nusabali

Tak Pernah Bercita-cita Jadi Dokter Karena Takut Melihat Darah

Kisah dr Kunthi Yulianthi SpF, Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah

  • www.nusabali.com-tak-pernah-bercita-cita-jadi-dokter-karena-takut-melihat-darah

Setelah dipimpin oleh dr Dudut Rustyadi SpF, kini Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah dipimpin oleh seorang perempuan.

DENPASAR, NusaBali
Dialah dr Kunthi Yulianti SpF, 47, yang sebelumnya menjabat Kepala Koordinator Pendidikan Ilmu Kedokteran FK Unud/RSUP Sanglah. Ada cerita di balik ‘jubah putih’ dokter kebesarannya. Ternyata, dr Kunthi mengaku tak pernah bercita-cita menjadi dokter lantaran takut darah.

“Dulu saya cita-citanya jadi arkeolog, atau tentara wanita yang bisa bawa pesawat tempur. Keren sekali rasanya. Tapi setelah SMA, kakak saya menyarankan masuk kedokteran saja, berhubung saya anak IPA. Kemudian ibu saya juga menginginkan ada anaknya yang jadi dokter. Jadilah saya masuk Kedokteran. Pas kebetulan diterima,” tuturnya saat ditemui NusaBali di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Kamis (16/1).

Awalnya, dr Kunthi mengaku menangis karena tidak menyukai pendidikan dokter. Tapi itu hanya cerita di awal saja, karena seiring waktu dia justru menikmati setiap mata kuliah yang diberikan. Bagi dr Kunthi, ini seperti sedang menaklukkan sebuah tantangan. “Pertama kali masuk Kedokteran itu saya antara bangga dan takut. Saya tidak suka disuntik, juga tidak suka lihat darah. Tapi karena saya sudah masuk, ini seperti jadi tantangan. Ada semangat untuk menaklukkan tantangan itu,” kata dokter yang menyelesaikan pendidikan spesialis forensik di Universitas Diponegoro (Undip) tahun 2007 - 2010.

Pengalaman berlanjut. Setelah menjalani pendidikan dokter yang ditempuh di Universitas Diponegoro (Undip), dr Kunthi harus menjalani tugas sebagai koas. Banyak pengalaman saat itu, mulai dari melihat persalinan hingga pertama kali ikut melakukan otopsi. “Waktu melihat persalinan secara normal, saya gemetar dan lemas. Pertama kali ikut otopsi juga begitu, tidak mau makan sebangsa daging. Tapi itu waktu jadi koas. Setelah itu saya menikmati peran menjadi dokter ini,” jelas dokter asal Bandung, Jawa Barat kelahiran 11 Juli 1973.

Setelah menyelesaikan pendidikan dokter, dr Kunthi ditugaskan pertama kali sebagai dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Puskesmas Klungkung I tahun 2001-2004. Kemudian ditugaskan di RSUP Sanglah tahun 2005 setelah menjadi CPNS. Setahun setelahnya, Direktur Utama RSUP Sanglah saat itu, dr Lanang Rudiartha memberikan kesempatan bagi dokter umum untuk melanjutkan pendidikan kembali. Setelah berkeliling di berbagai bidang kedokteran, dr Kunthi akhirnya memantapkan hati menempuh spesialis forensik, karena banyak hal yang sejak kecil ditemuinya di forensik.

“Saya menemukan kesukaan saya di sini. Karena cita-cita saya zaman kecil itu hampir ada semua di sini. Misalnya jadi arkeolog, di sini saya juga memeriksa tulang. Karena ini RS Pendidikan, di sini juga saya senang bisa ngajari anak-anak. Apalagi bisa membantu kepolisian memecahkan kasus, ada perasaan bangga,” jelasnya sambil mengatakan ada banyak pengalaman yang dialaminya selama bertugas di forensik, salah satunya penanganan jenazah Bom Bali II. *ind

Komentar