nusabali

Melasti Karya Pangurip Gumi, Tempuh Waktu 4 Hari 3 Malam

  • www.nusabali.com-melasti-karya-pangurip-gumi-tempuh-waktu-4-hari-3-malam

Melasti serangkaian Karya Pangurip Gumi di Pura Batukaru Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan, akan dilakukan pada 29 Januari ke Pantai Tanah Lot Desa Beraban, Kecamatan Kediri.

TABANAN, NusaBali
Melasti ini akan ditempuh dalam tempo empat hari tiga malam dengan cara mamargi (jalan kaki). Bahkan selama rute melasti, Ida Bhatara akan menyeberangi tiga tukad (sungai).

Tiga tukad yang akan diseberangi yakni Sungai Yeh O di Desa Penatahan, Kecamatan Penebel, Sungai Yeh Empas di Desa Wanasari, Kecamatan Tabanan, dan Sungai Yeh Panahan di daerah Banjar Demung, Kecamatan Tabanan. Untuk diketahui, melasti dengan cara mamargi (jalan kaki) selama empat hari ini terakhir dilakukan tahun 1993.

Ketua Panitia Karya I Wayan Arya, mengatakan prosesi melasti dengan cara mamargi ke Tanah Lot akan dilakukan mulai 29 Januari 2020. Waktu yang ditempuh selama empat hari tiga malam dengan rute yang sudah dijadwalkan dan hampir sama dengan rute di tahun 1993. “Kami sekarang sedang persiapan melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah panitia,” tuturnya, Minggu (20/1).

Kata dia selama perjalanan melasti itu Ida Bhatara akan simpang (singgah) sekaligus marerepan (tidur) di Pura Puseh Kota Tabanan dan di Pura Puseh Desa Tengkudak, Kecamatan Penebel, Tabanan.

Rentetan prosesi pada 29 Januari itu sekitar pukul 08.00 Wita, Ida Bhatara Batukaru medal dan berangkat untuk melasti. Proses ini ditempuh dengan jalan kaki. Setelah tiba di Tabanan, Ida Bhatara akan menuju Pura Puseh Kota Tabanan untuk marerepan karena hari sudah malam.

Keesokan hari atau pada 30 Januari 2019, Ida Bhatara kembali melanjutkan perjalanan menuju Pantai Tanah Lot untuk melakukan proses melasti atau penyucian jelang Karya Pangurip Gumi pada 20 Februari mendatang.

Usai melakukan prosesi itu Ida Bhatara kembali mewali ke Pura Batukaru, namun kembali lagi harus marerepan di Pura Puseh Kota Tabanan. Esok harinya atau 31 Januari, Ida Bhatara kembali melanjutkan perjalanan menuju Pura Luhur Batukaru.

Karena perjalanan jauh dijadwalkan Ida Bhatara akan marerepan kembali di Pura Puseh Desa Tengkudak, Kecamatan Penebel, Tabanan. Kemudian esok harinya, 1 Februari melanjutkan perjalanan menuju Pura Luhur Batukaru. “Ida Bhatara simpang sekaligus marerepan sebanyak tiga kali di tiga pura. Kalau untuk simpang biasa di tujuh pura,” ujarnya.

Dikatakannya, krama yang terlibat dalam prosesi melasti ini adalah seluruh umat Hindu di Tabanan. Khususnya pangempon Pura Luhur Batukaru yang ada di 8 desa adat serta iringan Ida Bhatara Jajar Kemiri Pura Batukaru yakni Ida Bhatara Luhur Batu Salahan, Ida Bhatara Luhur Pucak Kedaton, Ida Bhatara Luhur Tambawaras, Ida Bhatara Luhur Muncak Sari, Ida Bhatara Luhur Besikalung, dan Ida Bhatara Luhur Pucak Petali. “Jadi yang ikut ini seluruh umat Hindu di Tabanan. Karena melasti dengan rute sama seperti ini terakhir digelar tahun 1993,” ujarnya.

Arya menambahkan terkait persiapan ini pihaknya telah melakukan koordinasi dengan seluruh instansi terkait khususnya dalam hal pengamanan. Koordinasi dilakukan dengan kepolisian, TNI, Dinas Kesehatan, dan PMI Tabanan. Termasuk juga pecalang di masing-masing wilayah adat yang dilewati saat melasti. “Seluruh pecalang terlibat, di Jajar Kemiri Batukaru juga terlibat,” imbuhnya.

Mengenai rute Ida Bhatara menyeberangi sungai, hal itu sudah terjadi secara turun-temurun. Pada intinya rute yang ditempuh sama dengan rute melasti tahun 1993. “Jadi kalau melasti menyeberangi sungai itu sudah kehendak Ida berdasarkan pengalaman di 1993. Namun tujuannya baikn supaya seluruh kawasan direstui agar air yang mengalir menjadi berkah untuk seluruh umat,” jelas Arya.

Menurut Arya, pengalaman di 1993 itu ketika Ida melasti banyak krama yang menghaturkan segala bentuk pica yang akan ditunas oleh pengayah. “Jadi selama perjalanan itu pasti ada karma yang menyediakan minuman, makanan untuk ditunas oleh pengiring,” tandasnya. *des

Komentar