nusabali

IHDN Naik Status Jadi UHN IGB Sugriwa

Jadi Universitas Hindu Negeri Pertama di Indonesia

  • www.nusabali.com-ihdn-naik-status-jadi-uhn-igb-sugriwa

Perjuangan Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar menuju ke tingkat universitas berbuah manis.

DENPASAR, NusaBali

Kado ini tidak hanya menjadi hadiah bagi perguruan tinggi negeri berbasis agama Hindu itu, tetapi juga menjadi hadiah bagi seluruh umat Hindu di Indonesia yang memimpikan punya universitas Hindu negeri seperti universitas agama lainnya di Indonesia. Tepat 23 Januari lalu, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 20 Tahun 2020 tentang IHDN Denpasar yang menjadi Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. UHN IGB Sugriwa menjadi universitas Hindu negeri pertama di Indonesia.

Rektor IHDN Denpasar, Prof Dr Drs I Gusti Ngurah Sudiana MSi, mengaku sangat bahagia atas peningkatan status ini. Sejak awal perjuangannya memang tidak mudah dan melewati proses yang panjang. Semua elemen, tokoh, dan pemerintah se-Bali satu suara dan merapatkan barisan untuk mengawal kepentingan umat ini. “Peningkatan status ini adalah dorongan dari umat Hindu bahwa kita harus memiliki universitas, sekaligus meningkatkan SDM. Di samping itu, Menteri Agama juga menginginkan agar ada perguruan tinggi negeri (universitas) untuk agama lainnya,” ujarnya saat dihubungi, Sabtu (8/2).

Prosesnya memang sudah dari dulu diupayakan. Namun ‘tanda-tanda’ akan ada peningkatan muncul sejak tahun 2017. Proses panjang pun telah dimulai dengan akreditasi diskusi, menyusun proposal, mengumpulkan rekomendasi lembaga keagamaan, desa adat, sulinggih, pemerintah daerah, DPRD, hingga universitas yang lain.

Selanjutnya dilakukan visitasi dan penyelarasan. Bahkan putra Bali yang juga menjadi staf khusus presiden saat ini, AAGN Ari Dwipayana, sangat antusias ikut memperjuangkan UHN IGB Sugriwa Denpasar ini, dari mulai koordinasi di tingkat kementerian hingga bisa ditandatangani oleh presiden.

“Saat penyelarasan, momen kenaikan status IHDN Denpasar jadi UHN IGB Sugriwa, ternyata sekalian juga dengan peningkatan status STAHN Puja Mataram yang naik jadi institut, serta tiga sekolah tinggi agama Kristen menjadi institut, yang dulu kondisinya terkatung-katung. Setelah penyelarasan, barulah keluar persetujuan presiden,” ujar akademisi asal Banjar Santi, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem ini.

Adapun nama I Gusti Bagus Sugriwa (almarhum) sebagai nama kampus, sebelumnya memang diusulkan oleh tokoh-tokoh di IHDN Denpasar. Karena IGB Sugriwa relatif dekat dengan sejarah lahirnya kampus setempat. IGB Sugriwa merupakan tokoh yang dikenal luas melalui pemikiran keagamaannya maupun pemikiran kebangsaannya. Pemikiran itu sangat relevan dengan kondisi keagamaan sekarang. Begitu juga di era Revolusi Industri 4.0. Salah satunya Sugriwa mengajarkan agar jangan sampai kita kehilangan unsur ke-Baliannya.

“I Gusti Bagus Sugriwa merupakan tokoh Hindu yang telah dikenal sebagai tokoh yang besar. Beliau salah satu pendiri PHDI. Beliau pula yang mengusulkan masyarakat Bali agar diakui memeluk agama Hindu, termasuk juga yang membuat Puja Tri Sandya, mendirikan PGAH, mendorong lahirnya Universitas Dwijendra,” jelasnya.

