nusabali

Rambut Palsu untuk Senyum Penderita Kanker

Siswi asal Amerika Sumbang Wig kepada Penderita Kanker

  • www.nusabali.com-rambut-palsu-untuk-senyum-penderita-kanker

Termotivasi ingin membantu pasien kanker agar tetap memiliki harapan dan semangat hidup, Kyan Zabriskie, 14, seorang siswa asal Amerika Serikat yang kini bersekolah di Green School, Desa Sibang Kaja, Abiansemal, Badung, membuat project bernama ‘Rambut untuk Harapan’ atau ‘Hair for Hope’.

DENPASAR, NusaBali

Jumat (7/2) lalu, dia menyumbangkan delapan wig (rambut palsu) secara cuma-cuma kepada penderita kanker di RSUP Sanglah. Project ‘Rambut untuk Harapan’ adalah organisasi non-profit sebagai bagian dari Quest Project dari siswa-siswi kelas 8 Green School tahun 2019. ‘Rambut untuk Harapan atau Hair for Hope’ ini dibuat pada bulan Juli 2019 oleh Kyan yang sudah tinggal di Bali sejak usianya 1 tahun ini. “Di sekolah saya, setiap siswa boleh membuat project yang ingin dipilih untuk membantu komunitas atau orang-orang. Selama dua bulan, project dikonsep dulu dengan matang, kemudian dipresentasikan di depan sekolah. Saya pilih membuat project membuat rambut palsu untuk diberikan kepada penderita kanker,” ujarnya berbahasa Indonesia dengan logat Amerika.

Awalnya, dia mengaku membuat project mengumpulkan rambut palsu (wig) untuk disumbangkan kepada komunitas yang sama di Amerika Serikat. Namun dia berpikir, cara ini merupakan langkah yang tepat untuk berbuat baik terhadap pulau Bali yang telah memberinya hal-hal baik kepada dirinya dan keluarganya selama ini. Sebagai langkah awal, dia dan ibunya memotong rambutnya untuk dijadikan wig. “Awalnya ingin saya sumbangkan untuk orang di Amerika. Tapi saya pikir lagi, mungkin bisa didonasikan ke komunitas serupa di Bali atau di Indonesia. Setelah saya search (telusuri), ternyata tidak ada organisasi yang spesifik menyumbangkan rambut palsu untuk penderita kanker,” katanya.

Lebih jauh, Kyan mengaku memiliki keluarga yang mengidap penyakit kanker. Dari situ muncul kepeduliannya terhadap pasien kanker. “Dalam hati saya, ingin melihat senyum di wajah mereka, dan mereka merasa bahagia dan optimis. Sebuah studi mengatakan, harapan dan optimisme itu membuat seseorang lebih kuat dalam menjalani pengobatan,” ceritanya.

Kyan berniat menjadikan projectnya sebagai yayasan profesional. Namun saat ini masih membutuhkan banyak dana untuk mewujudkan hal tersebut. Sejauh ini, Kyan telah menggalang donasi berupa rambut di Bali, sambil menggalang donasi berupa uang. Sejak dibangun tahun 2019, Kyan saat ini hampir sering mendapatkan donasi rambut. “Setiap hari ada saja yang datang ke rumah saya mendonasikan rambut. Tapi saya merasa masih belum banyak wig yang bisa saya berikan ke penderita,” tuturnya.

Untuk menerima donasi rambut, Kyan mengaku bekerjasama dengan dua salon yang berlokasi di Denpasar dan Ubud. Sedangkan untuk membuat wig siap pakai, dia bekerjasama dengan salon di Bangli. Untuk membuat satu buah wig siap pakai, dia harus merogoh kocek sebesar Rp 1,3 juta, karena biaya membuat wig memang cukup mahal. “Kalau di Amerika, buat wig biayanya 1.000 dollar. Tapi karena saya menjalin kedekatan dengan pemilik salon di Bangli, jadi saya dikasi harga proses pembuatan wig saja, tanpa mengambil profit (keuntungan),” jelasnya.

“Karena itu saya juga membuka donasi dalam bentuk donasi uang. Donasi uang inilah yang saya gunakan untuk membiayai pembuatan wig siap pakai, untuk dibagikan secara cuma-cuma kepada pasien kanker,” imbuhnya.

Untuk menyalurkan rambut palsu siap pakai kepada penderita kanker, Kyan bekerjasama dengan RSUP Sanglah dan Yayasan Peduli Anak Kanker (YPAK) Bali dalam mencari pasien kanker yang membutuhkan wig. Dia berharap, lewat publikasi di media, masyarakat yang membutuhkan wig untuk pasien kanker bisa langsung mencarinya yang berlokasi di Jalan Tirta Tawar, Kutuh Kaja, Ubud, Gianyar. “Karena saya sekolah, tidak sering saya bisa mengunjungi RSUP Sanglah untuk menyalurkan wig. Saya berharap, jika ada yang membutuhkan wig untuk penderita kanker, bisa langsung menemui saya,” ujarnya.*ind

Komentar