nusabali

MUTIARA WEDA: Masuk ke Inti

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-masuk-ke-inti

Wahai Dewa Balambika, Dewa Dokter, Hara dewa yang melenyapkan penyakit dari kelahiran maupun kematian. Dia yang mengucapkan ketiga nama ini setiap hari akan terbebas dari segala jenis penyakit yang mengerikan.

Balambikesa Vaidhyesa, bhava roga haredusa,

Japen nama thrayam nithyam maha roga nivaranam.
(Stotra Chinthamani)


VIRUS corona lagi menggila di Wuhan, China. Penyebarannya bahkan telah sampai ke beberapa negara. Kota Wuhan saat ini sedang diisolasi. Masyarakatnya dilarang untuk bepergian ke luar kota. Mereka diminta untuk tidak ke luar rumah. Ini tampak mengerikan. Kota menjadi sepi dari aktivitas, masyarakat mulai panik kekurangan bahan makanan. Yang lebih mengerikan, mereka mulai dibayangi kematian, sebab puluhan orang diberitakan telah meninggal dan ribuan lainnya telah terjangkit. Kecepatan penyebaran virus ini juga menambah kepanikan mereka. Tim medis belum mampu memastikan kapan penyebaran ini bisa dihentikan.

Jika dilihat ke belakang, peristiwa seperti ini sepertinya sering terjadi di seluruh belahan bumi. Kasus di Bali saja menurut hasil penelusuran telah terjadi puluhan kali mengalami gerubug melalui penyebaran penyakit kolera dan lepra dengan korban meninggal sampai puluhan ribu. Jadi, ini adalah proses alam karena segalanya mengalami perkembangan. Pemicunya bisa bermacam-macam, seperti perubahan cuaca, curah hujan, kelembaban udara, bahkan aktivitas baik manusia maupun hewan. Masalahnya, berbagai mutasi yang terjadi di alam tidak bisa dibendung, sehingga dampaknya bisa dirasakan. Dan, secanggih apapun penemuan sains modern, kejadian-kejadian seperti di Wuhan akan terus terjadi.

Mengapa? Pertama oleh karena proses di alam terus berkembang, dan kedua, apapun temuan yang ada bisa menjadi pemicu terhadap kejadian berikutnya yang belum terprediksi. Sehingga dengan demikian, secanggih apapun temuan baru yang dipakai untuk menghalau penderitaan pada akhirnya gagal, sebab, temuan baru tersebut justru bisa menjadi pemicu lahirnya penderitaan baru.

Rantai ini adalah pasti, sehingga dengan demikian, ada beberapa hal yang mesti dikerjakan. Pertama, jika bencana sudah terjadi sebagaimana Wuhan, maka upaya untuk menghentikannya mutlak dilakukan. Kedua, saat suasana baik-baik, orang mesti tetap waspada (eling lan waspodo) bahwa kemungkinan hal yang sejenis bisa terjadi. Di sini persiapan mental lebih dipentingkan, sehingga ketika peristiwa sejenis ini terjadi, mereka sigap menanganinya. Ketiga, hal yang mungkin paling esensial adalah sebagaimana yang dinyatakan di dalam teks seperti di atas. Baik bencana itu telah terjadi, sedang terjadi, maupun akan terjadi, orang hendaknya tidak pernah lengah dari inti. Orang harus tetap berorientasi ke dalam inti (dewa).

Teks seperti di atas bisa diinterpretasi ke dalam dua gugusan yang sama-sama benar. Pertama, teks di atas bisa dimaknai sebagai doa atau harapan. Artinya, orang dalam posisi sebagai penderita dan tidak berdaya kemudian mengharap kepada dewa (seperti yang disebutkan) untuk segera bertindak menyelamatkan orang dari segala penyakitnya. Secara umum interpretasinya seperti ini, dan memang inilah yang paling membuat orang merasa lebih aman. Sementara, interpretasi kedua, teks di atas mengindikasikan bahwa seseorang mesti mampu masuk ke dalam inti/esensi (dewa). Jika telah berada di dalam inti, maka dia mampu melihat segala masalah secara jernih dan tidak akan dibuat menderita oleh masalah itu. Orang yang telah berada di dalam intilah yang dimaksudkan bisa ‘terhindar dari segala penyakit’. *

I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta

Komentar