nusabali

Bali Akan Alami Hari Tanpa Bayangan

  • www.nusabali.com-bali-akan-alami-hari-tanpa-bayangan

Pada hari pertama, Kamis (27/2), fenomena tanpa bayangan meliputi Denpasar, Mengwi, Tabanan, Gianyar, Bangli, dan Klungkung. Hari kedua, Jumat (28/2), meliputi Negara (Jembrana) dan Singaraja (Buleleng).

MANGUPURA, NusaBali

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar memprakirakan Pulau Dewata akan mengalami fenomena kulminasi utama. Bahkan, fenomena yang kerap dikenal dengan fenomena matahari tanpa bayangan tersebut terjadi selama dua hari berturut-turut, Kamis (27/2) dan Jumat (28/2).

Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar Iman Fatchurochman, menerangkan fenomena matahari tanpa bayangan ini terjadi pada Kamis (27/2) dan Jumat (28/2). Pada hari pertama untuk wilayah yang dilintasi fenomena tersebut masing-masing di wilayah Denpasar, Mengwi, Tabanan, Gianyar, Bangli, dan Klungkung. Sementara untuk hari kedua, Jumat (28/2), meliputi wilayah Negara (Jembrana) dan Singaraja (Buleleng). Terkait rentang waktu bagi masyarakat untuk melakukan pengamatan, Iman menuturkan, sekitar pukul 12.30 hingga 12.35 Wita. “Karena fenomena itu terjadi sangat cepat, waktu pengamatan juga begitu singkat. Di setiap wilayah memiliki waktu pengamatan yang berbeda-beda,” ujar Iman, Rabu (26/2) siang.

Untuk hari kedua fenomena itu yang terjadi di Negara dan Singaraja juga sangat cepat. Waktu lintasnya sekitar pukul 12.32 Wita hingga 12.34 Wita. Iman menyatakan, tidak ada dampak yang ditimbulkan dari fenomena ini. Namun saat fenomena berlangsung, dipastikan bayangan masyarakat yang mengamati tidak akan terlihat karena faktor deklinasi matahari sama dengan pengamat. Hal inilah yang menyebabkan bayangan benda akan bertumpuk dengan benda itu sendiri. “Fenomena ini ketika matahari berada di posisi paling tinggi di langit. Maka, saat kita berada di luar ruangan, tidak tampak ada bayangan karena berada tegak lurus,” ungkap Iman.

Untuk fenomena tersebut, wilayah Indonesia diprakirakan akan mengalami dua kali dalam setahun. Hal ini disebabkan posisi Indonesia yang berada di sekitar equator. Setiap wilayah di Indonesia termasuk Bali memiliki rentang waktu tertentu saat fenomena terjadi, karena fenomena ini terus bergerak ke arah utara. “Kalau fenomena ini memang terjadi dua kali setahun. Itu tergantung wilayah. Untuk Bali pada Februari ini dan diperkirakan akan terjadi lagi Oktober,” tutur Iman. *dar

Komentar