nusabali

Longsor di Kerta, 1 Tewas, 2 Luka

Salah Satu Korban Selamat dari Maut Setelah Berlindung di Goa

  • www.nusabali.com-longsor-di-kerta-1-tewas-2-luka

GIANYAR, NusaBali
Ketiga korban longsor adalah buruh serabutan asal sebanjar dari Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Gianyar

Bencana tebing longsor terjadi saat aktivitas penataan akses jalan untuk akomodasi wisata di Banjar Kerta, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Gianyar, Senin (2/3) pagi. Dalam musibah ini, seorang buruh tewas tertimbun, sementara 2 korban lainnya selamat dari maut dalam kondisi terluka.

Korban tewas dalam bencana longsor yang terjadi Senin pagi sekitar pukul 08.45 Wita ini adalah I Made Suardana, 50, buruh serabutan asal Banjar/Desa Kerta, Kecamatan Payangan. Sedangkan dua buruh lainnya yang terluka, juga asal sekampung, yakni I Made Purwata, 50, dan I Made Junarta, 48.

Informasi di lapangan, saat musibah terjadi, ketiga korban tengah membersihkan puing-puing kayu di bawah tebing menggunakan senso. Puing-puing kayu ini berserakan sehubungan hujan lebat sebelumnya. Puing ini harus dibersihkan, karena lokasi ditata untuk akses jalan menuju akomodasi wisata.

Setelah puing kayu bersih, ketiga korban rencananya hendak membeton goa di sisi selatan tebing. Naas, belum selesai menyenso kayu, tebing yang labil pasca diguyur hujan semalaman tiba-tiba longsor. Tebing longsor setinggi 15 meter dengan ketebalan 4 meter.

Ketiga korban sempat berusaha menyelamatkan diri. Namun sayang, korban Made Suardana tertimbun longsor hingga meregang nyawa. Sementara dua rekannya berhasil menyelamatkan diri dengan mengalami luka-luka. Korban Made Purwata berhasil lari menjauh, sedangkan Made Junarta sempat berlindung ke dalam goa.

Menurut kesaksian korban selamat Made Junarta, sebelum terjadi longsor, mereka bertiga mengoperasikan senso dalam posisi berjejer. “Kami berjejer dalam posisi berdekatan. Saya berada di tengah, sementara Pak Made Purwata sebelah utara dan Bli Made Suardana di sisi selatan dalam posisi pegang senso,” ungkap Made Junarta.

Disebutkan, begitu mendengar suara gemuruh pertanda tanah akan longsor, Junarta sempat menepuk punggung korban Made Suardana. “Bli, Bli, Bli Doni (panggilan akrab Suardana, Red), tanah e kal embid. Melaib, melaib (Tanah akan longsor. Lari, lari). Saya lari masuk ke aungan (goa), sudah nggak lihat apa-apa,” jelas Junarta. Dia tidak menyangka dirinya bisa selamat dari maut. “Saya kira Bli Doni dan Pak Ani (Made Purwata) berhasil selamat, cuma saya yang tertimbun,” katanya.

Dalam posisi terperangkap dalam goa yang ditutupi material longsoran, Junarta berusaha menggali menggunakan kedua tangannya. “Saya di aungan sendirian dalam posisi jongkok, gelap, pengap. Karena kekurangan Oksigen dan sulit bernapas, Junarta berusaha menggali menggunakan kedua tangan. Syukurlah, saya berhasil keluar sambil merangkak,” kenang Junarta.

Setelah berhasil keluar, Junarta mencari kedua rekaannya. “Saya lihat Bli Ani selamat, tapi Bli Doni hilang. Kita berdua keliling mencari Bli Doni,” jelasnya. Sekitar 10 menit pencarian, akhirnya Junarta menemukan petunjuk berupa jari tangan kanan korban Sukadana.

Saking kagetnya atas temuan jari tangan itu, korban selamat lainnya, Made Purwata, bahkan langsung jatuh pingsan. Itu sebabnya, Junarta menggali sendirian material longsor yang menimbun korban Sukadana.

Akhirnya, upaya penggalian membuahkan hasil, di mana kepala hingga bagian dada korban Sukadana kelihatan. Namun, saat itu korban Sukadana sudah tidak bernyawa. “Ketebalan tanah yang menimbun wajah Bli Doni sekitar 50 cm, sementara badannya tertimbun sekitar 1,5 meter. Mungkin saat itu Bli Doni dalam posisi berdiri,” terang Junarta.

Setelah bagian atas tubuh Sukadana kelihatan, Junarta selanjutnya mengabari keluarga korban terkait musibah maut tersebut. Tak lama berselang, bala bantuan berdatangan, termasuk dari kepolisian yang dipimpin langsung Kapolsek Payangan, AKP Gede Sudyatmaja.

Babhinsa Desa Kerta, Serma Made Arka, juga terjun ke lokasi bersama Camat Payangan, petugas BPBD Gianyar, dan warga sekitar. Mereka terjun untuk mengevakuasi korban Sukadana, yang tewas tertimbun. “Setelah ramai orang datang ke lokasi itulah, saya malah ikut jatuh pingsan, tidak ingat apa-apa lagi. Pas sadar, saya sudah dirawat di Puskesmas Payangan,” ungkap Junarta.

Sementara, jasad korban Made Sukadana kemarin langsung dibawa ke Puskesmas Payangan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Usai diperiksa, jenazah korban dibawa ke rumah duka, untuk selanjutnya dikuburkan di Setra Desa Adat Kerta pada Soma Paing Langkir, Senin sore.

Korban Made Sukadana yang kesehariannya bekerja sebagai buruh bangunan dan petani serabutan, berpulang buat selamanya meninggalkan istri tercinta Ni Wayan Wiyadni, 41, dan seorang anak laki-laki I Wayan Doni Suriyawan, 20.

Terungkap, korban Made Sukadana bersama dua rekannya, Made Junarta dan Made Purwata, bekerja di lokasi TKP longsor sejak Kamis (27/2) lalu atau dua hari sebelum Kuningan. Kemuduan, mereka libur dua hari terkait perayaan Kuningan dan baru kerja lagi, Senin kemarin. “Karena kemarin (Minggu malam) hujan, di lokasi banyak hanyut tumpukan kayu. Jadi, kami sepakat membersihkan tumpukan kayu itu sebelum membuat terowongan,” cerita Made Junarta.

Informasi yang diterima Junarta, lokasi longsor tersebut akan dijadikan akses jalan untuk akomodasi wisata. Namun, dia tidak tahu siapa yang punya proyek tersebut. “Almarhum Bli Doni yang lebih tahu soal proyek ini, tiyang hanya diajak maburuh,” papar Junarta, yang mengalami luka gores dan bengkak di kaki kanan. *nvi

Komentar