nusabali

7 Hari, 116 Ekor Babi di Bila Mati Misterius

  • www.nusabali.com-7-hari-116-ekor-babi-di-bila-mati-misterius

Awalnya babi-babi itu kehilangan nafsu makan, lalu dalam tempo hanya sehari keluar busa dan darah dari mulut hewan ternak itu.

SINGARAJA, NusaBali

Kasus hewan ternak babi mati mendadak kembali menghantui Buleleng. Seratusan babi milik pengusaha babi PT Anugrah Besama Sejahtera (ABS), yang berlokasi di Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, mati mendadak terakumulasi sejak Selasa (18/2/2020) lalu hingga Senin (24/2/2020) kemarin.

Menurut pengawas PT ABS, Nyoman Suardana, sebanyak 116 sekor babi yang dipiara di peternakan skala besar itu mulai menunjukkan tanda-tanda tak beres sejak Selasa (18/2). Lima ekor babi pun mengawali serangan kematian misterius babi-babi yang dipiara di peternakan itu. Hingga kemarin sudah tercatat 116 ekor babi yang mati mendadak. Sebanyak 49 ekor induk babi, 6 ekor pejantan, 45 ekor anakan, 15 ekor babi guling (babi dewasa) dan 1 ekor babi siap panen.

“Awalnya tidak mau makan, padahal cuma sehari saja, kemudian langsung keluar bisa dan darah dari mulutnya dan langsung mati. Awalnya cuma lima ekor kemudian merambat, dua hari terakhir sudah berkurang, puncaknya hari Jumat dan Sabtu kemarin, makanya saya langsung panggil dokter di sini,” jelas Nyoman Suardana yang ditemui di perusahaan tempatnya bekerja, Senin (24/2/2020).

Bangkai babi yang mati mendadak iu juga disertai dengan bercak kebiruan seperti lebab pada permukaan kulitnya. Dari 1.800 ekor populasi babi yang dipelihara di PT ABS, yang banyak terserang adalah indukan yang sedang bunting. Bahkan anak babi yang baru dilahirkan indukannya juga banyak yang mati. “Yang dihajar (terserang, Red) itu yang bunting dan yang anakan banyak yang mati, sebaliknya babi untuk babi guling cukup kuat,” ucap Nyoman Suardana.

Sebagai pengusaha ternak babi berskala besar, perusahaannya disebut Suardana sudah menjalankan standar operasional prosedur (SOP) baik dari pakan, kebersihan, pengolahan limbah hingga bio security. Perusahaannya pun hingga kini belum mengetahui secara pasti apa penyebab pasti kematian misterius ternak babi mereka.

Camat Kubutambahan, I Made Suyasa yang didampingi Perbekel Desa Bila Ketut Citarjana Yudi mengatakan segera turun ke lapangan setelah mendapatkan informasi. Pemerintah desa dan kecamatan pun langsung menginstruksikan perusahaan untuk segera mengubur bangkai babi yang berjatuhan untuk meredam kekawatiran masyarakat sekitarnya. “Kami Pemerintah Kecamatan tetap berharap ada koordinasi dengan penyanding dan masyarakat di sini agar tidak resah. Mudah-mudahan ini tidak menjadi polemik baru, karena ini musibah kita hanya bisa melakukan penanganan dengan baik,” ungkap Camat I Made Suyasa.

Camat asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan ini juga mengimbau kepada masyarakat sekitar agar tetap tenang dan tidak resah. “Begitu pula dengan penyanding yang pernah berkonflik dengan perusahaan kami mohon perhatian khusus, mudah-mudahan ini tidak menjadi masalah baru,” tegas Camat Suyasa. Seragan babi mati secara misterius yang mengakibatkan kerugian puluhan juta rupiah itu juga segera dilaporkan ke Dinas Lingkungan Hiudp dan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng untuk segera mendapat penanganan.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta, mengatakan sudah menindaklanjuti kasus kematian babi secara mendadak dan misterius di Desa Bila itu. Bahkan Balai Besar Verteriner Denpasar juga sudah mengambil sampel babi yang mati. “Kami masih menunggu hasil investigasi dan uji laboratorium dari BBVet Denpasar, untuk mengetahui penyebab pasti kematian babi ini termasuk juga untuk hasil uji lab sampel di Desa Bungkulan,” ucap Kadis Sumiarta.

Sebelumnya, puluhan babi di Banjar Dinas Dauh Munduk, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan Buleleng mendapat serangan lebih awal. Sebanyak 65 ekor babi yang dipelihara oleh 25 KK di banjar dinas itu mati mendadak sejak awal Februari lalu. Berbagai upaya sudah dilakukan Dinas Pertanian untuk meredam keresahan masyarakat di tengah mencuatnya kasus Afrikan Swine Fever (ASF) di Bali. Selain melakukan sosialisasi dan pemberian bantuan disinfektan, juga diberikan pemahaman kepada tukang jagal babi untuk menjaga proses pemotongan dengan baik dan higenis. Selain tidak mendatangkan babi dari luar kabupaten yang terindikasi kematian ternak babinya terbanyak di Bali.*k23

Komentar