nusabali

Pendiri Yayasan PR Saraswati AA Gde Oka Putra Berpulang

  • www.nusabali.com-pendiri-yayasan-pr-saraswati-aa-gde-oka-putra-berpulang

Sosok pejuang pendidikan kelahiran Puri Kaleran, Banjar Sengguan, Kelurahan Gianyar, Gianyar, Anak Agung Gde Oka Putra, meninggal dunia dalam perawatan di RS Kasih Ibu, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar,  Selasa (14/1) sekitar pukul 18.30 Wita.

GIANYAR, NusaBali

Pendiri Yayasan Perguruan Rakyat (PR) Saraswati ini berpulang dua hari menjelang hari ulang tahunnya yang ke-84.

Kini jenazah almarhum disemayamkan di Bale Gedong Puri Anyar Saraswati, Jalan Salya, Kelurahan/Kecamatan Gianyar. Rencananya prosesi palebon akan digelar Redite Umanis Warigadean, Minggu (26/1) di rumah tua, Puri Kaleran Sengguan, Gianyar.

Ditemui di rumah duka, anak ketiga almarhum Anak Agung Gde Iswara Amithaba,50, menjelaskan ayahnya meninggal setelah beberapa bulan menderita sakit karena faktor usia. “Sejak 4 bulan terakhir keluar masuk rumah sakit,” jelasnya. Tidak ada penyakit serius yang diderita. Hanya saja, sejak 4 bulan tersebut bapak 4 anak ini tidak enak makan. “Karena lemes, Ajung (ayah) harus diinfus di rumah sakit. Setelah membaik kembali pulang. Tapi sampai rumah tidak mau makan lagi. Sampai-sampai sejak sebulan terakhir bubur, susu, dan obat masuknya harus lewat selang,” jelasnya.

Hal senada dikatakan istri almarhum, Jro Puspawati,76. “Awalnya jarang mau makan. Minta tongseng makanan yang disukai, sudah dibelikan, sampai rumah tidak mau dimakan. Dia juga senang gudeg, karena masa mudanya lebih banyak di Jogjakarta,” ujar pemilik nama bujang, Ni Ketut Rai ini. Detik-detik meninggal suaminya, Jro Puspawati selalu menemani. “Dia sempat batuk selama tiga hari, terakhir seperti susah nafas. Hingga akhirnya tidak bangun-bangun Selasa sore,” jelasnya.

Almarhum meninggalkan seorang istri, 4 anak masing-masing AA Gde Waisnawa Putra, 54, AA Gde Wisnu Wardhana, 52, AA Gde Iswara Amithaba,50, serta AA Istri Dyah Pramoda Wardhani,45, serta meninggalkan 11 cucu.

Semasa hidup hingga menjelang akhir hayat, kakek 11 cucu ini selalu berpesan pada anak cucunya agar merantau menuntut ilmu pengetahuan. “Ajung memang menghendaki anak-anaknya keluar. Kalau generasi penerus sudah jadi orang, baru pulang. Bahwa pendidikan anak harus diutamakan,” jelas AA Iswara. Terbukti ketiga anak laki-laki almarhum sukses meniti karir di luar Bali. Termasuk AA Gde Iswara sebagai arsitek yang mengerjakan proyek bantuan asing di beberapa wilayah di Indonesia.

Sosok AA Gde Oka Putra selain mendirikan Yayasan PR Saraswati, juga memiliki perpustakaan dengan ribuan koleksi buku di Puri Anyar Saraswati. “Ajung juga rajin mendokumentasikan seluruh kegiatannya, baik dalam bentuk foto maupun film,” jelasnya. Salah satu kegiatan yang getol didokumentasikan yakni pementasan Sanggar Tari Taman Apsari sekitar tahun 1984.

Dijelaskan, AA Gde Oka Putra mengawali sekolah di Sekolah Rakyat (SR) 1 Gianyar sebelum penjajahan Jepang. Begitu Jepang datang, AA Gde Oka pindah ke SR di Tegaltugu, Gianyar, kemudian melanjutkan SMP di Denpasar dan sempat pindah ke Surabaya. “SMA nya beliau di Malang mulai tahun 1955 - 1958. Selanjutnya, tahun 1965 AA Gde Oka lulus sebagai sarjana muda.

Saat pulang ke Bali, AA Gde Oka yang pernah menjadi murid Ki Jahar Dewantara di Sekolah Taman Siswa, bercita-cita mendirikan hal serupa di Bali, khususnya Gianyar. “Yayasan PR Saraswati ini dirintis tahun 1968. Setelah Ajung lulus kuliah, menikah dan punya anak pertama,” jelasnya. Hingga kini, ada ribuan murid yang telah sukses setelah menempuh pendidikan pada zaman itu.

Sembari merintis sekolah, AA Gde Oka mengawali sebagai guru honorer di SMAN 1 Gianyar. Saat itu pula, Jro Puspawati juga sebagai guru honorer tahun 1968 pada mata pelajaran Seni Budaya dengan latar belakang sarjana seni lulusan ASRI Yogyakarta. “Saat itu cuma Ibu yang diangkat sebagai guru tetap, Ajung tidak,” jelasnya. Sejak itulah, idealisme mendirikan Sekolah Taman Guru Atas (TGA) semakin dikebut berafiliasi dengan Yayasan PR Saraswati Denpasar. “Sempat pinjam gedung di beberapa tempat. Setelah itu tahun 1970an mulai dibangun rumah dan sekolah ini. Mulai beli tanah, sekitar 3,4 hektar,” jelasnya.*nvi

Komentar