nusabali

Anak Disabilitas Gembira Peringati Bulan Bahasa Bali

  • www.nusabali.com-anak-disabilitas-gembira-peringati-bulan-bahasa-bali

Peringatan Bulan Bahasa Bali 2020 ini ternyata tak hanya menjadi momen bagi warga yang berfisik dan mental sempurna.

GIANYAR, NusaBali
Anak-anak disabilitas yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Gianyar, Jalan Erlangga, Gianyar, ikut aktif  memperingati Bulan Bahasa Bali, Kamis (6/2).

Meski dalam keterbatasan, ratusan siswa tampak bergembira dan antusias mengikuti perlombaan. Kepala SLBN 1 Gianyar I Gede Cakra SPd MPd didampingi Kepala Tata Usaha SLBN 1 Gianyar I Wayan Rutawan menjelaskan, ada lima jenis perlombaan yang diikuti oleh para siswa. Diantaranya Lomba Fashion Show, Lomba Magangsa (menabuh gagsa), Menari, Menyanyikan Lagu Bali, dan Lomba Menyalin Aksara Bali. “Kegiatan ini rutin diadakan setiap tahun di bulan Februari, guna mendukung peringatan Bulan Bahasa Bali,” jelasnya.

Dari 239 siswa di sekolah ini, 130 diantaranya mengikuti lomba. Para peserta merupakan penyandang disabilitas bisu tuli, tuna daksa, tuna grahita dan tuna netra. “Kegiatannya sederhana, astungkara berjalan lancar. Anak-anak antusias,” ujarnya.

Gede Cakra berharap semangat anak-anak penyandang disabilitas ini terus terjaga. “Agar mereka memiliki rasa percaya diri dan mau mengisi diri,” ujarnya.

Untuk setiap perlombaan dinilai oleh dewan juri. Para pemenang langsung diumumkan usai acara lomba. Tidak saja beraksi di ajang lomba tingkat sekolah. Para siswa SLBN Gianyar baik SD, SMP maupun SMA, rutin mengikuti ajang lomba di laur sekolah. Biasanya, lomba yang diikuti bidang olahraga semisal lari dan paskibra. “Di luar sekolah ada lomba antas SLB se Bali. Ada juga anak-anak kita yang ikut lomba kategori umum, paling sering lomba lari dan beberapa diantaranya meraih juara,” ungkapnya.

Peringatan Bulan Bahasa Bali ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelum lomba, anak-anak seperti biasa diberikan pembelajaran terkait Bahasa Bali setiap hari Kamis sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali. “Tiap hari Kamis kami mengenakan busana adat Bali dan mengajak anak-anak mengenal lebih dekat bahasa Bali. Baik itu dengan menulis aksara Bali, berbicara bahsa Bali dan lainnya sesuai kreatifitas guru,” jelasnya.

Dikatakan, para siswa penyandang disabilitas memiliki tingkat kecerdasan berbeda. Maka itu menjadi tugas guru agar anak-anak yang memiliki keterbatasan, bisa mengikuti pelajaran. “Misalkan saja anak tuna grahita, guru harus mengajar secara berulang agar anak bisa menyebutkan rahajeng om swastyastu. Karena tipe anak tuna grahita gampang lupa, harus diajarkan terus menerus,” jelasnya.

Diakui, mengajar anak-anak disabilitas harus ekstra sabar. Sebab, secara fisik mereka tidak seperti anak normal lain. Sehingga, dalam satu kelas jumlah siswa terbatas. “Untuk SD, satu kelas isinya 5 orang. SMP dan SMA 8 orang. Jadi guru memberikan pelayanan individual, satu persatu,” jelasnya. Jika ada permasalahan, biasanya dibahas Bersama orangtua atau wali siswa. “Di zaman modern ini kami memanfaatkan Hp sebagai alat komunikasi. Guru dan orangtua membuat grup WA, setiap ada permasalahan dibahas disana,” jelasnya.

Selain itu, pembahasan secara tatap muka juga sering dilakukan setiap pagi menjelang masuk kelas. “Setiap Senin sampai Jumat, ada waktu 15 menit untuk literasi. Orangtua mengajak anaknya belajar membuka buku. Bisa diperpustakaan, bisa diluar kelas atau dimana saja. Momentum ini biasanya dijadikan ajang curhat oleh orangtua jika anaknya mengalami masalah di rumah,” imbuhnya.*nvi

Komentar