“Selain itu, beliau juga memberikan pertimbangan kepada Bung Karno terkait kata Sila dalam Panca Sila, juga tentang sumber kalimat Bhineka Tunggal Ika. Usulan nama baru ini sudah disetujui oleh dewan penyantun, Dirjen Bimas Hindu, serta Kementerian Agama sebagai tokoh agama di jaman kemerdekaan,” imbuh akademisi yang juga menjabat Ketua PHDI Provinsi Bali ini.

IGB Sugriwa berpulang pada 22 November 1977 itu dalam usia 77 tahun. IGB Sugriwa bukan saja sosok pendidik, tetapi sekaligus politikus, seniman, budayawan dan tokoh agama. Sebagai seniman, IGB Sugriwa pun sangat fasih menembangkan kidung dan kekawin. IGB Sugriwa semasa hidupnya merupakan sosok penulis yang produktif, tercatat ada 68 judul buku yang ditulis di 115 publikasi dan diterjemahkan dalam 10 bahasa serta disimpan oleh 351 perpustakaan di seluruh dunia.

Di bidang pemerintahan dan organisasi, IGB Sugriwa pernah menjabat anggota Dewan Pemerintah Daerah (DPD) Bali bidang agama, kebudayaan, kehakiman, keuangan, pertanahan dan balai kemasyarakatan, anggota Dewan Nasional, anggota DPA, Front Nasional dan Kwarnas Pramuka.

Nantinya semua mahasiswa dari IHDN Denpasar otomatis dialihkan menjadi mahasiswa UHN IGB Sugriwa Denpasar. Untuk penataan organisasi, kepegawaian dan anggaran menjadi tanggung jawab menteri/nonkementerian sesuai dengan kewenangan masing-masing. Prof Sudiana mengaku hingga saat ini belum ada kabar kapan peresmian atau peralihan penataan perguruan tinggi dengan status baru. “Untuk sementara kami masih koordinasi ke Jakarta untuk minta petunjuk soal peralihan ini,” jelasnya.

Prof Sudiana mengatakan, setelah resmi berganti UHN IGB Sugriwa rencananya akan menambah dua fakultas baru, yakni Fakultas Ilmu Sosial dan Fakultas Ilmu Sains. Adapun fakultas yang ada saat ini untuk jenjang S1 adalah Fakultas Dharma Acharya yang terdiri dari jurusan/prodi Pendidikan Agama Hindu, Sastra Agama & Pendidikan Bahasa Bali, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Hindu, Pendidikan Anak Usia Dini Hindu, serta Pendidikan Bahasa Inggris.

Sedangkan Fakultas Brahma Widya terdiri dari jurusan/prodi Filsafat Agama Hindu, Teologi Hindu, serta Yoga & Kesehatan. Sementara Fakultas Dharma Duta terdiri dari jurusan/prodi Penerangan Agama Hindu, Komunikasi Hindu, Pariwisata Budaya, serta Hukum Hindu. IHDN Denpasar juga memiliki jenjang pasca sarjana S2 dengan pilihan program Magister Brahma Widya, Magister Dharma Acarya, Magister Sastra Agama dengan Konsentrasi Pendidikan Bahasa Bali, Magister Ilmu Komunikasi Hindu, serta satu program S3 yakni Doktor Ilmu Agama.

Sementara saat disinggung kesiapan sarana prasarana dan SDM, Prof Sudiana menyebut, IHDN Denpasar selalu berupaya menyediakan ruangan belajar yang nyaman. Saat ini IHDN memiliki kampus di Denpasar, yakni di Jalan Ratna dan Jalan Kenyeri, serta satu kampus di Bangli. Sedangkan jumlah dosen saat ini jika dilihat dari data terakhir, IHDN Denpasar sudah memiliki 8 guru besar dan kurang lebih 145 dosen pengajar. Dari 145 orang dosen, sebagian besar telah bergelar Doktor, ada yang sedang dalam proses menempuh studi S3, dan sisanya didorong melanjutkan pendidikan Doktor. “Secara keseluruhan kami siap untuk melangkah menjadi Universitas,” tandas Prof Sudiana.*ind

Komentar