nusabali

Dipakai Tempat untuk Malukat hingga Sembuhkan Penyakit Kulit

Lima Sumber Air Panas Tersembunyi di Sepanjang Sungai Banjar, Desa/Kecamatan Banjar, Buleleng

  • www.nusabali.com-dipakai-tempat-untuk-malukat-hingga-sembuhkan-penyakit-kulit

Lima titik sumber air panas yang muncul di sekitar Sungai Banjar sudah pernah diuji oleh ilmuwan. Berdasarkan hasil kajian, kandungan belerangnya rata-rata 20 persen, dengan suhu 38 derajat Celcius

SINGARAJA, NusaBali

Tak banyak orang tahu, ada 5 titik sumber air panas tersembunyi di aliran Sungai Banjar di Desa/Kecamatan Banjar, Buleleng. Titik-titik mata air panas yang muncul di aliran sungai sepanjang 700 meter ini dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai kepentingan, termasuk dipakai tempat untuk malukat dan mohon berkah kesembuhan penyakit.

Lima (5) titik sumber air panas di tengah Sungai Banjar itu dapat diakses langsung dari DTW Air Panas Banjar di Banjar Melanting, Desa/Kecamatan Banjar. Untuk menjangkau mata air panas di sungai itu, bisa jalan kaki sejauh 500 meter ke arah barat dari kolam utama permandian DTW Air Panas Banjar, dengan melalui jalan setapak.

Titik mata air panas pertama berada di antara tebing sungai, yang dialirkan menggunakan selonjor pipa sehingga terlihat seperti pancuran. Sedangkan titik mata air panas kedua berada agak di atas sebelah timur dalam jarak sekitar 20 meter dari pusat air panas pertama. Mata air panas ini keluar langsung dari dinding tebing bagian timur Sungai Banjar.

Sumber air panas kedua yang lebih besar dibandingkan titik mata air panas pertama ini telah dibuatkan kubangan khusus di bawahnya. Sumber mata air panas ini sering didata-ngi pengunjung yang ingin memohon berkah kesembuhan segala macam penyakit kulit.

Kemudian, sumber air panas ketiga dan keempat, benar-benar ada di tengah aliran Sungai Banjar, yang memiliki lebar 3 meter dengan kedalaman sangat dangkal. Meskipun dialiri air sungai, sumber air panas ketiga dan keempat ini tetap terasa hangat, sehingga warga setempat sering memakainya untuk tempat berendam. Jaraknya pun sangat berdekatan hanya 5-10 meter dari pusat sumber air panas kedua. Pengunjung yang datang ke lokasi sumber air panas ketiga dan keempat ini kerap memanfaatkan batu-batu sungai untuk membuat kolam alami buat berendam.

Sedangkan sumber air panas kelima di aliran Sungai Banjar, muncul dari tebing sebelah barat pusat air panas keempat. Sumber mata air panas kelima ini dikeramatkan oleh warga sekitar. Sumber mata air panas keramat ini dialirkan melalui pancuran yang disebut Pancuran Sudamala dan biasa dipakai tempat malukat (membersihkan diri secara niskala).

Menurut Direktur DTW Air Panas Banjar, Ida Made Tamu, 5 mata air panas alami di aliran Sungai Banjar ini sudah ada sejak zaman lampau. Ini sudah ada jauh sebelum DTW Air Panas Banjar resmi beroperasi tahun 1986 silam. Kelima mata air panas di Sungai Banjar ini diperkirakan keluar dari sumber yang sama dengan yang kini dimanfaatkan sebagai kolam pemandian DTW Air Panas Banjar, yakni dari Gunung Api Batukaru.

“Mata air panas yang di sungai itu sudah ada dari dulu, hanya belum ditata saja. Selama ini, mata air panas tersebut dipakai masyarakat sekadar untuk berendam, mohon berkah pengobatan, dan malukat. Sumbernya diperkirakan sama dari Gunung Batukaru. Sebab, kalau melihat geografisnya, jika ditarik garis lurus ke selatan, memang tepat berhubungan dengan Gunung Batukaru,” ungkap Ida Made Tamu saat ditemui NusaBali di DTW Air Panas Banjar, Minggu (19/1).

Ida Made Tamu sendiri tidak tahu pasti keajaiban 5 sumber air panas yang berada di tengah airan Sungai Banjar tersebut. Yang jelas, ada sumber air panas yang dibuatkan Pancuran Sudamala untuk malukat, juga ada sumber air panas untuk mohon pengobatan penyakit kulit dan gatal-gatal. “Banyak krama dari luar desa datang ke sini, katanya dapat pawisik (petunjuk niskala) agar berobat di sini,” papar Ida Made Tamu, yang kemarin didampingi Bendahara DTW Air Panas Banjar, Ida Ayu Eva Anggasari.

Ida Made Tamu menyebutkan, masyarakat yang mau mohon berkah pengobatan di sumber air panas terseut, biasanya melaksanakan upacara ritual sesuai dengan ke-yakinannya. Tidak aturan atau sarana khsusus untuk semua itu. “Pancuran yang paling mujarab untuk menyembuhkan penyakit kulit dan gatal-gatal adalah pancuran kedua, yang airnya keluar langsung dari tebing sungai,” tandas Ida Made Tamu.

Sedangkan Pancuran Sudamala di sumber mata air panas kelima, kata Ida Made Tamu, diyakini sangat mujarab. Selain dapat menyembuhkan sejumlah penyakit niskala dengan cara panglukatan, air dari Pancuran Sudamala ini juga biasanya dimohon krama Desa Banjar bila sedang memiliki hajatan. “Itu sumber airnya adalah pertemuan antara air panas dan air dingin, sehingga disebut sudamala,” katanya.

Menurut Ida Made Tamu, 5 sumber mata air panas yang muncul di sekitar Sungai Banjar sudah pernah diuji oleh ilmuwan. Berdasarkan hasil kajian, kandungan belerangnya rata-rata 20 persen, dengan suhu 38 derajat Celcius. Kandungan belerang dan suhu ini dinilai sangat pas dan sesuai untuk tubuh manusia.

Keberadaan 5 sumber mata air panas di Sungai Banjar tersebut sejauh ini belum ditata oleh pengelola DTW Air Panas Banjar. Pengelona DTW Air Panas Banjar masih membedakan mana yang dipakai komersial dan mana pula untuk pelestarian serta urusan niskala.

Sementara itu, Yayasan Air Panas Nirmala selaku pengelola DTW Air Panas Banjar saat ini sedang merancang pengembangan destinasi di bagian hulu kolam DTW Air Panjas Banjar. Dari 2 hektare lebih luas lahan, yang tertata baru 20 are. “Ke depannya memang ada wacana pengembangan tempat selfie. Tapi, nanti akan dibahas lagi dalam rapat. Sejauh ini, 2 kolam umum dan 2 kolam yang private di vila masih mencukupi untuk melayani jumlah kunjungan,” terang Bendahara DTW Air Panas Banjar, Ida Ayu Eva Anggasari.

Dayu Eva menjelaskan, sejauh ini DTW Air Panas Banjar masih menjadi penyumbang PAD Retribusi Bidang Pariwisata terbesar di Buleleng. Jumlah kunjungan rata-rata 200 orang per hari. Jumlah kunjungan melonjak tajam pada hari libur dan hari raya, yakni mencapai kisaran 800-1.000 orang sehari. Tiket masuk wisatawan dewasa hanya Rp 20.000, sementara anak-anak Rp 10.000 per orang. *k23

Komentar