nusabali

Mohon Berkah dengan Memanah Kesuburan dari 9 Penjuru Mata Angin

Krama Banjar Tengah, Desa Adat Bungaya Pentaskan Kesenian Sakral Tari Memanah Saat Kuningan

  • www.nusabali.com-mohon-berkah-dengan-memanah-kesuburan-dari-9-penjuru-mata-angin

Tari Memanah dimainkan 6 teruna sebanjar yang mengenakan kamben dan gelung di kepala, namun tanpa pakaian atasan. Semua penari membawa senjata panah lengkap dengan busurnya

AMLAPURA, NusaBali

Krama Banjar Tengah, Desa Adat Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem pentas-kan kesenian sakral Tari Memanah saat puncak upacara Pamiyosan di Pura Banjar Tengah bertepatan Hari Raya Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (29/2) malam. Tari Memanah ini bermakna untuk memohon berkah dengan cara memanah kesuburan dari sembilan penjuru mata angin.

Ada 6 penari yang ditampilkan dalam pentas sakral Tari Memanah di Pura Bale Banjar Tengah, Desa Adat Bungaya, Sabtu malam mulai pukul 19.00 Wita. Mereka semuanya dari teruna (pemuda) Banjar Adat Tengah.

Busana yang dikenakannya pun unik. Mereka mengenakan kamben lengkap dengan kampuh, menggunakan gelung di kepala, namun tanpa pakaian atasan. Semua penari membawa senjata panah, lengkap dengan busurnya. Mereka menarikan tarian sakral ini selama 10 menit.

Sebelum tarian sakral dimulai, Pamangku Pura Banjuar Tengah, Desa Adat Bungaya, Jro Mangku Gelgel, lebih dulu menggelar ritual matur piuning, sebagai simbolis untuk memohon petunjuk niskala. Berdasarkan petunjuk niskala, hanya 6 teruna yang diperkenankan tampil menarikan Tari Memanah.

Habis itu, 6 teruna yang diperkenankan menari, masing-masing bersiap memegang busur dan anak panah. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Pemurah, gerakan-gerakan tarian yang dilakukan 6 penari tersebut pun menandakan rasa syukur.

Misalnya, sebelum membentangkan anak panah untuk membidik hasil bumi yang merupakan karunia Sang Maha Pemurah, penari terlebih dulu menyentuhkan ujung anak panahnya ke ibu pertiwi. “Menyentuhkan ujung anak panah ke pertiwi ini sebagai simbolis memohon restu. Sebab, seluruh hasil bumi datangnya dari ibu pertiwi,” ungkap salah satu prajuru Banjar Adat Tengah, I Wayan Purni, kepada NusaBali di sela pertunjkan tarian sakral malam itu.

Selanjutnya, busur dibentangkan ke 9 arah penjuru mata angin, secara bergantian. Diawali gerakan menghadap ke utara dengan membentangkan busur lalu melepas anak panah, disusul ke arah timur, arah selatan, arat barat, arah tengah, kemudian arah timur laut, arah tenggara, arah barat daya, dan arah barat laut.

Menurut Wayan Purni, kesenian sakral Tari Memanah ini memang dipentaskan sebagai ungkapan rasa syukur atas anugerah kesuburan yang dilimpahkan Ida Batara Sesuhunan kepada umatnya. Anugerah itu kemudian dikembalikan ke Sang Maha Pemurah melalui ritual Tari Memanah ini. Selanjutnya, melalui Tari Memanah pula, kesuburan itu kembali dimohon.

Wayan Puri menyebutkan, kesenian sakral Tari Memanah ini digelar rutin 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) saat upacara Pamiosan pas rahina Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, di Pura Bale Banjar Tengah, Desa Adat Bungaya. "Tarian sakral yang bermakna mohon berkah kesuburan dipentaskan malam hari pas rahina Ku-ningan," jelas Wayan Purni.

Setelah pentas sakral Tari Memanah, biasanya selalu dilanjut dengan pementasan Tari Dadap, yang dilakukan krama sepuh. “Setelah Tari Dadap, barulah dilaksanakan persembahyangan bersama yang diantarkan langsung oleh Jro Mangku Gelgel,” papar Wayan Purni. *k16

Komentar