Kran Ekspor Manggis ke China Dibuka Lagi
Sempat tutup selama 3 pekan karena dampak virus corona, kran ekspor manggis ke China mulai dibuka.
DENPASAR,NusaBali
Hanya saja masih seret, karena ekspor dilakukan melalui penerbangan transit Singapura- Thailand-Hongkong.
Kondisi ini memberi harapan, ekspor manggis maupun produk hortikultura lainnya ke Tiongkok, sudah mulai bisa dilakukan meski dalam suasana ‘isu’ corona.
Pelaku bisnis hortikultura Bali menyampaikan hal tersebut. “Kalau sebelumnya selama 3 pekan close sama sekali,” ungkap Anak Agung Gede Agung Wedhatama seorang eksportir buah Bali dari Singaraja, Jumat (28/2).
Hanya karena kuota kargo terbatas, volume eskpor belum maksimal. Gung Weda mencontohkan dirinya. Sekali ekspor sekarang ini baru bisa mengirim sekitar 500 box atau 4 ton sekali ekspor. Jumlah tersebut masih kurang dari permintaan.
“Karena permintaan masih tinggi,” ujar Ketua komunitas Bali Organic Subak ini. Sebelumnya ekspor sempat dilakukan melalui kargo laut. Namun perlu waktu sampai 10 hari baru sampai di China. Produk atau manggis tidak bisa dikirim dari Bali langsung, tetapi melalui pelabuhan di luar Bali diantaranya Tanjung Periok,Jakarta.
Terpisah Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiartha menyatakan bersyukur sudah mulai lagi adanya ekspor manggis ke Tiongkok, walau lewat penerbangan transit.
“Ini jelas membantu pemasaran yang memang kita harapkan,” ujarnya. Dia juga mengiyakan sudah ada eksportir Bali yang mulai ekspor ke China setelah sebelumnya sempat henti. “Katanya ada lewat laut dengan pendingin,” ujar Sugiartha.
Untuk diketahui Tiongkok merupakan tujuan ekspor utama buah manggis. Kebutuhan manggis dari pasar Tiongkok cukup besar, antara 9 ribu sampai 10 ribu ton setiap tahun. Dari kebutuhan tersebut Bali baru bisa memenuhi sekitar separonya. Setengahnya lagi diperoleh dari daerah atau produsen manggis lain di Indonesia. *K17.
Hanya saja masih seret, karena ekspor dilakukan melalui penerbangan transit Singapura- Thailand-Hongkong.
Kondisi ini memberi harapan, ekspor manggis maupun produk hortikultura lainnya ke Tiongkok, sudah mulai bisa dilakukan meski dalam suasana ‘isu’ corona.
Pelaku bisnis hortikultura Bali menyampaikan hal tersebut. “Kalau sebelumnya selama 3 pekan close sama sekali,” ungkap Anak Agung Gede Agung Wedhatama seorang eksportir buah Bali dari Singaraja, Jumat (28/2).
Hanya karena kuota kargo terbatas, volume eskpor belum maksimal. Gung Weda mencontohkan dirinya. Sekali ekspor sekarang ini baru bisa mengirim sekitar 500 box atau 4 ton sekali ekspor. Jumlah tersebut masih kurang dari permintaan.
“Karena permintaan masih tinggi,” ujar Ketua komunitas Bali Organic Subak ini. Sebelumnya ekspor sempat dilakukan melalui kargo laut. Namun perlu waktu sampai 10 hari baru sampai di China. Produk atau manggis tidak bisa dikirim dari Bali langsung, tetapi melalui pelabuhan di luar Bali diantaranya Tanjung Periok,Jakarta.
Terpisah Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiartha menyatakan bersyukur sudah mulai lagi adanya ekspor manggis ke Tiongkok, walau lewat penerbangan transit.
“Ini jelas membantu pemasaran yang memang kita harapkan,” ujarnya. Dia juga mengiyakan sudah ada eksportir Bali yang mulai ekspor ke China setelah sebelumnya sempat henti. “Katanya ada lewat laut dengan pendingin,” ujar Sugiartha.
Untuk diketahui Tiongkok merupakan tujuan ekspor utama buah manggis. Kebutuhan manggis dari pasar Tiongkok cukup besar, antara 9 ribu sampai 10 ribu ton setiap tahun. Dari kebutuhan tersebut Bali baru bisa memenuhi sekitar separonya. Setengahnya lagi diperoleh dari daerah atau produsen manggis lain di Indonesia. *K17.
Komentar