nusabali

Populasi Penyu Meningkat, tapi Dihantui Pencemaran Lingkungan

  • www.nusabali.com-populasi-penyu-meningkat-tapi-dihantui-pencemaran-lingkungan

Populasi penyu yang bertelur di sepanjang pantai di Kabupaten Jembrana, terus meningkat setiap tahun.

NEGARA, NusaBali

Di sisi lain, seiring dengan peningkatan populasi itu, angka kematian penyu yang ditemukan terdampar di Jembrana juga bertambah setiap tahun. Kematian penyu itu diduga kuat akibat pencemaran lingkungan, khususnya sampah-sampah plastik di laut.

Koordiantor Kelompok Pelestari Penyu (KPP) Kurma Asih, Desa Perancak, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, I Wayan Anom Astika Jaya, Minggu (23/2), mengatakan dari hasil konservasi selama 2019 lalu, ada sebanyak 318 sarang penyu yang ditemukan di sepanjang pantai Kabupaten Jembrana. Jumlah sarang penyu yang kemudian telurnya ditetaskan kelompoknya itu, meningkat sekitar 25 persen dibanding tahun 2018. Per sarang rata-rata berisi sekitar 75 sampai 80 telur. “Kalau tahun 2018, ada sekitar 240 sarang. Setiap tahun, sarangnya terus bertambah,” ujarnya.

Khusus dari Januari hingga jelang akhir Februari 2020 ini, sudah ditemukan 5 sarang penyu. Jumlah temuan sarang penyu itu melonjak dibanding pada kurun waktu yang sama tahun 2019 lalu.

“Kalau dari Januari sampai Februari 2019 hanya ditemukan 1 sarang. Biasanya yang bertelur di awal tahun hanya jenis penyu sisik. Tetapi dari 5 sarang yang sudah ditemukan awal tahun ini, ada beberapa sarang dari penyu lekang,” kata Anom.

Semakin banyak jumlah sarang telur yang ditemukan itu, dipastikan menjadi indikator meningkatnya populasi penyu di perairan Jembrana, ataupun Bali pada umumnya. Sarang-sarang penyu di Jembrana itu, paling banyak ditemukan di Pantai Perancak, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Pantai Pengambengan, Kecamatan Negara, Pantai Delod Berawah, Desa Delod Berawah, Kecamatan Mendoyo, dan Pantai Pekutatan, Desa/Kecamatan Pekutatan. “Kalau masih awal-awal, paling hanya ada beberapa penyu yang mau bersarang di Jembrana. Tetapi sekarang sudah mencapai ratusan,” ungkap Anom.

Namun menurut Anom, seiring dengan peningkatan populasi itu juga masih banyak ditemukan penyu yang mati di Jembrana. Selama 2019 lalu, ditemukan sebanyak 25 ekor bangkai penyu. Dari hasil pengamatan selama ini, kematian penyu-penyu itu sebagian besar sudah dipastikan bukan karena perburuan liar. Tetapi lebih mengarah kepada pencemaran lingkungan, dan itu pun sudah dibuktikan melalui beberapa kali upaya nekropsi terhadap beberapa sampel bangkai penyu. “Dulu sudah pernah dilakukan nekropsi, dan hasilnya ditemukan sampah plastik di dalam perutnya,” ucap Anom.

Sekitar pertengahan Januari 2020, Anom menyatakan sempat menerima informasi penemuan seekor bangkai penyu yang terdampar di Pantai Medewi, Desa Medewi, Kecamatan Pekutatan. Bangkai penyu yang ditemukan seorang warga negara asing (WNA) itu sempat dibedah, dan ditemukan plastik yang menyumbat saluran pernafasan penyu tersebut.

“Jadi ada pergeseran. Kalau dulu penyu terancam punah karena diburu, sekarang lebih kepada faktor alam yang tercemar. Kami sudah bisa menduga kalau kebanyakan bangkai penyu yang terdampar itu mati karena pencemaran, karena tidak ada tanda-tanda luka luar. Saya juga yakinkan, nelayan kita di Jembrana juga sudah tidak ada lagi yang berburu penyu. Bahkan, sekarang nelayan sendiri yang melapor ke kami saat menemukan bangkai penyu maupun ada penyu yang tidak sengaja tersangkut jaring,” tutur Anom. *ode

Komentar