nusabali

Seniman Gusti Agung Wiyat Berpulang

  • www.nusabali.com-seniman-gusti-agung-wiyat-berpulang

Seniman sastra yang juga pemain drama gong era 1980an, pemeran Patih Bagaspati Raja, Gusti Agung Wiyat, tutup usia, Senin (24/2) sekitar pukul 12.45 Wita.

GIANYAR, NusaBali

Seniman asal Puri Anyar Keramas, Banjar Gelgel Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini meninggal usai tujuh hari dirawat di sebuah RS swasta di Gianyar.

Almarhum didiagnosa mengalami komplikasi diabetes dan kanker nasofaring, sejenis kanker tenggorokan dan infeksi paru-paru. “Sejak Desember sampai Februari ini tiga kali bolak balik rumah sakit,” ungkap putri kedua almarhu,m I Gusti Agung Yuri Kasturi Wiyati Oka, saat ditemui di rumah duka, Selasa (25/2).

Dikatakan, ayahnya mulai mengalami penurunan kesadaran sejak Senin (24/2) sehingga dirawat di rumah sakit. “Pas masuk rumah sakit sudah tidak sadar. Habis kemo, tenggorokannya menyempit. Asupan makanan kurang, susah bicara. Sehingga ajung tidak ada berpesan apa-apa sebelum meninggal,” jelasnya.

Jenazah almarhum telah disemayamkan di rumah duka Puri Anyar Keramas, berselang dua jam setelah dinyatakan meninggal. Prosesi pelebon masih menunggu rembuk keluarga. “Pelebon kemungkinan setelah Nyepi. Karena sekarang kebetulan masih odalan ring Pura Penataran Agung I Gusti Agung Maruti,” jelasnya anak almarhum yang menikah di Denpasar ini.

Semasa hidup, almarhum aktif menulis cerita pendek dan main drama gong bersama Duta Bon Bali. “Ajung sering menari bersama Pak Godogan, era 1980an,” jelasnya. Atas keaktifan dalam seni, almarhum, Pemda Bali memberikan penghargaan Wijaya Kusuma. Almarhum memiliki dua istri. Dari pernikahan dengan Anak Agung Oka Suardhi (meninggal tahun 2006) dikarunia tiga anak yakni I Gusti Agung Kim Fajar Wiyati Oka, I Gusti Agung Yuri Kasturi Wiyati Oka, dan I Gusti Agung Gede Adistana Awiyata. Dengan istri kedua, Anak Agung Manik dikaruniai seorang putra bernama I Gusti Agung Manik Awiyata.

Almarhum Gusti Agung Wiyat beken dengan nama Agung Wiyat S Ardhi. Nama tersebut, menurut Gusti Yuri mengambil nama sang ibu Anak Agung Oka Suardhi. “S Ardhi itu dari nama istri pertama ajung, ibu kami. Mungkin saking cintanya, nama ibu dipakai,” ungkapnya. Darah seni almarhum mengalir dari seniman Arja Keramas I Gusti Agung Putu Gelgel (almarhum). “Kakek guru tari arja, sempat jadi perbekel,” jelasnya. Namun, penerus Agung Wiyat dalam berkesenian diakui tidak mengalir pada  anaknya.

“Kalau menari bisa, tapi tidak ada yang professional. Terlebih saat ini drama gong sudah redup, digantikan sama lawak modern,” ujarnya. Almarhum lahir di Puri Anyar Keramas Gianyar, 3 Februari 1946, bergelar sarjana muda dari ASTI dan sarjana Agama Hindu serta sempat menjadi guru di PR Saraswati Gianyar. Beliau juga sempat menjadi Kepala SPG Saraswati Gianyar, Kepala SMA Saraswati Gianyar, Anggota Mejelis Madya Kabupaten Gianyar, Tim Penyeleksi Penerimaan Penghargaan Wija Kusuma Kabupaten Gianyar, Tim Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Gianyar, Tim Pembina Utama Dharma Gita Kabupatén Gianyar, dan Tim Pembina Nyastra Kabupatén Gianyar. Selain itu, beliau juga terkenal sebagai pemain/penari Drama Gong. Beliau mendapatkan hadiah Sastra Rancage tahun 2001 dengan karya yang berjudul “Gending Girang Sisi Pakerisan” dan atas jasanya dalam bidang sastra Bali Moderen tahun 2010. Tahun 2015 mendapatkan penghargaan Widya Pataka dari Gubernur Bali atas karya sandiwara berbahasa Bali berjudul “Bogolan”.*nvi

Komentar