nusabali

Desa Adat Padangtegal Gelontor Dana Ogoh-ogoh

Cegah Pungutan Sumbangan Liar Serangkaian Nyepi

  • www.nusabali.com-desa-adat-padangtegal-gelontor-dana-ogoh-ogoh

Desa Adat Padangtegal, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar memberi perhatian kepada sekaa teruna setempat. Desa adat memberikan bantuan dana  pembuatan ogoh-ogoh oleh sekaa teruna.

GIANYAR, NusaBali

Ogoh-ogoh ini akan diarak saat malam Pangrupukan, sehari sebelum Nyepi, Rabu (25/3). Penggelontoran dana ini sebagai bentuk dukungan desa adat terhadap kreativitas pemuda. Sumbangan dana ini diberikan juga guna menghindari terjadinya aksi memungut sumbangan liar pada kios-kios maupun pengusaha di sekitar Ubud.

Sebagaimana diketahui Desa Adat Padangtegal dikenal, antara lain karena mengelola objek wisata kera atau monyet. Objek ini menghasilkan dana yang tak kecil setiap hari. Jumlah dana yang disumbangkan kepada sekaa teruna cukup menggiurkan yakni Rp 25 juta per sekaa teruna. Di desa adat ini terdapat empat sekaa teruna, diantaranya Banjar Padangtegal Kelod, Mekar Sari, Padangtegal Kaja, dan Padang Kencana. Saat Pangrupukan, teknis pengarakan ogoh-ogoh akan diparadekan.

Koordinator Bidang  Seni Budaya dan Even Yowana Desa Padangtegal I Wayan Eka Sutawan, Rabu (12/2), mengatakan pemberian dana ogoh-ogoh ini merupakan inisiatif desa adat. Bantuan ini sudah berlangsung sejak bertahun-tahun. Dimulai dari pemberian dana sebesar Rp 5 juta, setelah beberapa kali diberikan dengan dana sebesar itu, lalu naik menjadi Rp 10 juta. Setelah itu naik Rp 15 juta, Rp 20 juta, hingga saat ini sebesar Rp 25 juta per STT.

“Sebelumnya (pemberian dana) diurus oleh lembaga seni dan kebudayaan Desa Padangtegal. Sekarang dibentuk organisasi Yowana Desa, inilah yang sekarang mengurus ogoh-ogoh. Tidak lagi lembaga desa adat. Tahun lalu Rp 20 juta, tahun ini dana ogoh-ogoh naik menjadi Rp 25 juta,” ujarnya.

Pemberian dana ini, kata dia, dilatarbelakangi desa tidak ingin pemuda meminta sumbangan ke pengusaha pengusaha. Meskipun di Lingkungan Padangtegal  ada banyak usaha antara lain,  artshop, restoran, villa, dan akomodasi pariwisata lainnya. Jika sekaa teruna memungut sumbangan ke para usahawan ini,  kata dia, dana terkumpul dipastikan besar. Namun risikonya relatif tinggi. “Kalau memungut sumbangan jika tidak dikasi, pasti kesannya agak lain,” ujarnya.

Dia mengakui secara kelembagaan sekaa teruna ini tidak memiliki pendapatan lain. Sebab di Desa Adat Padangtegal, kata dia, pengadaan bazar dilarang. “Kegiatan bazar pun saat ini dilarang. Karena itu semua pemuda di Padangtegal diwajibkan membuat proposal setahun lalu dengan RAB, setor ke desa, desa memberikan dana,” ujarnya.

Kata Eka, nanti ogoh-ogoh Desa Padangtegal akan diparadekan. Dalam parade itu, ada banjar lain yang ikut berpartisipasi yakni Banjar Padangtegal Tengah. "Jadi total ada lima sekaa teruna yang ikut parade," jelasnya.

Dikatakan, Banjar Padangtegal Tengah ini secara adat masuk Desa Adat Peliatan, Ubud. Sebagai partisipasi, sekaa teruna ini hanya diberikan dana bantuan pembuatan ogoh-ogoh Rp 5 juta. "Padangtegal Tengah ini masih berada dalam lingkaran areal Desa Padangtegal, namun secara adat masuk ke Desa Adat Peliatan. Kami ajak bareng, dan mereka setuju," ujarnya. *nvi

Komentar