nusabali

Berdiri Tahun 1986, Cetak 1.800 Guru dan Penyuluh Agama Hindu

Kiprah Sekolah Tinggi Hindu Dharma (STHD) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

  • www.nusabali.com-berdiri-tahun-1986-cetak-1800-guru-dan-penyuluh-agama-hindu

Dari 1.158.785 penduduk di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang beragama Hindu hanya 6.662 jiwa. Namun, di kawasan ini terdapat 40 pura, selain juga keberadaan Kampus STHD Klaten

JOGJAKARTA, NusaBali

Sekolah Tinggi Hindu Dharma (STHD) Klaten, Jawa Tengah merupakan satu dari 13 perguruan tinggi berbasis Agama Hindu di Indonesia. Kampus STHD Klaten yang berlokasi di Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten, ini berdiri tahun 1986. Sejak berdirinya hingga tahun 2019, STHD Klaten telah melahirnyan 1.800 guru dan Penyuluh Agama Hindu dengan jenjang pendidikan D2 dan S1.

Para lulusan STHD Klaten rata-rata bekerja sebagai guru Agama Hindu dan Penyuluh Agama Hindu. Menurut Ketua STHD Klaten, Sugiman SAg Msi, 62, mahasiswa yang menuntut ilmu di kampusnya kebanyakan berasal dari Jawa Timur, disusul asal Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, Sulawesi, dan daerah lainnya di Indonesia.

Meskipun berstatus kampus swasta di bawah Yayasan Pendidikan Widya Aksara Dharma Kabupaten Klaten, namun STHD Klaten ini merupakan salah satu kampus ikon keharmonisan antara umat Hindu dan agama lainnya di Pulau Jawa. Sugiman menyebutkan, keberadaan STHD Klaten ini merupakan penanda atas eksistensi Hindu di Pulau Jawa.

“Kampus STHD Klaten ini berada di wilayah dengan penduduk pemeluk Agama Hindu yang jumlahnya paling sedikit di Kabupaten Klaten,” ungkap Sugiman saat ditemui NusaBali di Kampus STHD Klaten, Jumat (14/2).

Sesuai data di Kementerian Agama tahun 2015, penduduk Kabupaten Klaten mencapai 1.158.785 jiwa. Dari jumlah itu, pemeluk Hindu paling sedikit, yakni hanya 6.662 jiwa. Sedangkan jumlah pemeluk Muslim terbanyak mencapai 1.069.992 jiwa, disusul Katolik 37.840 jiwa, Protestan 33.385 jiwa, dan Budha sebanyak 46.600 jiwa.

"Meskipun umat Hindu paling sedikit di sini (Kabupaten Klaten, Red), namun toleransi umat lain terhadap keberadaan Kampus STHD Klaten ini sangat bagus," ujar Suguman, yang merupakan dosen Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar yang diperbantukan di STHD Klaten.

Menurut dosen asal Desa Serebegan, Kecamatan Ceper, Klaten ini, Kampus STHD Klaten dibangun di atas lahan seluas 12 are. Kampus ini berdiri di tengah pemeluk agama lain yang sama-sama taat menjalani ajaran agama. Namun, toleransi antar warga di sini sangat baik.

Bukti tingginya toleransi umat lain terhadap keberadaan STHD Klaten ini terlihat dari keberadaan tempat ibadah agama lainnya. Misalnya, di sekitar Kampus STHD Klaten ini ada Gereja Kristen (di sebelah timur laut), Gereja Katolik (di sebelah utara), Masjid Agung Klaten, dan Mesjid Kampung Morangan (di bagian belakang Kampus STHD).

Sedangkan di depan Kampus STHD Klaten, berdiri Pura Pitamaha dan Kantor PHDI Kabpoaten Klaten. Menurut Sugiman, di wilayah Kabupaten Klaten sendiri ada 46 pura. Jumlah ini terbanyak dibandingkan kabupaten-kabupaten lainnya di luar Bali.

"Di sini (Klaten) nggak ada istilah pemeluk agama garis keras. Yang ada, saling menghormati satu dengan yang lain," terang Sugiman, yang kemarin didampingi salah seorang dosen STHD Klaten, I Nyoman Santiawan.

Sugiman menjelaskan, STHD Klaten didirikan oleh para tokoh Hindu, PHDI Klaten, dan Kantor Wlayah Kemenag Klaten tahun 1986. Diawali dengan membangun Yayasan Pendidikan Widya Aksara Dharma di tahun 1985. Yayasan ini diketua tokoh Hindu Klaten, Tukijan (almarhum).

Menurut Sugiman, STHD Klaten didirikan atas pertimbangan kebutuhan guru Agama Hindu (mulai SD, SMP, hingga SMA/SMK) di Kabupaten Klaten dan Pulau Jawa umumnya. Selain itu, Kementerian Agama juga membutuhkan penyuluh Agama Hindu di pelosok desa.

STHD Klaten mengawali membuka crass program D2 Pendidikan. “Pada 1987, STHD Klaten berhasil meluluskan guru Pendidikan Agama Hindu setara D2 (Diploma II) untuk jadi guru SD dan SMP,” ungkap Sugiman yang notabene lulusan S1 STHD Klaten.

Selanjutnya, pada 1991 STHD Klaten membuka program S1 jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dengan Program Studi (Prodi) Pendidikan Hindu. Program ini untuk pemenuhan kebutuham pemerintah dalam penyetaraan guru SD, SMP, dan SMA ke jenjang sarjana.

Saat itu, guru Agama Hindu yang ada rata rata lulusan Pendidikan Guru Agama (PGA)---pendidikan jenjeng menengah atas. Di Klaten pernah ada PGA Pitamaha. Namun, PGA Pitamaha kemudian dilikuidasi pemerintah tahun 1987.

Sugiman menyebutkan, STHD Klaten pertama kali berhasil meluluskan 17 sarjana S1 pada 1996. Pada tahun 2012, STHD Klaten membuka S1 Jurusan Dharma Duta dengan Prodi Penerangan Agama Hindu, yang lulusannya lebih mengkhusus sebagai Penyuluh Agama Hindu di masyarakat.

Disebutkan, STHD Klaten sejak tahun 2013 diusulkan menjadu STHD Negeri. Namun, usulan ini belum mendapatkan tindak-lanjut Kemenag, antara lain, karena terbentur salah satu persyaratan yang harus dipenuhi, yakni kampus negeri wajib memiliki minimal 3 program studi. "Prodi di STHD Klaten sebetulnya sudah lebih dari tiga. Usulan penegerian kampus ini sudah diperbarui oleh yayasan ke Kemenag tahun 2019," papar Sugiman.

Saat ini, STHD Klaten memiliki 29 dosen, terdiri dari 25 dosen tetap yayasan dan 5 dosen tidak tetap. Sejak berdiri tahun 1986 hingga 2019, STHD Klaten telah meluluskan sekitar 1.800 guru jenjang D2 dan S1. *lsa

Komentar