nusabali

Bangkai Babi Resahkan Warga di Bendungan Telaga Tunjung, Tabanan

Pasca Puluhan Ternak Babi Mati Mendadak di Desa Jegu, Penebel, Tabanan

  • www.nusabali.com-bangkai-babi-resahkan-warga-di-bendungan-telaga-tunjung-tabanan

Agar air Bendungan Telaga Tunjung tak tercemar apalagi debit airnya kecil lantaran musim hujan belum maksimal, polisi, aparat Desa Timpag, warga dan Dinas Pertanian Tabanan sudah mengubur bangkai babi itu

TABANAN, NusaBali
Warga dikejutkan dengan mengambangnya sejumlah bangkai babi yang diduga dihanyutkan dari hulu di Bendungan Telaga Tunjung, Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Ada sekitar enam bangkai babi yang ditemukan mengambang menyebar di kawasan tersebut. Dari enam bangkai babi itu, lima ekor terbungkus karung putih dan satu ekor ditemukan tanpa karung. Dikhawatirkan bangkai babi ini terjangkit virus ASF (African Swine Fiver) yang sedang heboh saat ini.

Informasi yang dihimpun, banyaknya bangkai babi di Telaga Tunjung ini sudah diketahui sejak, Kamis (23/1) oleh petugas jaga di Bendungan Telaga Tunjung. Hanyutnya bangkai babi ini membuat resah warga khususnya di Telaga Tunjung. Terlebih lagi beberapa hari lalu ditemukan puluhan kasus babi mati di Desa Jegu, Kecamatan Penebel, Tabanan yang diduga terkena virus ASF (African Swine Fiver) sehingga dikhawatirkan air menjadi tercemar.

Kapolsek Kerambitan, Kompol Dewa Gede Putra, membenarkan ditemukannya sejumlah bangkai babi mengambang di Bendungan Telaga Tunjung. Ada enam bangkai babi ditemukan, lima ekor terbungkus karung warna putih dan 1 ekor tidak terbungkus. "Penemuan bangkai babi itu awalnya di laporkan oleh warga diteruskan ke kami dan ke aparat desa," ujarnya, Sabtu (25/1).

Kata dia, pihaknya belum bisa menyebutkan siapa dan dari mana yang membuang bangkai babi itu. Selain itu di kawasan Bendungan Telaga Tunjung tidak ada yang memelihara babi, di samping itu jauh dari pemukiman. "Jadi bangkai itu hanyut dari utara karena aliran air di Telaga Tunjung dari utara. Tetapi siapa yang membuang dan dari mana belum bisa dipastikan," tegasnya.

Agar air Bendungan Telaga Tunjung tak tercemar apalagi debit airnya kecil lantaran musim hujan belum maksimal, polisi, aparat Desa Timpag, warga dan Dinas Pertanian Tabanan sudah mengubur bangkai babi itu di sekitar Telaga Tunjung. "Kami sudah kubur agar Bendungan Telaga Tunjung tidak tercemar," jelasnya.

Terkait hal itu Kepala Dinas Pertanian Tabanan, Nyoman Budana, sudah turun ke lokasi bersama dengan Camat Kerambitan, aparat desa dan Polsek Kerambitan. Saat cek di lokasi memang ditemukan sejumlah bangkai babi yang terbungkus karung mengambang di Telaga Tunjung. "Kondisinya memang sudah agak berbau," akunya.

Dengan kondisi itu babi yang mengambang sudah langsung dikubur di tegalan terdekat kawasan Bendungan Telaga Tunjung. Budana pun belum mengetahui asal muasal dari bangkai babi itu. "Nah ini kami belum tahu siapa yang membuang, padahal sebelumnya kami sudah sosialisasikan. Kalau ada babi warga mati segera dikubur jangan dibuang," tegasnya.  Sehingga untuk mengetahui siapa yang membuang babi itu, polisi Polsek Kerambitan akan mengecek.

"Polisi akan mengecek untuk diimbau jika ada babi mati segera dikubur," terang Budana. Apakah bangkai babi ini terkait banyaknya babi yang mati di Desa Jegu, Penebel, polisi belum bisa menyimpulkan. Sementara sampel babi yang mati ini kini sedang dalam pengecekan laboratorium di Medan, Sumatera Utara.

Camat Kerambitan, I Gusti Made Darma Ariantha, saat dikonfirmasi sangat menyayangkan lantaran bangkai babi yang semestinya ditanam justru dibuang ke sungai begitu saja yang tentunya dikhawatirkan selain mencemari air, dan mempermudah penyebaran virus. "Kami sudah koordinasi baik dengan Camat Penebel ataupun pihak kepolisian Penebel untuk dilakukan pengawasan, agar tidak lagi ada masyarakat membuang bangkai babi ke sungai, takutnya virus menyebar," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan puluhan babi milik warga dan peternak di Desa Jegu, Kecamatan Penebel, Tabanan, dilaporkan mati mendadak. Diduga kematian babi tersebut terjangkit virus African Swine Fever (ASF).

Seorang peternak babi yang sekaligus Kelian Dinas Banjar Ngis Kaja, I Made Sumardia, mengatakan kematian babi secara mendadak ini sudah terjadi mulai 1 Januari 2020. *des

Komentar