nusabali

Ringankan Krama, Kelola Kompor Mayat

Kiat Desa Adat Buleleng Menaungi 14 Banjar Adat

  • www.nusabali.com-ringankan-krama-kelola-kompor-mayat

Desa Adat Buleleng, salah satu desa adat di Bali dengan banjar cukup banyak yakni 14 banjar.

SINGARAJA, NusaBali

Tak hanya melayani dan pengayomi krama desa adat dalam urusaa adat dan agama Hindu, desa adat ini juga mengembangkan potensi desa dengan membentuk unit usaha.

Selain memiliki Labda Pacingkreman Desa (LPD), sebelumnya Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Adat Buleleng juga memiliki unit usaha penyewaan kompor mayat. Kompor ini lazim dipergunakan saat ada upacara pangabenan atau mangkingsan di gni (pembakaran mayat).

Bendesa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna, Sabtu (11/1),  menjelaskan unit usaha penyewaan kompor mayat yang dikelola desa adatnya dimulai sejak tahun 2016. Pembentukan unit usaha itu bermula saat tercetusnya ide dalam paruman bagaimana meringankan beban masyarakat yang sedang mengalami kedukaan. Saat itu pula Bendesa Sutrisna langsung mengangkat tenaga adat yang bertugas operasional antara lain bersih-bersih di setra dan pengoperasian kompor mayat. “Awalnya ada usulan dari krama. Karena ongkos sewa kompor mayat saat pangabenan atau makingsan di gni itu lumayan mahal. Dari usulan itu kami tampung dan mulai unit usaha dengan membeli perlengkapannya,” jelas bendesa adat yang Kepala Dinas Pariwisata Buleleng ini.

Sejak berjalan pertama kali tahun 2016, penyewaan kompor mayat milik Desa Adat Buleleng hanya dikenakan Rp 850.000 kepada krama yang bernaung di Desa Adat Buleleng, meliputi 14 banjar adat. Nominal harga sewa itu relatif murah, jika dibandingkan dengan harga penyewaan di luar desa adat yang rata-rata Rp 1,5 juta satu kali prosesi. “Dari pembentukan awal, kami memang sepakat untuk meringankan krama desa. Jadi harganya hampir setengah lebih murah dari harga di luar atau milik pribadi. Sebab unit usaha ini juga tidak fokus pada laba, tetapi lebih mengedepankan pelayanan,” imbuh dia.

Dari harga Rp 850.000 setiap kali penyewaan, jelas Nyoman Sutrisna,  hanya Rp 300.000 yang masuk ke khas desa adat dan biaya membersihkan setra. Sisanya Rp 550.000 dialokasikan untuk operasional baik pembelian gas maupun ongkos petugas pembakar mayat. Hingga kini Desa Adat Buleleng memiliki 8 unit kompor mayat dengan empat orang petugas. Ada juga khusus kompor dua unit lain untuk pangabenan/palebon sulinggih atau orang suci.

Ternyata setelah empat tahun berjalan, usaha penyewaan kompor mayat Desa Adat Buleleng cukup mendatangkan keuntungan. Meskipun keuntungannya hanya sedikit, namun saat ini rata-rata laba bersih yang didapat dari unit usaha penyewaan kompor mayat berkisar Rp 15 juta – Rp 25 juta per tahun. “Karena krama kami banyak meskipun Banjar Tegal punya setra tersendiri, Kampung Baru, Kampung Anyar, Banjar Bali, dan Kaliuntu punya Setra Kayubuntil, tetapi kadang mereka juga ke Setra Adat Buleleng,” ucap Sutrisna.

Selain lima banjar adat yang disebutkan, sembilan lainnya yang meliputi banjar adat Banjar Jawa, Peguyangan, Petak, Penataran, Kendran, Liligundi, Banjar Paketan, Paket Agung, Kampung Singaraja, secara penuh melangsungkan upacara pemakaman atau pangabenan hingga makingsan di gni di Setra Adat Buleleng dengan luas 1,9 hektare. Bahkan sejak dua tahun terakhir, Setra Desa Adat Buleleng memiliki karang suci seluas 10 are khusus untuk upacara pangabenan/palebon sulinggih.

Desa Adat Buleleng juga telah menata setra (kuburan) di Jalan Gajah Mada, Buleleng. Setra ini kini ditata indah baik tamanisasi dan penghijauan termasuk lampu penerangan. Sehingga kesan seram pada setra pada khususnya berbanding terbalik saat berada di Setra Adat Buleleng. Terlebih di senderan depan setra ini terdapat relief yang menceritakan tentang Bima Swarga. Relief yang berjejer di sepanjang tembok depan setra ini kerap kali menjadi objek wisata bagi wisatawan yang menikmati city tour Kota Singaraja, Buleleng.

Bendesa Sutrisna mengatakan dengan penataan Setra Adat Buleleng yang hampir sudah kelar 100 persen, tahun ini dia bersama pangemong Pura Dalem Desa Adat Buleleng berencana membangun krematorium. “Mudah-mudahan segera bisa terlaksana untuk memaksimalkan lagi pelayanan kepada umat atau krama,” jelas dia.*lik

Komentar