nusabali

Merasa Kehilangan Saat Anak yang Dirawat Menemukan ‘Jodoh’ Adopsi

Kisah Luh Putu Ari Mudiastuti, Perawat Bayi dan Anak Terlantar di Yayasan Sayangi Bali

  • www.nusabali.com-merasa-kehilangan-saat-anak-yang-dirawat-menemukan-jodoh-adopsi

Yayasan Sayangi Bali sendiri memiliki visi dan misi untuk merawat bayi-bayi terlantar sampai mendapatkan orang tua angkat sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

DENPASAR, NusaBali
Tidak pernah terbayangkan bagi seorang Luh Putu Ari Mudiastuti, 26, untuk memutuskan menjadi perawat bayi dan anak terlantar di Yayasan Sayangi Bali yang beralamat di Jalan Subak Dalem No 3X (Gatot Subroto Tengah), Denpasar. Tidak seperti lulusan perawat lainnya yang mengincar pekerjaan di rumah sakit atau klinik, perempuan yang akrab disapa Ayik ini justru tertantang mengurus bayi yang ‘dibuang’ orangtuanya itu di Yayasan Sayangi Bali.

“Dasarnya saya memang suka sama anak-anak. Kebetulan juga ada keinginan pengen punya adik lagi, tapi bapak sudah meninggal. Nah, berjodoh di sini karena pas kebetulan Yayasan Sayangi Bali butuh perawat. Pas saya tamat tahun 2016, saya langsung melamar ke sini,” cerita Ayik saat ditemui di Yayasan Sayangi Bali, Jumat (28/2).

Ayik bercerita, pertama kali menangani bayi secara langsung sempat membuatnya takut, lantaran masih ada tali pusar dan bingung cara menanganinya. Tapi setelah melihat beberapa kali praktek langsung dari para senior, dia pun terbiasa saat ini. Saat ini yang masih tinggal di yayasan tersebut antara lain bayi laki-laki berumur 5 bulan dan 7 bulan, satu perempuan berumur 5,5 tahun dengan kondisi kelainan pada anggota gerak, serta satu anak laki-laki berumur sekitar 4 tahun dengan kondisi kelainan saraf.

Sementara ada satu anak yang diajak oleh Ketua Yayasan, Dewa Wirata, karena memiliki karakter yang cukup berbeda. “Dari sini saya juga mulai belajar karakter anak. Dulunya kalau anak nangis, saya takut. Tapi lama-lama tahu, oh dia nangis pengen minta susu, atau dia nangis karena ngantuk, dan lain-lain. Setiap anak beda-beda karakternya, tergantung kita cepat tanggap dan menangkap maksud dan keinginannya,” tutur perempuan asal Banjar Sampiang, Kelurahan/Kecamatan Gianyar ini.

Saking sayangnya dengan anak-anak di Yayasan Sayangi Bali, Ayik pun seolah memiliki ikatan batin yang kuat dengan anak-anak tersebut. Ada satu anak yang membuatnya merasa seperti ‘kehilangan’ ketika sudah menemukan jodoh orangtua angkat (adopsi). Namanya Meichan. Anak tersebut adalah bayi yang pertama kali dia tangani. “Itu bayi pertama yang saya tangani. Dia dari bayi saya rawat, dan merasa sudah seperti anak sendiri. Dia diadopsi pas umur 2 tahunan. Pas diadopsi itu benar-benar merasa kehilangan seorang anak,” kata perempuan kelahiran 2 April 1994 ini.

Setelah tiga tahun mengasuh bayi tanpa orangtua kandung ini, Ayik merasa hidupnya penuh syukur. Entah mengapa, Ayik juga merasa jalan hidupnya selalu dimudahkan oleh Tuhan. Sulung dari dua bersaudara pasangan Alm I Wayan Mudiana dan Ni Ketut Ariasih ini yakin, jika anak terlantar yang dirawat dengan tulus, anak akan membawa rezeki. Ayik yang belum menikah juga mengaku mendapat banyak pelajaran dalam merawat bayi yang benar. “Kebetulan saya belum nikah, ini saya jadikan pengalaman, biar tahulah bagaimana cara merawat anak yang baik. Jadi bisa memahamilah dari sekarang,” tutup perempuan yang menamatkan pendidikan S1 Keperawatan di Stikes Wira Medika Denpasar tahun 2016 ini.

Yayasan Sayangi Bali sendiri memiliki visi dan misi untuk merawat bayi-bayi terlantar sampai mendapatkan orang tua angkat sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu memberi konsuling secara gratis untuk para Ibu hamil yang kesulitan mempertahankan bayinya demi menghindari terjadinya aborsi. Karena sesuai dengan UU perlindungan anak, tindakan aborsi adalah tindakan pidana. Juga menyalurkan bantuan dari para donatur untuk anak-anak cacat dan kurang mampu.

Dilansir dari websitenya https://yayasansayangibali.socmedtech.net/, yayasan ini memiliki sejumlah misi, seperti membantu bayi terlantar, anak-anak cacat kurang mampu. Yayasan ini juga menerima pengajuan keluarga tidak mampu, putus sekolah untuk mendapatkan bantuan dari para donator, juga ada ‘Gerakan Koin Rp 100’ untuk berbagi dengan orang-orang tidak mampu. *ind

Komentar