nusabali

Tebing Longsor, Denpasar-Singaraja Sempat Krodit

Sungai Embah Api Meluap, Warga 13 Banjar di Bhuana Giri Terisolasi

  • www.nusabali.com-tebing-longsor-denpasar-singaraja-sempat-krodit

Arus lalulintas di Jalur Utama Denpasar-Singaraja via Bedugul sempat macet total, Kamis (20/2) pagi, akibat tebing longsor menimbun badan jalan di Kilometer 18 wilayah Banjar Wirabhuana, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng.

SINGARAJA, NusaBali

Tebing yang longsor ini tingginya mencapai 20 meter. Tebing longsor sepanjang 10 meter saat hujan, Kamis pagi pukul 09.00 Wita. Material longsoran berupa tanah dan bebatuan menutupi setengah badan jalan. Karena sebatang pohon cukup besar ikut tumbang ke jalan bersama material longsoran, sehingga proses evakuasi berlangsung cukup lama. Itu sebabnya, arus kendaraan dari dua arah berbeda, utara (Singaraja) dan selatan (Denpasar), sempat macet total.

Evakuasi dilakukan Relawan Destana Desa Gitgit ddibandu Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Buleleng. “Kemacetan tadi cukup lama, karena membersihkan material longsor itu susah. Apalagi, peralatan kami di desa seadanya, sehingga perlu waktu berjam-jam untuk evakuasi,” ujar Perbekel Gitgit, I Putu Arcana, di lokasi TKP, Kamis siang.

Putu Arcana menyebutkan, Pemerintah Desa Gitgit telah memetakan kawasannya yang rawan longsor. Dari hasil pemetaan, kawasan rawan longsor terbentang dari Kilometer 13 (bawah) sampai Kilometer 18 (atas) sepanjang Jalur Utama Singaraja-Denpasar wilayah Desa Gitgit. Karena rawan longsor, Desa Gitgit kerahkan 25 relawan Destana untuk berbagi tugas lakukan penanangan, jika terjadi bencana. Para relawan Destana ini dibagi dalam tiga wilayah: Gitgit bawah, Gitgit tengah, dan Gitgit atas.

Sementara, gara-gara tebing longsor di Kilometer 18 Desa Gitgit, Kamis pagi, jajaran Polres Buleleng terjun ke lokasi untuk mengatur arus lalulintas yang sempat macet total selama 30 menit. Menurut Kasat Sabhara Polres Buleleng, AKP I Nengah Muliadi, sempat terjadi antrean kendaraan sepanjang 2 kilometer dari arah utara dan selatan, karena arus lalulintas cukup padat sehubungan libur Umanis Galungan.

“Pemantauan ke depan tetap akan dilaksanakan Polsek Sukasada, yang mewilayahi daerah ini, selain juga sudah ada pos polisi di atas. Jika terjadi bencana lagi, bisa dengan cepat diinfokan ke Polres Buleleng dan BPBD Buleleng,” papar AKP Muliadi.

Sedangkan Kepala Pelaksana Harian BPBD Buleleng, Ida Bagus Suadnyana, mengatakan peristiwa tebing longsor di Kilometer 18 Desa Gitgit, Kamis kemarin, masih menyisakan material yang harus ditangani menggunakan alat berat. Hal ini sudah dikoordinasikan dengan Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) VIII. Menurut Suadnyana, alat berat milik BPJN VIII sebenarnya sudah standby sekitar 1 kilometer dari lokasi bencana tebing longsor. Hanya saja, operatornya belum bisa dihubungi.

“Kami sudah koordinasi dan BPJN VIII berjanji besok pagi (hari ini) sudah menurunkan alat beratnya ke lokasi. Ini perlu karena kami lihat tanahnya masih snagat labil, sehingga dikhawatirkan terjadi longsor susulan,” jelas Suadnyana di lokasi TKP kemarin.

Sementara itu, bencana banjir kembali terjadi di Sungai Embah Api, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Selasa (18/2)-Rabu (19/2). Karena luapan air cukup besar, akses jalan amblas hingga menjadi tebing sedalam 7 meter. Akibatnya, warga 13 banjar di Desa Bhuana Giri terisolasi.

Belasan banjar yang terisolasi dalam artian tak bisa saling menjangkau itu, sebagian berada di sisi timur Sungai Embah Api dan sebagian lagi di sisi barat Sungai Emah Api. Yang berada di sisi timur sungai, masing-masing Banjar Bukit Paon, Banjar Butus, Banjar Nangka, Banjar Tanah Aron, dan Banjar Umanyar. Untuk bisa ke arah timur, warga setempat harus memutar jauh melalui Banjar Bukit Paon dan Banjar Umanyar (Desa Bhuana Giri) menuju Banjar Besar (Desa Ababi, Kecamatan Abang), tembus Banjar Pande Besi (Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem).

Sedangkan banjar di sisi barat sungai meliputu Banjar Gula, Banjar Bedugul, Banjar Bhuana Kerta, Banjar Dangin Sema, Banjar Cemara Tebel, Banjar Kemoning, Banjar Linggasana, dan Banjar Tegal Bengkak. Untuk bisa sembahyang ke Pura Penataran Agung (Desa Adat Nangka, Kecamatan Bebandem), warga setempat harus memutar melalui TPA Banjar Linggasana, Banjar Gula, Banjar Kemoning (Desa Bhuana Giri) lalu menyeberangi Tukad Taksu.

Ini untuk kedua kalinya banjir terjadi banjir di Sungai Embah Api, Desa Buana Giri yang menghancurkan akses jalan hingga menyebabkan warga 13 banjar terisolasi dalam kurun dua pekan terakhir, setelah bencana serupa 7 Februari 2020 siang pukul 11.00 Wita. Akses jalan yang amblas hingga membentuk tebing sedalam 7 meter kali ini, sebetulnya merupakan perbaikan ‘darurat’ dari basan jalan yang hancur dua pekan sebelumnya. Perbaikan ‘darurat’ itu berupa pengurugan dengan material galian C sebanyak 50 truk trontron yang dilakukan pengusaha Galian C, I Gusti Made Tusan.

Perbekel Bhuana Giri, I Nengah Diarsa, mengatakan Dinas PUPR Karangasem berencana membangun jembatan di Sungai Embah Api untuk pengganti jalan yang amblas ini. Bahkan, tender proyek jembatan di Sungai Embah Api bakal dilakukan tahun 2020 ini. "Rencana membangun jembatan dudah dirancang sejak tahun 2019, tender proyek akan dilakukan tahun 2020 ini. Dengan jembatan tersebut, nantinya akses jalan tidak terganggu di musim hujan," ujar Nengah Diarsa saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis kemarin. *k23, k16

Komentar