nusabali

Gapeksindo: Iklim Jasa Konstruksi Indonesia Kurang Sehat

  • www.nusabali.com-gapeksindo-iklim-jasa-konstruksi-indonesia-kurang-sehat

Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (Gapeksindo) menggelar musyawarah nasional (Munas) V di Hotel Four Points, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, Bali sekaligus memilih ketua baru, periode 2020-2025.

MANGUPURA, NusaBali.com
Ratusan anggota Gapeksindo dari 34 provinsi se-Indonesia sudah berada di Bali untuk mengikuti Musyawarah Nasional V di Hotel Four Points, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung. Munas yang dibuka pada Selasa (11/2/2020), juga akan memilih ketua umum baru periode 2020-2025, menggantikan Irwan Kartiwan yang sudah dua periode memimpin Gapeksindo.

Di akhir kepengurusannya, Irwan pun mengakui kondisi usaha konstruksi saat ini kurang baik. "Iklim jasa konstruksi hari-hari ini dinilai tidak terlalu sehat terhadap masyarakat jasa konstruksi itu sendiri," ujar Irwan.

Bahkan ia menilai kondisi ini terburuk selama hampir enam tahun terakhir di dunia jasa konstruksi. "Kondisi hari ini mungkin kondisi terburuk dari kurang lebih enam tahun terakhir. Padahal justru saat pembangunan infrastruktur meningkat tajam sampai lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun 2014 lalu," ucapnya. "Untuk itu, kita akan melakukan kajian tentang beberapa aspek mengapa hal ini bisa terjadi dengan memotret pertumbuhan beberapa tahun terakhir di dunia jasa konstruksi," lanjutnya. 

Kata dia hampir semua badan jasa konstruksi mengalami hal ini. Karena itu, permasalahan yang dihadapi para pelaku jasa konstruksi bakal diangkat supaya ada kesadaran kolektif dari semua masyarakat jasa konstruksi mencari  penyebabnya ada di mana. “Kurang sehatnya iklim jasa konstruksi kali ini salah satunya disebabkan pemberdayaan badan usaha jasa konstruksi yang semakin kurang. Kita ingin melakukan percepatan pembangunan infrastruktur tapi tidak memperbanyak penggunaan badan usaha jasa konstruksi," keluhnya.

Ia mencontohkan dengan belanja modal konstruksi sebesar A dapat menggunakan tenaga kerja atau badan usaha sebanyak X. "Pada saat itu melipat dua kali lipat, kita tidak menggunakan komponen percepatan ini dengan menggunakan dua kali lipat badan usaha dan tenaga kerja. Tapi justru melakukan modernisasi," lanjutnya. 

Padahal, kata dia, di Indonesia ada hampir 125.000 badan usaha konstruksi dengan lebih dari 8 juta tenaga kerja. "Ini dilakukan begitu cepat tanpa memperhatikan bahwa badan usaha dan tenaga kerja itu harus dilibatkan," lanjutnya. 

Sementara itu, lanjutnya, kebanggaan pada modernisasi teknologi dan peralatan dari luar membuat terlena dan abai pada persoalan mendasar tersebut. Namun, ia menganggap wajar modernisasi digencarkan di bidang jasa konstruksi jika di Indonesia kekurangan tenaga kerja seperti di Eropa. "Silakan saja, dengan catatan kalau kita sudah tidak punya problem dengan lapangan kerja. Kita kan kelebihan tenaga kerja," tegasnya. 

Pihaknya akan menyarankan kepada pemerintah untuk memperbaiki regulasi yang menyangkut hal ini. "Ada TOR (term of reference) utama yang harus dimasukkan ke dalam semua peraturan jasa konstruksi," katanya. "Mereka harus ingat punya ratusan ribu badan usaha dan jutaan tenaga kerja. Itu tidak boleh diabaikan karena itu perintah undang-undang," tambahnya. 

Irwan juga mengingatkan soal  pengabaian jutaan tenaga kerja nasional bakal menjurus kepada kerugian negara. "Jadi jangan berpikir tentang kalau beli di luar negeri harganya 1.000, kalau beli di dalam negeri harganya 1.100," katanya mencontohkan.  "Tapi 1.000 dibelanjakan di luar negeri ini tidak menumbuhkan ekonomi, sedangkan 1.100 dibelanjakan di dalam negeri melahirkan pertumbuhan ekonomi dan tidak merugikan negara karena dananya tidak keluar," sambungnya. 

Persoalan ini selanjutnya akan dibahas dalam diskusi panel yang melibatkan LKPP, Kementerian PUPR dan LPJK Nasional  dengan topik ‘Grey Area dalam Aturan Pengadaan Barang dan Jasa’. Selanjutnya pada  Rabu (12/2/2020) akan digelar pelatihan internal anggota Gapeksindo dengan materi ‘Sinergi antar DPD Gapeksindo untuk Mencapai Kemajuan Bersama’ dengan pembicara Ir Supardjono. Dan juga sosialisasi tentang jasa konstruksi.*has

Komentar