. "Saya paling suka mengkliping sampai hari ini. Tumpukan kliping banyak ada di kantor sampai rumah saya sendiri. Setiap membaca surat kabar pagi akan saya kliping dulu tulisan yang menyentuh. Istri saya bahkan tidak boleh pegang dulu," selorohnya.

Banyaknya refrensi dalam catatannya membuat tulisan-tulisan Sugitha menjadi sangat berwarna. Kumpulan tulisan Sugitha membicarakan banyak hal. Mulai dari kemanusiaan hingga kekuasaan, selebritas hingga seksualitas, Albert Camus hingga Kartini, serta masih banyak lagi.

"Saya menulis hampir setiap hari. Mengalir bagai air, isu yang saya tulis juga beragam, tidak hanya pada satu isu," tutur alumni Fakultas Hukum Universitas Udayana ini. Sugitha berharap buku ini bisa menjadi warisan kelak ketika sudah tiada. Ia mengumpamakannya dengan peribahasa Latin kuno, Verba Volent Scripta Manent. "Apa yang terkatakan, akan segera lenyap. Apa yang tertulis akan menjadi abadi. Itulah dasar saya untuk menulis buku ini," tutupnya.

I Wayan Sugitha sendiri adalah seorang notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Ia pernah memegang jabatan sebagai Ketua Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (OPPA) Pengda Bali tahun 1994, 1997, dan tahun 2000. Di dunia pendidikan, alumni  Pendidikan Notariat Universitas Padjadjaran, Bandung ini tercatat sebagai anggota Dewan Pendidikan Kota Denpasar sejak tahun 2003 sampai sekarang. Cukup lama duduk sebagai Ketua Komite SMP Negeri 3 Denpasar yakni tahun 1994-2009, dia juga menjadi Bendahara Komite SMP Negeri 1 Denpasar sejak tahun 2009-2011 dan Ketua Komite SMP Negeri 1 Denpasar sejak tahun 2011-sekarang.*cr75

Komentar