nusabali

Cegah ASF, Stop Bibit Babi dari Luar!

  • www.nusabali.com-cegah-asf-stop-bibit-babi-dari-luar

Kasus ratusan ekor babi mati di beberapa kabupaten di Bali, disinyilar karena terjangkit virus African Swine Fever (ASF), diantisipasi Pemkab Jembrana agar tidak merambah ke Jembrana.

NEGARA, NusaBali

Pemkab melalui Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan Kesmavet) pada Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, minta agar para peternak local  tidak mendatangkan bibit babi dari luar Jembrana.

Pemkab juga meminta peternak agak selalu mengedankankan kebersihan kandang dan aktif membagikan disinfektan. Kepala Bidang (Kabid) Keswan Kesmavet pada Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, drh I Wayan Widarsa, Jumat (7/2), mengatakan, dari hasil pengawasan jajarannya di dinas maupun petugas Medik Veteriner di masing-masing kecamatan, dipastikan tidak ada kasus kematian babi secara massal di Jembrana. Selain terus mendata, pihaknya juga aktif turun melaksankan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dengan peternak babi di masing-masing kecamatan se-Jembrana. “Sosialiasi ke masing-masing kecamatan sudah kami laksankan. Yang paling terakhir Kamis (6/2) kemarin, di Kecamatan Melaya, dipusatkan di Balai Desa Ekasari,” ujarnya.

Intinya, kata Widarsa, dalam melakukan pencegahan ASF, itu perlu komitmen bersama seluruh peternak untuk rutin melakukan pembersihakan kandang. Kemudian untuk merangsang kesedaran peternak rutin melakukan penyemprotan disinfektan, dari Pemerintah juga memberikan bantuan disinfektan secara gratis kepada petani-petani kecil. Selain menjaga kebersihan, petenak juga diminta melaksankan bioscurity, seperti memastikan orang ataupun setiap benda yang akan masuk ke kadang benar-benar steril.

Widarsa mengatakan juga menginstruksikan peternak lokal, agar tidak mendatangkan babi dari luar wilayah kabupaten. Termasuk dari beberapa daerah di Bali yang sudah ada indikasi ASF. “Jangan sampai karena tergiur harga lebih murah, tetapi tidak memikirkan dampak negatif selanjutnya. Pada setiap kesempatan sosialiasi, apa-apa saja yang perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan, sudah kami sampaikan. Termasuk kami minta komitmen peternak, dan semua komitmen ingin menjaga babi di Jembrana agar terbebas ASF,” ucapnya.

Meski bukan termasuk penyakit zoonosis (menular ke manusia), Widasra mengaku jika sampai ASF masuk ke Jembrana tentu akan menimbulkan dampak ekonomi peternak sendiri. Bagaimana dengan kematian babi secara massal, tentunya peternak akan sangat dirugikan. Belum lagi dampak tergadap harga jual babi. “Sampai saat ini, untuk harga babi di Jembrana masih sangat normal. Harganya per ekor hidup masih di kisaran Rp 27.000 – Rp 28.000/kg. Dengan kondisi babi yang masih bagus, kami berharap tetap dijaga peternak. Apalagi deka-dekat ada Hari Raya Galungan,” jelasnya.*ode

Komentar