nusabali

Minim Pasokan, Harga Cabai Melambung

  • www.nusabali.com-minim-pasokan-harga-cabai-melambung

Harga cabai rawit merah di pasaran makin melambung sejak pergantian tahun 2019 -2020.

SINGARAJA, NusaBali

Harga per kilogram cabai ini kini mencapai Rp 75.000 - Rp 80.000. Harga ini melambung dibandingkan sebulan lalu. Lonjakan harga itu terjadi sejak awal tahun 2020 karena pasokan cabai rawit merah sedang minim. Pantauan di Pasar Tumpah Banyuasri, Singaraja, para pedagang kebutuhan pokok di pasar itu menawarkan harga cabai rawit merah kisaran Rp 75.000- Rp 80.000/kg. Cabai rawit yang masuk dalam daftar kebutuhan pokok masyarakat kini tak dapat dibeli ecer. Salah seorang ibu rumah tangga, Putu Mega,29, asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, mengeluh dengan harga cabai yang tak kunjung stabil. “Ya, tadi beli satu ons Rp 9.000. Biasanya harga ecer ini bisa Rp 3.000 – Rp 5.000. Karena saya masak sedikit dan jarang, tapi kenaikan harga cabai ini lumayan,” jelas dia.

Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UKM Buleleng Dewa Made Sudiarta, saat dihubungi terpisah, tak menampik kenaikan harga cabai rawit merah maupun cabai Lombok besar sudah berlangsung sejak tiga pekan terakhir. Karena pasokan cabai rawit merah dan cabai rawit Lombok memang sedikit. “Pantauan kami di pasar-pasar tradisional per hari ini, jika dibandingkan harga seminggu lalu ada kenaikan untuk cabai rawit merah yang semula Rp 70.000/kg menjadi Rp 75.000. Sedangkan cabai Lombok relatif stagnan pada harga Rp 60.000/kg. Hasil pantauan kami ke pasar dan pengepul memang ketersediaan pasokan yang terbatas,” jelas Sudiarta.

Kenaikan harga cabai rawit merah di awal tahun ini, kata dia, tak biasa seperti siklus tahun sebelumnya. Harga cabai mulai naik dan tak terkontrol biasanya jelang hari raya besar keagamaan, seperti Galungan atau Idul Fitri. Namun masyarakat bisa sedikit lega, karena kenaikan harga cabai rawit merah tak dibarengi dengan kenaikan harga bahan pokok lainnya.  Kadis Sudiarta menyebut sejauh ini harga kebutuhan pokok masyarakat masih dalam kisaran harga eceran terendah (HET) dan tergolong masih stabil.

Kabid Produksi Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng Gede Subudi, seizin Kepala Dinas Pertanian I Made Sumiarta, mengatakan pemenuhan kebutuhan cabai di Buleleng memang dipasok dari sejumlah wilayah. Luasan panen cabai rawit merah cukup luas di Buleleng mencapai 1.456  hektare, tahun 2019 lalu, dengan produksi 13.773 ton per tahun. Namun produksi ini

belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Buleleng. Sehingga untuk kebutuhan cabai sebagai bumbu masakan masyarakat Buleleng masih banyak di pasok dari Kecamatan Kintamani, Bangli dan sebagian memang cabai asal luar Bali.

“Khusus cabai lokalan Buleleng dari Desember – Maret, produksinya memang cenderung turun karena faktor cuaca. Namun biasanya cabai disuplai dari Kintamani dan beberapa dari Jawa. Tetapi saat ini pasokan memang minim karena bencana alam di beberapa daerah di luar Bali. Pasokan dari Kintamani pun banyak yang dibawa ke Jawa,” ucap dia. *k23

Komentar