nusabali

Pekak Taro Ajarkan Mebasa Bali Lewat Bermain Tradisional

  • www.nusabali.com-pekak-taro-ajarkan-mebasa-bali-lewat-bermain-tradisional

Pakar permainan tradisonal Bali, Made Taro atau yang akrab disapa Pekak Taro memberikan materi aguron-guron (workshop) yang cukup menarik.

DENPASAR, NusaBali

Pendiri Sanggar Kukuruyuk ini memberikan materi permainan tradisional yang diangkat dari gending rare Dadong Dauh sebagai pendidikan karakter kepada anak-anak saat kegiatan Pekan Generasi Sadar Aksara (Parasara) yang diselenggarakan di Rumah Budaya Penggak Men Mersi, Jalan WR Supratman No 169, Sumerta Kelod, Denpasar, Minggu (9/2). Dalam permainan itu, Pekak Taro kemudian menyisipkan belajar bahasa dan aksara Bali.

Menurut Pekak Taro, permainan ini sudah diciptakan sejak tahun lalu dalam kegiatan penyuluhan bahasa Bali di Kabupaten Klungkung. Pertama-tama peserta diajak menyanyikan gending (lagu) rakyat Dadong Dauh, seorang nenek yang memelihara ayam yang sedang metaluh (bertelur). Telur itu dicuri oleh anak anak yang nakal. Telor dicuri dengan menggunakan sepit (sebuah alat penjepit). Pada saat mencuri telor itu tampak gampang dan mudah, tetapi pada saat membawa pulang yang mengalami banyak rintangan.

“Dalam hal ini ada pendidikan, disiplin, cepat, hati-hati, fokus dan lainnya,” kata Made Taro. Sebab, jika ada masalah dalam membawa telor itu harus diselesaikan sendiri, tanpa bantuan orang lain. Misalnya, telor itu jatuh, maka harus diambil sendiri lagi tanpa sepengetahuan dan bantuan orang lain. Telor yang jatuh tidak boleh diambil dengan tangan, harus dengan sepit, sehingga dibutuhkan ketenangan dan konsentrasi.

“JIka peserta itu tegang dan tidak fokus, maka mereka tidak dapat mengambil telor itu dengan baik. Di sini dibutuhkan konsentrasi tinggi,” sebutnya. Setelah telor itu terkumpul, para peserta wajib menyusun sesuai dengan aksara yang ada dalam telor itu. “Aksara yang diisi disesuaikan dengan tema acara, yaitu serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali, maka saya mengisinya dengan aksara yang jika disusun dengan benar menjadi ‘taluh bebek’. Hal ini juga sebagai bentuk pembelajaran bahasa dan aksara Bali kepada para peserta,” paparnya.

Sementara itu, Kelian Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita, mengatakan kegiatan aguron-guron atau workshop ini bertujuan untuk memformulasikan secara sederhana terkait teknik atau cara mengajarkan bahasa, aksara, dan sastra Bali ke generasi milenial dengan cara-cara yang sederhana. Salah satunya adalah dengan cara bermain. “Kami berharap kegiatan ini bisa menginspirasi para guru dan orangtua untuk membuat cara mengajar bahasa Bali yang efektif melalui kegiatan yang menyenangkan,” ucapnya. *ind

Komentar